Translator : Nacchan
Proffreader : Nacchan
Chapter 1 : Aku Tidak Akan Pernah Meninggalkanmu
Di awal bulan April.
Aku baru saja naik ke kelas dua SMA.
Musim semi di pedesaan sangat tenang. Lagipula, di pedesaan, kejadian-kejadian ramai seringkali ada berdasarkan kalender. Pada saat itu, suasana sangat santai.
Sepulang sekolah, di sudut kelas, beberapa gadis sedang berbincang dengan riang.
"Hei, kamu lihat postingan pagi tadi dari Himari-san? Keren banget kan?"
"Aku juga pikir begitu. Lucu sekali ya." Keduanya sedang menatap ponsel mereka.
Mereka berbicara tentang postingan Instagram yang diunggah oleh Himari pagi itu. Dia mengambil foto itu di sebuah kafe di sepanjang Jalan No.10 selama liburan musim semi.
Duduk di teras kayu yang sejuk, dia memegang es krim baru yang cocok dimakan saatnmusim panas. Di kedua telinganya, dia mengenakan anting yang dihiasi dengan lily valley dari bunga awetan.
Matanya yang berwarna biru laut terlihat menawan di balik kacamata hitam besar. Di belakangnya, pemandangan laut biru Hirogata menyebar luas.
Minggu ini, suhu meningkat dengan cepat. Postingan Instagram yang membangkitkan kesan musim panas itu tampaknya sangat menonjol.
Sejak memasuki SMA, Himari mulai mengunggah di Instagram. Dengan kualitas asli yang bagus, sangat mengejutkan bahwa dalam kurang dari setahun, ia memiliki lebih dari 50.000 pengikut. Di kota asalnya, ia sudah terkenal. Setiap kali dia mengunggah postingan baru, bisa dilihat adegan riuh remaja perempuan berkumpul dan bercanda.
Bahkan ketika pergi ke pusat perbelanjaan AEON sepulang sekolah, seringkali menemui siswi dari sekolah lain yang juga sedang membicarakannya di food court. Benar-benar seperti di pedesaan. Sungguh sedikit sekali hiburan di sini.
Di sebelah kursiku...
Hari itu, Himari tampak santai memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya. Dia selalu memiliki aura khusus. Mengagumkan bagaimana seragam sekolah yang terlihat kuno di kota kecil ini tampak seperti pakaian merek terbaru saat dikenakannya.
Dalam dua tahun ini, tingginya sedikit bertambah. Khususnya kakinya yang tampak panjang, memberikannya postur yang menakjubkan, sering menarik perhatian para siswa laki-laki. Wajahnya kini juga tampak lebih mempesona. Bibir tipis yang indahnya bersinar dengan
lip gloss pucat, dan setiap kali Himari menjilat bibirnya, suasana sekitarnya menjadi tegang.
Rambut indah yang dulunya terherai kebawah kini... telah dipotong dengan sangat berani. Namun gaya rambut bob pendek yang berantakan secara alami sangat cocok dengan Himari yang penuh selera humor.
Hanya matanya yang berwarna biru laut yang tetap tidak berubah. Seperti bentuk almond, sangat besar... dan tetap memikat.
Gadis cantik berpenampilan modis dari dua tahun lalu kini tampak lebih dewasa, namun sifat polosnya tampak lebih jelas dari sebelumnya. Ini benar-benar menunjukkan karakter asli Himari yang suka bermain-main.
Dua teman perempuan tersebut mendekati meja Himari dan berbicara dengannya.
"Toko di mana ini?"
"Kalau kamu mengikuti Jalan No.10 ke arah kota, kamu seharusnya bisa menemukannya dengan mudah. Es krim ini adalah menu terbatas hingga musim gugur, kan?"
"Lalu, anting ini? Bisa dibeli di AEON?"
"Itu pesanan khusus, jadi mungkin tidak dijual di toko."
"Aduh, keren sekali. Aku juga mau."
Kemudian Himari memberikan selembar kartu nama kepada mereka.
Hanya bertuliskan "you", itu adalah karya dari kreator aksesori bunga.
"Kamu bisa membelinya secara online. Pesan dari situs yang ada di kode QR kartu nama ini. Jika kamu memasukkan kode ini, biaya pengiriman gratis. Bisa digunakan berkali-kali, bahkan untuk pembelian satu barang pun."
"Sungguh? Terima kasih!"
Begitulah alur percakapannya, dan dia diajak bermain sepulang sekolah.
Mereka ingin pergi karaoke. Sebenarnya, di kota ini, tempat populer untuk hangout sepulang sekolah adalah AEON, karaoke, atau Sushiro.
Tampaknya banyak orang yang akan ikut serta. Beberapa di antaranya adalah siswa yang baru pertama kali bertemu setelah penggantian kelas. Mereka mungkin ingin memasukkan Himari ke dalam kelompok mereka.
...Prestise putri dari keluarga terhormat di kota ini tetap ada di SMA.
