[LN] Kono seishun ni wa Ura ga aru! ~ Chapter 7 [IND]

 


Translator : Noxx

Proffreader : Noxx


Chapter 7 - 𝗚đ—Čđ—żđ—źđ—žđ—źđ—» 𝗠đ—Čđ—čđ—Čđ—œđ—źđ˜€đ—žđ—źđ—» đ—„đ—źđ—ș𝗯𝘂𝘁 𝗠đ—Čđ—ș𝗯𝘂𝗼𝘁 đ—đ—źđ—»đ˜đ˜‚đ—»đ—Ž 𝗕đ—Čđ—żđ—±đ—Č𝗯𝗼𝗿, đ—§đ—źđ—œđ—¶ 𝗩𝘂đ—čđ—¶đ˜ đ˜‚đ—»đ˜đ˜‚đ—ž đ——đ—¶đ˜đ˜‚đ—čđ—¶đ˜€đ—žđ—źđ—»

Dengan interaksi yang mengasyikkan dari guru wali kelas kami, tawa pun meledak di dalam kelas.

“Jangan panggil aku Amasen. Aku hanyaa akan mengecek tugas yang sudah kalian kerjakan dengan teliti,” kata guru kami.

“Ah! Jangan, please!”

“Tugas sih... ya dikerjakan secukupnya aja. Aku juga hampir selalu ngerjainnya mepet, dan kadang nitip temen buat ngelarin. Itu juga tidak jelas sih, benar -benar. Sudah diserahkan juga, kebanyakan isinya tidak pernah dicek dengan benar, kan? Tidak ada gunanya juga,”

 kata guru kami sambil meluruskan kerah bajunya.

Aku suka Suka dengan suasana kelas seperti ini, dengan teman-teman yang suka bercanda seperti itu.

“Amasen! Itu pasti bukan kata-kata seorang guru!” kata seorang senior.

Itu terjadi setelah kami berteduh dari hujan, di hari berikutnya saat homeroom.

“Masih ada tiga hari lagi sebelum libur musim panas, jadi jangan kebablasan ya. Gunakan waktu yang terbatas ini dengan baik. Kalau tudak, kalian akan cepat jadi orang dewasa sepertiku,” kata guru kami.

Suasana kelas pasti sangat baik dan nyaman. Semua itu berkat Amahara sensei.

Dia mungkin sangat pintar, dan aku rasa dia berinteraksi dengan kami berdasarkan perhitungan yang matang.

“Jadi, itu saja untuk homeroom. Aku mau beli game baru yang baru rilis, jadi cepetan pulang. Ayo, kita selesaikan ini dan pulang.”

Tapi, sikapnya memang agak buruk sebenarnya.

“Darl-ing! Pulang bareng gak?” 

“Hah...?”

 “Hei.”

Begitu homeroom selesai, Haruna-san langsung mendekat dan berbicara padaku. Melihatnya, aku langsung mengerutkan kening.

Sejak saat itu, Haruna-san mulai sering menggangguku, dan melihat frekuensinya, sepertinya dia benar-benar tertarik padaku.

Sepertinya dia benar-benar berniat seperti itu.

Karena sikapnya yang begitu agresif, dia malah tidak menyadari bahwa aku tidak terpengaruh sama sekali.

Bagaimanapun juga, berbicara dengan dia di sekolah sangat berbahaya. Tatapan para cowok di sekitar menjadi sangat tajam.

Aku sih tidak masalah mati demi seorang gadis cantik, tapi kalau dibunuh karena cemburu, itu sih tidak aku inginkan.

“Jika ini ajakan dari gadis cantik, pasti langsung diterima, kan? Aku akan bunuh kau!”

“Tidak boleh begitu, Haruna-san. Gadis cantik tidak akan mengatakan hal seperti itu, tidak berkeringat di ketiak, dan tidak buang air juga.”

“Kamu mimpi saja, bodoh.”

Tapi aku tetap percaya. Yang percaya akan diselamatkan.

“...Kombinasi Natsuhiko dan Haruna-sana lagi. Kalian berdua belakangan sering bersama, ya?”

“Tolong bantu aku, Hiyori. Dia terus-menerus menggangguku.”

“Aku ingin mendengar kalimat itu dari anak laki-laki. Aku ingin melihatmu dipukuli habis-habisan.” 