Bahkan, mungkin lebih besar dari dua tahun yang lalu. Proyek pembangunan daerah yang dikelola oleh kakak keduanya yang bekerja di kantor kota telah berjalan dengan lancar. Proyek jalan tol yang sudah
lama dinantikan akhirnya dibuka. Dengan ini, menjadi lebih mudah untuk bergerak ke provinsi tetangga, dan reputasi keluarga Inuzuka meningkat pesat.
Mendapat ajakan yang penuh dengan niat baik sebesar 120% dan kepentingan pribadi sebesar 120%, Himari tersenyum manis dan berkata, "Hmm, harus bagaimana ya?"
Merasa seolah-olah tatapannya tertuju padaku, aku berkata, " " Aku mengangkat tas ke pundak dan bangkit dari tempat duduk.
Tanpa menyapa siapa pun, aku meninggalkan kelas. Di koridor, banyak siswa yang pulang sekolah sibuk berlalu- lalang. Beberapa di antaranya berpakaian seragam olahraga menuju kegiatan ekstrakurikuler.
Aku datang ke laboratorium sains yang berada di gedung lain. Aku membuka pintunya dengan kunci yang dipinjam dari ruang guru. Ada enam meja dengan kapasitas enam orang setiap meja. Aku meletakkan tas di meja paling depan dekat jendela.
Di bagian belakang laboratorium, ada rak besar dari baja.
Aku membuka pintu geser bagian bawah rak baja di sebelah kanan. Ada beberapa lampu tanaman LED di dalamnya, alat hebat yang memungkinkan kita menanam tanaman di dalam ruangan tanpa khawatir tentang hama.
Bunga musim dingin sudah panen.
Sekarang ada bibit dan tanaman musim semi yang baru ditanam. Amaryllis, lavender, dianthus, dan marigold...
Aku mengambil foto dari setiap tanaman sebagai catatan perkembangannya. Setelah mengganti airnya, pekerjaan klub kebun selesai.
Sekarang, waktunya untuk aktivitas pribadi.
Aku menutup dan mengunci pintu geser tempat lampu tanaman LED, lalu membuka pintu geser di atasnya dan mengambil dua kotak karton.
Aku membuka salah satu kotak dan di dalamnya penuh dengan wadah kedap udara yang dibeli dari toko serba ada. aku mengambil satu dan memeriksa isinya.
Banyak desikan dan kelopak bunga yang dikeluarkan dari larutan, yang merupakan bunga awetan, yaitu dari kelopak bunga pansy.
Aku memeriksa warna kelopak bunga. Warna kuning cerah sekarang memiliki nuansa yang sedikit lebih dalam. Ada sentuhan klasik yang bagus. Tidak ada tanda-tanda kelopak bunga memburuk. Sekarang hanya tinggal melihat seberapa keringnya...
"Oke..."
Aku membuka kotak karton lainnya.
Di sini, ada alat-alat kerja yang ku simpan bersama-sama. Dari kotak alat, aku mengambil pinset. Memakai sarung tangan plastik, aku membuka tutup wadah kedap udara.
Dengan pinset, aku mengambil kelopak bunga pansy.
"...Sepertinya bagus ya?"
Ya, tampaknya bagus.
Sebenarnya, ini sangat bagus. Aku sedikit khawatir karena kelopak bunganya tipis dan mungkin akan lepas.
Pertama-tama, harus aku simpan dengan hati-hati... Sayang jika kelopak bunganya lepas.
"Baiklah, sekarang adalah tahap yang sesungguhnya." Aku menyiapkan lup meja kerja.
Dengan menggunakan lup, aku mulai memproses aksesori bunga.
(Note: Lup itu kaca pembesar)
Langkah pertama adalah memasukkan kelopak bunga ke dalam cincin. Ini adalah langkah yang paling memerlukan perhatian. Tidak boleh merusak kelopak, dan tampilannya juga penting.
Dengan hati-hati, aku menyelesaikan langkah ini dan dengan cepat merekatkannya dengan lem.
Sudut, tampilan, kekuatan... oke.
Selanjutnya adalah dasar anting. Aku membentuknya dengan kawat dan batang logam. Karena pansy berwarna kuning, aku menggunakan logam berwarna biru yang sejuk agar tampak menonjol.
Terakhir, aku menggabungkan bagian dasar dengan cincin yang telah dimasukkan pansy. Kali ini, aku mengatur arah pansy agar menghadap ke depan saat dikenakan. Seakan- akan bunga pansy bermekaran dari telinga.
Dengan solder yang telah dinyalakan, aku menyolder bagian dasar dengan bagian cincin. Jika ada kesalahan di sini, semua pekerjaan sebelumnya akan sia-sia. Jika ujung solder menyentuh bunga sekalipun, bunganya akan terbakar seketika.
Di laboratorium sains yang hening.
Dari kejauhan, aku bisa mendengar musik dari latihan klub tiup musik. Ketenangan ini terasa nyaman. Mungkin perasaannya mirip dengan samurai dari zaman Edo yang akan berduel.
... Saatnya bertarung.
(Note: Solder atau tenol adalah paduan logam yang mudah meleleh, yang digunakan sebagai logam pengisi untuk menyambungkan dua
material logam. Pada proses penyolderan, solder dilelehkan atau dilebur agar dapat dibubuhkan pada sambungan yang akan terikat setelah solder mendingin dan memadat.)
Aku mendekatkan ujung solder ke bagian yang akan disambungkan dan solder, menyentuhnya sebentar, lalu melepaskannya. ...Terasa agak lemah. Tidak sempurna dalam sekali coba. Percobaan kedua... bola soldernya agak besar, tapi tidak masalah. Tidak mengganggu penampilan bunga.
Akhirnya, aku mengoleskan cairan patina untuk mencegah korosi dan memberi warna pada bagian yang telah disolder. Dengan ini, perubahan warna minor bisa disamarkan.
Satu sisi selesai. Aku memeriksanya di bawah cahaya meja kerja.
“...Oke.”
Aku menghapus keringat di dahiku.
Perasaan saat aksesori selesai selalu menyenangkan, tidak peduli berapa kali aku merasakannya. Rasanya seperti berada di dunia sendiri, terisolasi dari dunia luar.
Pokoknya, aku suka waktu sendirian ini.
Kakak mengatakan diriku terlalu introvert, tapi itu adalah sifat bawaan. aku adalah seorang kreator. Dalam kesendirian, aku bisa berhadapan dengan diri sendiri...
“Wah, kali ini juga jadinya imut ya.”
“... Eh!?”
Ketenangan ku tiba-tiba terganggu.
Dua lengan ramping tiba-tiba muncul di depan ku, melingkar dan memeluk leher diriku dari belakang.
Itu Himari. Dia melingkarkan tangannya di leher ku dan melihat aksesori yang aku buat dari atas bahu ku.
“Hehe, kaget ya?”
Kepalanya sedikit miring, ujung rambutnya yang halus menggelitik pipi ku. Matanya yang berwarna biru laut memandang ku dengan intens.
Choker dengan motif bunga Edelweiss yang sudah dia kenakan sejak SMP sedikit berkilauan.
“Himari, jangan mendadak memeluk saat aku sedang menggunakan solder. Lagipula, sejak kapan kamu di sini?”
“Sekitar satu jam yang lalu. Kamu terlalu fokus hingga tidak menyadariku di sini.”
Tangan Himari mematikan solder.
“Sekarang waktunya bermain denganku,”
bisiknya lembut di telinga ku.
“Yuu itu bodoh.”
“Hei, aku masih punya satu lagi yang harus ku selesaikan...”
“Aku sudah puas melihat kilauan mata Yuu hari ini, jadi tutup saja tokonya. Cobalah untuk menghibur temanmu ini,” katanya dengan nada menggoda.
“Oke, oke, tapi jangan berbisik di telinga ku...”
Himari meminum jus dari kemasan karton Yoguruppe. Dia kemudian mengeluarkan satu lagi dari saku roknya dan memasukkan sedotannya ke mulut ku. Aku minum dengan rasa bersyukur.
Ah, segar. Karena aku terlalu fokus pada pekerjaan, tenggorokan ku sangat kering. ...Sejujurnya, aku lebih suka Pocari daripada minuman seperti ini.
"Himari, bukannya tadi kamu diajak karaoke?"
"Hm? Aku menolaknya."
"Sayang sekali, mereka dengan baik mengajakmu. Ada juga teman sekelas yang baru pertama kali kamu temui, seharusnya kamu bersenang-senang dengan mereka."
"Yah, mungkin. Tapi ku pikir Yuu akan cemburu."
"Aku tidak cemburu. Jangan membuat cerita sendiri." Himari tersenyum manis.
Rasanya seperti dia ingin berkata, "Aku ini cantik dan kamu beruntung bisa memiliki waktu berdua denganku. Kamu harus lebih menghargainya atau aku akan marah."
Memang, dia benar-benar cantik, tapi terkadang sikapnya agak memaksa.
"Meski begitu, kamu memandangku dengan penuh semangat tadi."
"Aku hanya mengingat festival budaya SMP. Rambutmu panjang saat itu, kan?"
"Oh, kamu juga lebih tinggi sekarang. Bukannya dulu aku yang lebih tinggi dari kamu?"
" "
Kami berdiri untuk membandingkan tinggi badan, dan Himari melompat sambil berteriak kegirangan. Memang, bukan karena Himari yang tidak bertumbuh, tapi aku yang tumbuh terlalu cepat.
Saat melihat jam, sudah melewati pukul 5 sore.
"Serius, bisa lepas gak?"
"Tidak bisa, punggungmu ini tempat khususku."
"Di sini, ya..."
Yah, sebenarnya aku sudah terbiasa.
"Memang, aku kurang produktif saat hari kerja. Lebih mudah jika bisa bekerja di rumah."
"Kucing di rumahmu kembali mengacaukan bunga-bunga kerjaanmu?"
"Ya, kucing itu selalu menemukan tempatnya meskipun aku sudah pindahkan."