“tidak mau. Kenapa aku harus dipukuli oleh orang selain Hiyori?”

“Kenapa kau berbicara seolah-olah kau akan dipukuli olehku?”

 “Karena pukulan Hiyori adalah bentuk kasih sayang, kan?”

 “Yasudah, mati saja sekali.”

 Pukulan Hiromi menghantam wajahku. Begini, inilah yang aku maksud. Memang rasanya tidak lengkap tanpa ini. Aku bahkan mulai merasa senang dengan rasa sakit ini.

“Hei, Ichinose! Kekerasan itu tidak boleh!” 

“Apa sih, kau pura-pura manis? Apa yang terjadi dengan cara bicaramu tadi?”

“...Tsk, ternyata kau denger ya.”

“Telinga dan mataku lebih tajam dari orang lain. Bahkan tanpa sadar, aku bisa mendengar semuanya.”

Iya, makanya Hiyori bisa menangkap ejekan yang aku ucapkan dengan suara pelan.

Pendengaran tajam seperti itu, istilahnya telinga neraka.

Benar-benar merepotkan.

“......Kamu lagi mikirin sesuatu yang tidak sopan, kan?”

───Rasanya seperti dia bisa membaca pikiranku.

“Yah, terserah. Ngomong-ngomong, sejak kapan kalian berdua jadi begitu akrab?”

“Oh, beberapa hari yang lalu kami pergi kencan saat libur.”

“Kencan, maksudnya......”

“Kau ingat waktu Haruna datang menyerbu ruang OSIS, kan? Setelah itu.”

Mendengar itu, Hiyori tampak mengangguk seolah-olah dia mengerti.

“Hmm...... Jadi apa? Kalian sudah pacaran sekarang?”

“tidak, kami tidak pacaran.”

“Lalu, kalau tidak pacaran, kenapa jaraknya sedekat itu?”

Setelah dia bilang begitu, aku menyadari bahwa jarak antara aku dan Haruna memang cukup dekat.

Aku tidak bergerak, jadi mungkin Haruna yang pelan-pelan mendekatkan dirinya.

Hampir saja aku bisa mencium aromanya.

Sebenarnya, aku merasa sudah mulai mencium wangi sampo dari dirinya.

Beruntung sekali, harus kuingat ini.

“Aku benar-benar serius mau membuatnya jatuh cinta. Aku sudah memutuskan kalau bibirnya akan jadi milikku.”

“Bibir? Maksudmu...”

“Untuk itu, pertama-tama aku harus lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya di sekolah. Kalau rumor bahwa aku dan dia pacaran menyebar, tidak ada gadis lain yang akan dengan mudah mendekatinya. Menghalangi itu penting, tahu.”

Orang ini benar-benar sedang merencanakan strategi yang mengerikan.

Memang, mungkin para gadis akan berhenti mendekatiku. Tapi, sebagai gantinya, para lelaki pasti akan datang.

Terutama untuk menghancurkanku.

“Eh, ngomong-ngomong, apa yang kau suka dari dia? Sebagai teman lamanya, aku tahu ini kedengarannya aneh, tapi dia jelas aneh. Memang dia bukan orang jahat, tapi kau bisa dengan mudah memilih seseorang yang punya kepribadian bagus dan tidak aneh.”

“Aku juga tidak tahu. Tapi, hanya dia. Hanya dia yang tidak langsung jatuh cinta padaku.”

Haruna menggaruk kepalanya dengan ekspresi jengkel.

“Karena aku bertekad untuk membuatnya jatuh cinta, tanpa kusadari aku jadi memikirkannya. Hanya itu alasannya.”

“…Jadi, ternyata kau juga orang aneh, ya.”

“Ngomong-ngomong, kau sendiri bukannya aneh juga? Kau memilih terus bersama orang yang kau tahu aneh, kan? Cukup jelas kalau kau juga aneh.”

Hiyori menatap ke arahku.

Setelah terus-menerus disebut orang aneh, aku hanya bisa tersenyum pahit.

“…Hah, sepertinya benar. Aku juga aneh.”

“Eh, ternyata kau cukup menyenangkan, Ichinose.”

“Kau juga lebih enak diajak bicara saat menunjukkan dirimu yang asli. Kenapa tidak terus seperti itu saja?”