"Hahaha, kenapa tidak kerja di rumahku? Ada ruangan kosong, bisa digunakan sebagai bengkel."
"Tidak mau. Kakakmu selalu membawa sushi mahal."
Mendapat sambutan hangat dari seluruh keluarga kadang membuatku merasa tidak nyaman. Aku kira keluarga kaya di pedesaan lebih ketat dan menakutkan.
“Terakhir ini, aku jadi nggak cukup waktu buat bunganya.”
“Kenapa nggak beli saja di toko?”
“Tapi aku ingin menawarkan sesuatu yang aku banggakan sendiri.”
“Hmm... begitu ya.”
Hei, kenapa kamu terlihat senang?
Meskipun sudah lama kenal dengan Himari, aku masih bingung tentang apa yang membuatnya senang. Lagipula, aku nggak menyangka setelah dua tahun kita masih menjadi sahabat. Himari punya banyak teman, dan ku pikir dia akan cepat bosan denganku.
“Terlepas dari itu semua, itu berkat Instagram Himari.”
‘You’ yang diperkenalkan oleh Himari, itu sebenarnya aku.
Instagramnya bukan hanya hobi, tapi dia mempromosikan aksesori bunga buatanku.
Pada setiap postingan di Instagram, Himari selalu memakai aksesori bunga buatanku. Dia memperkenalkan situs penjualan di akunnya, dan orang yang tertarik bisa memesan. Strategi untuk mengumpulkan dana dan mempromosikan aksesori bunga sekaligus.
Selama SMP, kami mencoba berbagai cara. Mengunjungi bazar di sekitar, mengunggah proses pembuatan di YouTube... Ternyata kombinasi “gadis cantik x aksesori bunga” yang paling efektif.
“Ngomong-ngomong, bagaimana dengan agensi hiburan yang menghubungimu beberapa waktu lalu?”
“Oh, aku menolak tawaran mereka karena aku ingin tetap di kota ini selama SMA.”
“Sungguh? Sayang sekali.”
“Haha. Kalau aku menerimanya, aku nggak bakal punya waktu untuk mempromosikan aksesori bungamu lagi.”
“Padahal mereka bilang mau datang ke desa ini untuk ketemu kamu.”
“Yah, kalau kecantikanku diakui di seluruh dunia, pasti bakal ada masalah. Bayangin saja, ada penguasa minyak yang jatuh cinta padaku dan melamarku. Pasti bakal ada perang besar untukku.”
“Darimana kamu dapet kepercayaan diri segede itu? Nggak ada yang khawatir akan hal seperti itu kok.”
Sambil melihat pekerjaanku, Himari meneguk minumannya dengan riang.
Himari langsung melipat dua kotak minuman di tangan ku sambil mengatakan "Kalau sudah selesai minum, tolong berikan ke aku," dan menyimpannya di sakunya.
"Hei, kita benar-benar terikat oleh takdir. Jadi, jika kamu tidak menikah, aku harus bertanggung jawab. Bagaimana dengan orang tuamu? Mereka pasti kecewa."
"Berhenti bercanda. Sejak kamu bicara begitu, kakakmu mulai memanggilku 'adik ipar'. Itu sungguh mengganggu."
"Kenapa tidak? Jadi saja 'adik ipar'."
"Tidak mungkin. Kamu saja sudah sulit untuk dihadapi, bagaimana dengan kakakmu yang sama extrovertnya? Aku nggak kuat."
"Tenang saja. Rumah kami sangat besar. Kami bisa tinggal bersama dalam tiga keluarga dan tetap memiliki privasi."
"Mengapa kamu dengan santai membayangkan tinggal bersama kakakmu?"
Aku benar-benar takut kalau itu terjadi. Bayangkan saja, sepanjang hari dikelilingi oleh dua orang dengan DNA yang sama seperti Himari? Itu benar-benar mimpi buruk.
"Jika kamu tidak suka, kenapa kamu tidak pacaran lebih dulu? Kamu sudah di SMA selama setahun, pasti ada cewek yang kamu suka?"
"Sebenarnya, itu..."
"Apa? Masih belum bisa melupakan cinta pertamamu?"
"Hei, bukan begitu. Aku belum menemukan seseorang yang memberikan kesan seperti dia."
"Kesan? Oh, kamu bicara tentang gadis yang kamu tolong di kebun binatang saat dia tersesat, kan?"
"Iya. Saat itu, kami melihat bunga hibiscus yang indah bersama. Dia memakai gaun putih, tampak pemalu dan imut. Dia juga tersesat dan terus memegang lengan bajuku, itu sungguh menggemaskan."
Himari terdiam dan menatap wajahku dengan intens. Lalu dengan ekspresi serius, dia menyetuh pipiku dengan jari- jarinya.
“Sebenarnya, aku sudah lama ingin mengatakannya,” kata Himari.
“Apa?” tanyaku dengan ekspresi bingung.
Himari tersenyum sinis. “Mungkinkah gadis itu hanya khayalanmu yang aneh, Yuu?”
“Aku akan membunuhmu!”