“Bodoh. Kalau di depan cowok, aku harus berpura-pura.”

“Kau bicara seperti profesional saja…”

Dalam sekejap, mereka langsung akrab…

Apa aku justru jadi pengganggu di sini?

“────Ngomong-ngomong, kalian berdua, urusan di OSIS baik-baik saja?”

“Hm? Kami memang berencana ke sana sekarang. Masih ada waktu kok.”

“T-tapi, ini bukan seperti yang kau pikirkan!”

“…?”

Tiba-tiba, Haruna mulai mengkhawatirkan hal yang aneh.

Dia mengeluarkan ponsel dari tasnya dan menunjukkan layarnya kepadaku dan Hiyori.

“『!?』”

“Lihat, ini jelas gawat, kan?”

Di layar ponsel itu, terlihat seorang gadis telanjang.

Bagian dada dan bawah tubuhnya tertutupi oleh tangannya, tetapi posenya sangat berbahaya.

Namun, yang paling membuat kami terkejut adalah───.

“I-ini... bukannya Yaegashi Senpai?”

Hiyori mengungkapkan pertanyaannya dengan nada ragu.

Ya, benar. Wajah gadis itu sangat familiar bagi kami.

Wajah cantik dengan garis tegas dan rambut hitam panjang yang indah.

Tidak diragukan lagi, wajah ini milik Yaegashi Yui, seseorang yang kami kenal.

“Ini adalah apa yang disebut ‘ura-aka’ yang sering muncul di media sosial. Akun tersembunyi, gitu. Sepertinya sudah ada desas-desus tentang ini sejak beberapa waktu lalu, tapi baru-baru ini gambar ini mulai menyebar di kalangan siswa sekolah ini.”

“Ura-aka milik Yui-senpai...?”

“Yah, kalau dilihat sekilas, mungkin memang begitu.”

Aku menatap layar sekali lagi, tapi tetap saja, wajah itu jelas milik Yui-senpai.

Aku menatap lebih lama lagi—pinggang yang indah dan paha yang terlihat lembut.

Aku menatap lebih lama lagi, tapi rasanya bentuk tubuhnya sedikit berbeda dibanding yang kulihat di ruang arsip.

Aku menatap lebih lama lagi───.

“Jangan terlalu lama menatap!”

“Ugh!”

Sebuah pukulan chop dari Hiyori langsung mengenai ubun-ubunku.

Untuk hal ini, aku hanya bisa dengan tulus meminta maaf.

“Lupakan si mesum ini... Apa mungkin ini gambar hasil editan?”

“Hmm, kemungkinan besar, iya. Biasanya akun-akun ura-aka itu jarang memperlihatkan wajah asli.”

“Kau tahu banyak soal ini, ya.”

“Aku tidak pernah bikin akun kayak gitu, oke? Tapi pernah ada seorang model majalah yang terlibat masalah gara-gara ura-aka, jadi aku jadi tahu sedikit soal ini.”

“Hmm... begitu.”

Gambar editan───intinya, seseorang mengambil foto Yui-senpai dan menggabungkannya dengan tubuh wanita telanjang.

Ya, penjelasan itu terasa lebih masuk akal.

Bagi kami yang mengenal Yui-senpai dengan baik, kami tahu bahwa seberat apa pun tekanan yang dia alami, dia bukan tipe orang yang akan memuaskan hasrat dirinya dengan cara seperti ini.

Masalahnya, mungkin hanya kami yang memahami itu.

Bagi kebanyakan siswa lain yang tidak tahu kebiasaan ceroboh Yui-senpai, dia malah bisa terlihat seperti “ketua OSIS yang kewalahan dengan tekanan hingga melampiaskan hasrat seksualnya.”

“Tadi malam berita ini langsung menyebar, dan sekarang sudah jadi topik hangat. Apa yang akan kalian lakukan?”

“...Natsuhiko, ayo kita segera ke ruang OSIS.”

Dengan wajah serius, Hiyori berdiri dari kursinya.

Masalah ini terlalu genting untuk dibiarkan begitu saja.

Aku pun mengambil tasku dan segera berdiri.

“Terima kasih atas informasinya, Haruna-san. Aku akan mendiskusikannya dengan yang lain dulu...!”

“Kalau berterima kasih, ajak aku kencan lagi nanti.”

“Itu malah seperti hadiah untukku!”

Aku berteriak begitu sambil berlari bersama Hiyori menuju ruang OSIS.

Kami melesat melewati lorong yang terasa terlalu panjang (meski seharusnya dilarang), dan akhirnya menerobos masuk ke ruang OSIS.

“Yaegashi-senpai! Shido senpai! Ada rumor buruk yang menyebar di sekolah─ah, kelihatannya kalian sudah tahu, ya.”

Yang menyambut kami di ruangan itu adalah suasana suram yang dipancarkan oleh Shido senpai, yang sudah lebih dulu tiba.

Futaba-san tampak seperti biasanya, tetapi ada kesan samar bahwa ia agak kebingungan.

Sementara itu, Yui-senpai, yang menjadi inti dari masalah ini, hanya menunjukkan ekspresi termenung, seperti sedang memikirkan apa yang harus dilakukan.

“Ya... soal akun rahasia itu, kan? Memang merepotkan... apalagi sebentar lagi liburan musim panas,” ucap Shido senpai dengan suara lelah.

Entah karena kehujanan kemarin atau karena masalah ini, wajah Shido-senpai tampak jauh lebih pucat dari biasanya.

Liburan musim panas sudah di depan mata.

Pekerjaan OSIS juga akan berhenti sementara selama liburan musim panas, jadi seharusnya ini hanya soal menahan diri sedikit lagi──.

“Maaf baru datang, tapi SNS yang memuat foto telanjang itu, bukan akun milik Yaegashi-senpai, kan?”

“Tentu saja bukan. Aku sama sekali tidak menggunakan SNS seperti itu, dan posisi tahi lalat di dadaku juga berbeda.”

“Soal posisi tahi lalat itu sih tidak penting... Tapi, kalau begitu, berarti ini adalah tindakan pelecehan yang sangat jahat,” ucap Hiyori sambil mendecak kesal.

Jika ini adalah pelecehan, pelakunya kemungkinan adalah seseorang yang ingin menjatuhkan Yui-senpai dari posisi ketua OSIS.

───Namun, itu masih belum pasti.

Bisa saja ini hanya lelucon jahat tanpa maksud tertentu, dan meskipun kita tahu tujuannya, menemukan pelakunya tetap akan sulit.

Memprioritaskan mencari pelaku terlalu berisiko.

Lebih baik sejak awal menegaskan bahwa ini bukan ulah Yui-senpai. Itu mungkin langkah yang lebih cepat.

“…Setelah ini, Amahara-sensei akan datang. Kita akan mendengarkan bagaimana para guru berencana menangani situasi ini ke depannya,” kata Shido senpai.

Kami mengangguk mendengar ucapannya. Yang kami khawatirkan adalah kemungkinan adanya mosi tidak percaya terhadap Yui-senpai.

Kami harus berkonsultasi dengan guru dan memastikan hal itu tidak terjadi.

“Hei, kalian semua sudah kumpul, ya?”

“Ya, kami sudah menunggu,” jawab kami serempak.

“Baiklah, untuk sekarang duduk dulu.”

Setelah tiba, Amahara-sensei memberi kami arahan, dan kami pun duduk di tempat masing-masing.

Dia terlihat agak canggung sambil menggaruk kepalanya, lalu memulai pembicaraan dengan menghela napas.

“Pertama-tama, soal ‘akun belakang’ milik Yaegashi, masalah ini juga sudah menjadi pembicaraan di ruang guru. Sebelum kita lanjut, aku ingin memastikan—ini benar milikmu, Yaegashi?”

“Tidak, aku tidak pernah melakukan hal seperti itu,” jawab Yui-senpai tegas.

“Baiklah, kalau begitu, ini bisa dianggap sebagai tindakan pelecehan atau sekadar lelucon yang kelewat batas,” simpul Amahara-sensei.

Ini benar-benar pembicaraan yang tidak masuk akal.

Siapa pun pasti akan merasa tidak nyaman jika gambar seperti itu dibuat tentang mereka.

Meskipun Yui-senpai berusaha terlihat kuat, tidak heran jika dia juga merasa terganggu oleh hal ini.