“Atau mungkin, kamu terlalu suka pada bunga sampai-sampai kamu berhalusinasi?”
“Khayalan aneh dan halusinasi itu apa bedanya sih?”
“Kamu memang punya sifat yang suka bermimpi, dan itu salah satu pesonamu, Yuu. Tapi mungkin saatnya untuk mulai memperhatikan gadis-gadis di dunia nyata.”
“Mengapa sih? Aku merasa baik-baik saja seperti ini.”
“Tapi bagaimana jika kamu bertemu kembali dengan cinta pertamamu dan kamu masih perjaka? Itu kan memalukan?”
Kata-katanya benar-benar menusuk hatiku. Aku tanpa sengaja menjatuhkan peralatan yang sedang kukumpulkan.
“Yang penting bukan itu! Aku tidak terlalu ingin bertemu dengannya lagi!”
“Hmm, kamu tidak berusaha menyembunyikan statusmu sebagai perjaka. Aku suka itu darimu.”
“Lagipula, karena kamu selalu menggandengku di sekolah, orang- orang pasti berpikir aku sudah punya pacar!”
Aku protes dengan segenap kemampuan.
Namun Himari hanya tertawa sambil menutupi mulutnya dan menepuk dada ku dengan ringan.
“Eh? Tapi aku sering punya pacar, lho. Mungkin Yuu yang kekurangan feromon? Jangan salahkan aku.”
“Para cowok yang pernah kau tolak itu menyebarkan gosip aneh, tahu? Kenapa ada desas-desus palsu bahwa aku merebutmu dari pacarmu?”
“Itu mungkin karena aku selalu membicarakan tentangmu di depan pacar-pacarku?”
“Aku serius, berhentilah! Aku bahkan tak tahu di mana lagi ‘ranjau’ berita palsu itu tersebar di sekolah!”
“Sejujurnya, aku tidak benar-benar suka pada pacar-pacarku sih.”
“Lalu, kenapa kamu berpacaran dengannya?”
“Hmm? Mungkin hanya untuk mengisi waktu luang?”
“Serius, sifatmu yang seperti itu benar-benar membuatku frustrasi.”
“Hahaha. Aku masih belum benar-benar mengerti tentang perasaan cinta, sih.”
Dua tahun telah berlalu sejak festival budaya di SMP. Dalam hal asmara, kami berdua tetap seperti dulu.
“Bahkan jika tetap seperti ini, aku akan kesulitan jika tak ada yang mau menikahiku saat aku berusia 30 tahun.”
“Kau serius tidak berencana menikah sebelum membuka toko?”
“Sebenarnya aku tidak berencana untuk menikah sama sekali. Tapi jika Yuu menikah lebih dulu, aku mungkin akan dipaksa untuk kencan buta. Tolong jangan sampai itu terjadi.”
“Jangan gunakan aku sebagai alasan. Baiklah kencan buta atau apa pun, cepat menikah saja.”
“Padahal calonnya mungkin seorang pria tua, lho. Apa kamu baik-baik saja jika aku menikah dengan pria yang seumuran dengan ayahku?”
'Ya, aku serius’
'Ya ampun tubuh muda ku akan dikotori oleh tangan-tangan berminyak seorang pria tua. ......
“Oh.Kau kadang melontarkan kata-kata porno yang bahkan aku, sebagai anak laki-laki, tidak berpikir itu akan diucapkan oleh dirimu..
......
“Maaf aku gadis yang nakal.”
Aku tidak memiliki citra manis. ......
“ Hal yang paling penting adalah kamu harus bisa melihat dunia dari sudut pandang orang yang kamu ajak bicara.”
Meskipun dia gadis yang begitu cantik, aku benar-benar tidak mendapatkan sensasi darinya.
“Sekarang ini masih ada yang melakukan omiai (pertemuan perjodohan) gitu ya?"
“Iya, ada lho. Bahkan, segera setelah lulus SMA bisa berturut-turut. Mungkin foto-foto udah disebar di antara kenalan. Itulah kenapa aku belum menentukan masa depanku sih.”
“Oh, aku ingat waktu kelas 1 kamu mengumpulkan form rencana masa depan tanpa isi dan dimarahi guru.”
“Karena disuruh mengisi apapun, aku tulis “menjadi istri Yuu” tapi aku malah dimarahi.”
Itu memang pantas dimarahi.
Jangan sembarangan menggunakan nama orang lain.
Makanya, sejak saat itu guru sering mengecek “Kamu bawa handphone?” Aku sih punya, tapi tidak ada rencana untuk menggunakannya.
“......Tapi, di zaman Reiwa ini, apakah masih ada omiai antar keluarga kaya?”
“Ada lah, tapi itu ketinggalan zaman menurutku. Aku tidak mau memilih jalan hidup seperti itu.”
“Apalagi pasangannya bisa dua kali lebih tua.”
“Kalau begitu, aku akan menjadi pelindungmu saat itu. ...Karena kita sahabat.”
Setelah mengatakan hal keren itu, aku berbalik dengan wajah percaya diri.