“Aku percaya pada Yaegashi. Tapi, tidak bisa dipastikan seluruh sekolah akan mendukung hal itu. Kami bisa meyakinkan para guru, tapi di antara siswa, berita ini sudah menyebar dengan cara yang tidak menyenangkan. Pelaku mungkin akan melakukan tindakan lebih lanjut, dan begitu liburan musim panas dimulai, kami tidak akan punya kesempatan untuk membantahnya,” kata Shido senpai dengan serius.

“Ada kemungkinan mosi tidak percaya akan diajukan?”

Mendengar pertanyaan Shido senpai, Amahara-sensei mengernyitkan dahinya.

“Belum bisa dipastikan... Maaf, tapi aku tidak bisa mengatakan itu nol kemungkinan. Jika ada ketidakpuasan dari pihak siswa, kami tidak bisa mengabaikannya begitu saja,” jawab Amahara-sensei.

Sebagian besar siswa tidak tertarik dengan hal-hal seperti OSIS, dan mereka tidak peduli siapa yang menjadi ketua OSIS.

Namun, ada beberapa orang yang sering membicarakan kursi ketua OSIS, mereka berbeda.

Menjadi ketua OSIS di sekolah ini tetap merupakan status yang cukup tinggi.

“Kalau begitu... apakah kita sebaiknya memanfaatkan pidato ketua OSIS saat upacara penutupan semester?"

“Benar. Itu akan menjadi panggung pembelaan yang paling tepat.”

Pada hari upacara penutupan semester, ketua OSIS diberikan waktu untuk berpidato di depan seluruh siswa.

Ini adalah tugas yang diperlukan sebagai ketua OSIS, dan momen ini sangat tepat untuk menunjukkan kewibawaan.

“Kami akan memberitahu siswa untuk tidak mempercayai rumor yang tidak jelas. Kalian harus berhasil dengan pidato kalian, sehingga siswa lain tidak akan meragukan lebih jauh. Mengerti?”

“Ya...”

“Bagus. ──── Kami sebenarnya bisa mencari pelaku juga, tapi bagaimana menurutmu? Yaegashi?”

“....”

Setelah dipertanyakan, Yui-senpai berpikir sejenak sebelum akhirnya membuka mulut.

“Tidak, saat ini itu tidak perlu. Jika pelaku ditemukan sekarang, kemungkinan besar siswa itu akan mendapat perhatian yang buruk. Aku tidak bisa melanjutkan untuk membuat siswa yang harusku lindungi mengalami kesulitan, meskipun aku tahu itu akan membuat mereka menderita.”

“....Apakah itu tetap berlaku meskipun itu adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri?”

“Aku tahu aku masih belum matang sebagai ketua OSIS, dan aku juga tahu ada siswa yang tidak puas dengan itu. Aku akan menerima perasaan mereka. Dan aku akan berusaha agar mereka bisa mengakui bahwa aku adalah ketua OSIS.”

“Itu adalah hal yang terhormat. Itu adalah sikap yang ingin aku miliki sepuluh tahun yang lalu.”

Memang, aku juga merasa bahwa sikap Yui-senpai luar biasa.

Namun, aku juga merasa itu agak terlalu naif.

Tidak semua orang akan terkesan dengan semangat Yui-senpai.

Suatu hari, mungkin akan ada orang yang akan mengambil tangan yang dia ulurkan dan menariknya ke dasar jurang.

Ketika itu terjadi, betapa besar rasa putus asa yang akan dirasakan oleh Yui-senpai?

─── Yah, kita ada di sini untuk memastikan itu tidak terjadi.

“Jadi, aku percayakan padamu, kalian. Meskipun terlihat begini, aku cukup menyukai OSIS tempat kalian berada. Jangan mudah menyerah.”

Dengan melambaikan tangan, Amahara-sensei meninggalkan ruang OSIS.

Meskipun terlihat ringan, dia benar-benar peduli pada siswa-siswanya.

Namun, itu bukan berarti dia hanya memihak kami.

Ketika saatnya tiba dan Yui-senpai dianggap tidak layak menjadi ketua OSIS, dia pasti akan mengambil tindakan yang tepat.

Karena itu, kami tidak boleh terlalu bergantung pada kebaikan ini.

Itu sama saja dengan mengatakan bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa terhadap situasi ini, kan?