Namun, wajah Himari memerah sambil menahan tawa. Pipinya bengkak seperti tupai, bergetar-getar.
Tentu saja aku menyadarinya. ...Ku rasa aku sedang dipermainkan.
“Ha-ha! Itu hanya bercanda!”
“Kamu, aku akan memukulmu, lho!”
“Zaman sekarang, tak mungkin ada pertemuan semacam itu. Kamu baca novel dewasa terlalu banyak atau bagaimana?”
“Yang mulai bicara tentang tangan berminyak adalah kamu, bukan!?” Himari tertawa sejenak, lalu mengacak-acak rambutku.
“Tak perlu khawatir, aku tak akan meninggalkanmu di tengah jalan. Aku berencana menikmati tempat istimewa ini untuk sementara waktu.”
Dia merangkul leherku dengan kedua tangannya, memelukku dengan erat.
Aku menepuk-nepuk kedua tangannya untuk memprotes. “
Tengkukku~. Tempat istimewa itu, tengkukku tercekik~”
“Kamu pria dengan leher paling nyaman untuk dipeluk di Jepang~”
“Sejak kapan ada gelar seperti itu? Tidak ada yang membuatku senang lho?”
“Bukankah aku seorang wanita dengan lengan paling nyaman untuk memeluk orang di Jepang~”
“Hmm, aku tidak yakin. Untuk mengklaim itu, lenganmu mungkin sedikit terlalu ramping... Eh, hei, jangan tekan lenganmu begitu kuat!?”
Dengan suasana seperti itu, kami bercanda seperti biasa, Hingga lonceng pukul 18.00 berbunyi
Klub olahraga bisa beraktivitas hingga pukul 20.00,namun untuk klub kebudayaan pada dasarnya Cuma sampai jam 18.00.gedung bagian ini akan segera di kunci kita harus pulang sebelum itu.
“Hari ini kita selesaikan sampai di sini saja “
“Benar juga ya
“Bukan benar ya juga oi, kamu juga ikut bantu!! Lalu lepaskan ini dari leherku dan berdirilah dengan ke dua kaki mu sendiri jangan menggantung dan berisik,jika kamu menyeretnya maka leherku benar- benar bisa tercekik woi.”
...Yah, mungkin maksudnya untuk menghormati keluarga aslinya. Memang sulit lahir dalam keluarga kaya.
Sebelum pergi ke laboratorium, aku mampir ke sudut mesin penjual otomatis untuk membeli yogurt. Karena selalu diberi Himari untuk diminum, aku pun menjadi ketagihan dengan bakteri asam laktat.
Memasukkan koin ke mesin, aku menekan tombol. Sebuah kemasan karton jatuh di tempat pengambilan.
"Kadang-kadang senyap itu indah ya."
Bersenang-senang bersama Himari memang menyenangkan, tetapi menikmati kesunyian adalah tanda sejati seorang pria, kata ayahku. Meskipun aku tahu itu hanya alasan karena dia tidak bisa mengalahkan ibuku dalam berbicara, aku suka dengan kata-katanya.
"...Hm?"
Dari kejauhan, seorang siswi berjalan mendekat. Rambut hitam dengan sedikit semburat merah,Panjang tlurus.
Mata yang panjang dan sedikit tajam. Dia tampak agak galak.
Seragamnya dikenakan dengan santai. Bagian dada bajunya terbuka sedikit lebar.
Dari warna garis dasi, dia sepertinya siswi kelas dua juga. Aku tidak tahu namanya. Ku pikir kami tidak satu kelas tahun lalu.
...Dia sangat cantik.
Meski sama-sama cantik, Himari memberi perasaan kenyamanan. Jika harus membandingkan, dia seperti peri yang tinggal di hutan yang tenang. Seperti karakter dalam game yang memulihkan energimu ketika kamu bertemu dengannya.
Tapi, gadis berambut hitam ini memberi kesan seperti pisau yang tajam. Sepertinya dia orang jaman sekarang. Mungkin saja dia dengan santai menggosipkan kekasihnya di belakang. Dia punya aura yang sama dengan kakak perempuanku.
" "
Dia menatapku dengan tajam.
Aduh, dia tahu aku melihatnya. Segera aku alihkan pandanganku.
...Aku hanya rakyat biasa.
Sebagai informasi, aku kurang pandai bergaul dengan wanita cantik, tapi aku suka mereka.
...Rasanya sangat kontradiktif, tapi maksudku adalah "mereka bagus sebagai inspirasi desain aksesori." Berbicara langsung dengan mereka sungguh menakutkan bagi ku.
Wanita cantik paling baik saat mereka diam.
Di saat itu juga, aku sedang membayangkan aksesori yang cocok untuk wanita berambut hitam itu.
Dari kesan singkat, dia tampak seperti seseorang yang benar-benar memperhatikan penampilannya. Riasannya sempurna, dan dia tidak melupakan aksesori untuk menonjolkan penampilannya. Penjepit rambut, kalung... untuk bagian wajah, itu sudah cukup. Bukan berarti semakin banyak semakin baik.