“Maafkan aku, kalian. Aku sudah melibatkan kalian dalam hal seperti ini.”

“Kami tidak menganggap ini kesalahan Yui-senpai. Yang salah adalah orang yang membuat gambar seperti itu.”

Kami, termasuk Shido senpai dan Futaba-san, sepakat dengan perkataan Hiyori.

Yui-senpai tidak perlu merasa bertanggung jawab atas ini.

Kami hanya perlu melindungi Yui-senpai, yang merupakan ketua OSIS, sesuai dengan kebijakan awal.

“...Tinggal tiga hari lagi sampai upacara penutupan. Apa yang harus kita lakukan sampai saat itu?”

“Pertama-tama, mungkin menyiapkan naskah pidato? Toh, sepertinya ada sedikit yang bisa kami bantu.”

Pandangan Futaba-san dan Hiyori beralih ke Shido senpai.

“Seperti biasa, aku akan menulis naskah pidato. Itu tidak masalah, kan, Yui?”

“Maaf, bisa tolong bantu menulis?”

“Itu pekerjaanku. Aku akan menulisnya dengan penuh tanggung jawab. Lagipula, aku sudah merencanakannya untuk menulisnya.”

Saat itu, aku merasa ingin ikut berbicara.

Shido senpai sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya dan tujuan hidupnya.

Menambah pekerjaan lebih lanjut membuatku cukup keberatan.

Namun... pekerjaan menulis naskah, itu jelas bukan hal yang bisa aku lakukan.

Sebenarnya, aku tidak bisa ikut campur karena aku menyadari itu.

Maka, setidaknya yang bisa aku lakukan adalah...

“...Bagaimana kalau kita buat teh sebentar? Meskipun kita berusaha, sepertinya ada sedikit yang bisa kita lakukan, jadi mari kita tenangkan pikiran sejenak. Tidak ada gunanya terlalu tegang!”

“Natsuhiko... Ah, itu benar juga. Bisa tolong buatkan?”

“Baik! Aku akan membuat teh hitam yang paling enak!”

Aku berusaha sedikit meringankan kelelahan semua orang.

Sebagai orang yang hanya bisa melakukan pekerjaan kecil, itu mungkin satu-satunya hal yang bisa aku lakukan.

◇◆◇

Hari itu, aku menyelesaikan pekerjaan seperti biasa.

Pekerjaan sebagai OSIS sudah hampir selesai, dan jika semuanya berjalan lancar, seharusnya semuanya selesai sebelum hari upacara penutupan semester──sepertinya.

Aku masih lebih banyak mengerjakan pekerjaan kecil, jadi aku hampir tidak tahu tentang pekerjaan inti OSIS. Semoga di semester kedua nanti aku bisa membantu lebih banyak.

“Fuh, hari ini bisa selesai sedikit lebih awal. Sudah saatnya kita bubar.”

“Mm! Rasanya lega kalau sudah bisa melihat akhir... “

“Memang. Hiyori, Tsubaki-hime, Alice, dan Natsuhiko, kalian semua benar-benar bekerja keras. Sebagai ketua, aku sangat bangga karena orang-orang yang hebat seperti kalian berkumpul.”

Sambil berkata begitu, Yui-senpai menatap kami, termasuk Hiyori yang sedang dia ajak bicara

Jika bisa, aku ingin menyambut semester kedua dengan kelima orang ini tanpa masalah.

Itulah satu-satunya perasaan yang kami semua sepakati.

“Baiklah, mari pulang. ...Alice, maafkan aku, tapi...”

“Jangan terus-menerus meminta maaf? Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan.”

“...Ah, aku mengerti.”

Kami menyelesaikan persiapan untuk pulang dan mulai keluar dari ruangan.

Saat itu, aku tiba-tiba tertarik pada Yui-senpai yang tampaknya belum berniat pulang.

“Eh, tidak pulang, Senpai? Yui-senpai?”

“Mm? Ah, aku hanya ingin menyelesaikan sedikit pekerjaan untuk besok sebelum pulang. Jika ada waktu seperti ini, aku harus menyelesaikan pekerjaan sebanyak yang aku bisa.”

Yui-senpai berkata seperti itu sambil tersenyum. Bagiku, dia terlihat seperti sedang memaksakan senyuman.