Maka dari itu, satu-satunya tempat di mana aksesoriku bisa masuk adalah dari leher ke bawah. Kukunya juga dicat dengan warna pastel, dan cincin mungkin terlalu mencolok.
Jadi, yang harus ku targetkan adalah pergelangan tangannya... (Tepat! Gelang yang longgar seperti itu... Tunggu sebentar?)
Apa yang menarik perhatian ku adalah tangan kirinya yang menopang tasnya. Di pergelangan tangannya, ada aksesori bunga yang pernah aku buat.
Tan Hime.
Sebuah bunga yang memiliki kelopak putih, besar, dan mengkilap, seolah menjadi simbol keindahan. Makna di balik bunganya juga tak kalah indah: "Kecantikan yang mempesona", "Cinta yang fana", dan "Hanya sekali saja, aku ingin bertemu dengannya."
...Aku ingat.
Karena Tan Hime memiliki ukuran sebesar telapak tangan, setelah diolah menjadi bunga awetan, kelopak dan benang bunganya dipisahkan dan dijadikan aksesori. Itu dibuat dengan resin dalam bentuk hati, mirip dengan kalung yang Himari pakai, dan digantungkan ke gelang metal.
Dua tahun yang lalu, itu adalah salah satu barang yang aku jual di festival budaya SMP. Itu adalah salah satu karya terbaikku saat itu. Makna di balik bunganya yang begitu mendalam juga menjadi alasan mengapa itu masih diingat.
...Selain Himari, masih ada orang yang memakai karya ku dari masa itu.
Dibandingkan dengan bunga awetan biasa, yang dikeraskan dengan resin bisa bertahan bertahun-tahun asalkan dirawat dengan baik.
Namun, pada akhirnya itu hanya aksesori. Bagi wanita, aksesori seringkali bersifat sementara. Dengan kata lain, mereka bisa mudah bosan dengannya. Kecuali jika itu cincin pernikahan atau sesuatu yang spesial, mungkin hanya orang aneh seperti Himari yang akan memakai hal yang sama terus- menerus.
Aku tidak sedih. Itu memang takdirnya.
Aku memang bangga dengan karya-karyaku, tetapi tidak berniat memaksanya pada orang yang membelinya. Meminta mereka untuk selalu merasakan perasaan yang kumasukkan ke dalam karya itu tanpa memudar adalah sesuatu yang sangat arogan.
Pokoknya, aku hanya sedikit terkejut.
(Apakah wanita cantik seperti itu pernah menjadi pelangganku...?)
Tidak mengingatnya juga bukan hal yang aneh. Saat itu aku sangat sibuk dengan transaksi.
Bagaimanapun juga, aku akan menceritakan pertemuan singkat ini kepada Himari nanti. Sudah jelas dia akan menggodaku dengan berkata, “Kamu jatuh cinta? Kamu pasti jatuh cinta kan?”.
Aku mengambil yogurt dari mesin penjual otomatis dan berlalu melewatinya.
Wanita berambut hitam itu mengeluarkan dompetnya di depan mesin penjual otomatis. Mungkin dia akan minum saat aktivitas klub.
Sambil berjalan, aku menusukkan sedotan ke dalam kemasan yogurt, kemudian teringat bahwa ini untuk diminum nanti.
Haruskah aku membeli yang kedua? Tapi jika aku kembali sekarang, itu akan terlihat mencurigakan...
Aku berharap wanita berambut hitam itu sudah pergi. Dengan harapan itu, aku menoleh ke mesin penjual otomatis.
...Dia masih ada di sana. Dia sedang memasukkan koin. Itu saat aku menyadari sesuatu.
Gelang Tan Hime di tangannya telah hilang. Apakah dia menyimpannya di tasnya dalam waktu singkat ini? Sambil berpikir begitu, aku menunduk.
Dan dia juga menunduk untuk mengambil minumannya.
“Ah...”
Tidak jelas siapa yang mengeluarkan suara itu.
Suara itu lebih lembut dari yang kubayangkan, jadi mungkin itu suaranya. Atau mungkin kami berdua mengeluarkannya secara bersamaan. Yang pasti, kami berdua memfokuskan pandangan pada hal yang sama.
Di bawah kaki wanita berambut hitam... Aksesori bunga Tan Hime jatuh di sana.
Bagian penghubung gelangnya patah. Itu dibeli dengan anggaran klub SMP. Tentu saja, itu akan memburuk. Sebenarnya, aksesori itu tahan lama.
Itulah yang aku rasakan saat itu.
Lebih daripada tenang... ya, "tak bersemangat" mungkin kata yang lebih tepat. Selama ini, aku telah membuat ratusan aksesori. Aku memasukkan semangat ke dalam setiap karya, tetapi jarang melihat kembali.
Karena aksesori itu barang konsumsi.
Itu adalah pertemuan yang tak akan terulang, dan itulah nilainya.
Jika kamu salah memahami esensi ini, itu bukanlah bisnis. Yang Himari dan aku tuju bukanlah sesuatu yang unik, tapi juga tidak biasa. Kami bukan seniman, tapi tukang buat.