“...Senpai, sebaiknya istirahat sedikit saja dulu...”

“Ah, benar juga. Hanashiro-kun, bisakah kamu mengantar Yui pulang?”

“Eh?”

“Karena mungkin saja ada orang yang akan mengganggu Yui karena masalah foto itu, kan? Jadi, aku ingin minta kau menjadi penjaganya.”

“A-aku tidak keberatan, sih... tapi kalau untuk jadi penjaga, bukankah lebih baik Hiyori atau Futaba-san yang melakukannya daripada aku?”

“Tidak, kau yang harus melakukannya. Tidak boleh menggunakan kekerasan untuk mengusir orang yang mendekat, dan jika tidak bisa menggunakan tinju, maka...”

“Baiklah, meskipun itu kau atau Hiyori-chan, perbedaan kekuatan antara kalian berdua tetap tidak berubah.”

“Kalau begitu...”

Karena ada perbedaan jarak karena jenis kelamin, apakah aku tidak bisa jadi orang lain saja?

Sebelum aku sempat mengungkapkan keraguan itu, Shido senpai melanjutkan kata-katanya.

“Aku ingin kau lebih peduli pada Yui.”

“Peduli?”

“Dia terlihat seperti tidak terganggu, tapi setidaknya Yui pasti merasa terkejut. Dibuat rumor tanpa alasan oleh orang yang bahkan tidak dikenal... Itu hal yang sulit untuk diabaikan.”

Itu tentu saja wajar.

Hal yang seharusnya tidak dilakukannya, tiba-tiba saja citra dirinya dibentuk oleh orang lain.

Itu pasti menakutkan.

“Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentang dirimu sendiri, tapi aku belum pernah bertemu dengan orang yang lebih pandai dalam memperhatikan orang lain seperti dirimu. Jadi, sedikit... hanya sedikit saja, bisakah kamu menenangkan Yui?”

“…Baiklah. Kalau itu permintaan dari Shido-senpai, tentu saja.”

Dihadapkan dengan permohonan yang begitu tulus dari seorang gadis cantik, tidak mungkin aku menolak.

Aku membelakangi Shido-senpai dan bergegas keluar dari ruangan untuk mengejar Yui-senpai.

“Ah, sebagai balasan, meskipun aku akan menerima permintaan ini, Shido senpai, tolong pastikan kau istirahat dengan baik setelah ini, ya? Janji padaku.”

“...Fufu, baiklah. Aku janji.”

“Terima kasih. Kalau begitu, sampai besok.”

Setelah berkata demikian, aku sepenuhnya meninggalkan ruang Dewan Siswa.

Kemudian, aku langsung mengejar punggung Yui-senpai, dan tak lama kemudian aku berhasil menyusulnya.

“Yui-senpai!”

“Hm? Ada apa, Natsuhiko? Kau mengejarku?”

“Ya, Shido senpai memintaku untuk mengantarmu pulang.”

“Dari Alice? Dia memang selalu berlebihan dalam melindungiku.”

Yui-senpai tampaknya sedikit kecewa. Aku paham, sih, dia merasa seperti diperlakukan seperti anak kecil, jadi tidak heran kalau dia merasa tidak nyaman.

“Ya, ya, mungkin saja ada orang yang akan mendekati Yui-senpai karena foto itu, jadi biar aku menemanimu supaya orang seperti itu tidak mendekat.”

“Hmm... kalau kau bilang begitu, sepertinya aku tidak bisa menolaknya.”

“Terima kasih.”

Begitulah, aku akhirnya akan pulang bersama Yui-senpai. Bisa pulang bersama ketua Dewan Siswa yang aku kagumi adalah sesuatu yang beberapa waktu lalu pasti ku impikan, sampai rasanya ingin meraihnya.

Namun, aku tidak boleh terlalu senang. Aku harus tetap fokus pada tugas. Jika tidak, usaha keras yang telah dilakukan oleh Shido-senpai untuk berkontribusi di Dewan Siswa akan sia-sia.

“Kalau begitu, ayo berangkat, Natsuhiko.”

“Ya!”

Dengan itu, aku mulai berjalan bersama Yui-senpai.


Previous Chapter |ToC |Next Chapter

Post a Comment

Join the conversation