Namun, mungkin berbeda bagi gadis itu.
"Oh, tidak..."
Wanita berambut hitam itu dengan cepat mengambil aksesori yang jatuh.
Dia dengan hati-hati mengelap permukaan resin dengan saputangan dan memeriksa apakah ada goresan. Dari gerakannya saja, aku bisa tahu bahwa dia sangat menghargai aksesori itu.
Dia menyentuh bagian yang rusak dan cepat-cepat melepaskannya. Sepertinya dia tidak sengaja menusuk jari dengan bagian yang tajam. Dia buru-buru mengemut ujung jarinya... namun, matanya tetap tertuju pada aksesori yang rusak.
Matanya sedikit berkaca-kaca.
Dia terlihat seperti tipe orang yang akan membuang aksesori rusak ke tempat sampah terdekat. Namun, dia terlihat bingung seolah-olah dunia telah berakhir, dan itu menusuk hatiku.
Itulah sebabnya, tanpa berpikir, aku berbicara padanya. "Aku bisa memperbaikinya, lho..."
"Huh?"
Wanita berambut hitam itu menatapku dengan rasa heran.
Namun, aku tetap menatap wajah cantik wanita berambut hitam itu.
...Kenapa ya? Aku tidak pandai bergaul dengan wanita cantik. Bahkan, jika mereka adalah orang asing yang baru kukenal, aku sulit untuk memandang mata mereka langsung.
Dan dia—dengan cara yang mendinginkan degup jantungku dalam sekejap, berkata dengan dingin,
“Apa yang kamu inginkan?” Wow, itu keras...!
Dengan satu kalimat itu, ada aura tekanan yang seolah-olah menghancurkan seluruh suasana.
Tentu saja. Jika seseorang yang tak dikenal tiba-tiba berkata, “Maukah kamu aku perbaiki aksesori itu?” tentu saja akan dianggap mencurigakan. Jika hal ini terjadi di luar sekolah, mungkin polisi akan datang.
Lagipula, jika dia ingin memperbaikinya, dia bisa pergi ke toko aksesori mana saja. Memang, itu adalah desain asli sehingga mungkin ada beberapa toko yang enggan memperbaikinya.
“Ah, maaf. Aku melihat kamu benar-benar menghargainya, jadi aku... Lupakan saja.”
Dan aku segera pergi. Meskipun ada jejak yogurt yang tumpah dari sedotanku, aku tidak memiliki waktu untuk melihatnya lagi.
Ini memalukan.
Jika aku ceritakan ini pada Himari, dia pasti akan tertawa terbahak- bahak. Aku benar-benar tidak akan memberitahunya. Aku akan membawa kejadian ini ke alam baka!
Dua hari kemudian, saat pelajaran.
Itu adalah pelajaran literatur klasik, tetapi aku sama sekali tidak fokus. Sebenarnya, akhir-akhir ini selalu seperti itu.
...Jika aku lengah, mata dingin wanita berambut hitam itu akan muncul kembali dalam ingatanku. Tatapan seolah melihat serangga kecil. Memang, aku terlihat mencurigakan, tapi apakah dia harus begitu membenciku?
— Pluk.
Dari kursi sebelah, sebuah bola kertas dari buku catatan diterbangkan. Ketika aku membukanya, tertulis dengan huruf bulat yang imut, “Hey, Cabul. Dengarkan pelajarannya dengan baik~”
“ ”
Ketika aku memandang ke sebelah, Himari sedang tersenyum jahil.
Ketika aku mengabaikannya, bola kertas selanjutnya melayang padaku. Di situ tertulis, “Mau aku carikan gadis itu untukmu? Mungkin itu pertemuan takdir~ (haha)”
Dia melipatnya dan menyimpannya di saku. Pada akhirnya, pukulan himari melayang ke arahku. Dia menamparku di bahu kanan dengan pukulan yang tak berarti.
“Jangan mengabaikanku!”
“Eh, itu jelas sesuatu yang seharusnya diabaikan, tahu. Kamu pikir aku akan terpancing dengan provokasi level anak sekolah dasar ini?”
“Hah? Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu tentang kebaikan hati seseorang?”
“Kebaikan hati? Lalu, apa yang akan kamu lakukan setelah menemukan anak itu?”
“Hehehe. Mungkin aku akan merekam video saat Yuu ditolak.” “Tolak. Kenapa kamu asumsikan aku akan menyatakan cinta?”
“Tenang saja. Meskipun kamu ditangkap sebagai orang mesum, aku akan menerimamu. Oh, tapi kalau aku sudah menikah saat itu, maafkan aku ya.”
“Itu bukan hanya tentang tidak bertanggung jawab ...”
“Eh? Jadi, kamu serius ingin aku? Haruskah aku membuat tiket reservasi? Cukup dengan cap jempol?”
“Aku sudah bilang aku benar-benar tidak mau ... Hm?” Ketika aku sadar, semua siswa di sekitar kami menatap kami.
Di podium, guru tua pelajaran sastra kuno sedang menatap kami dengan tajam.
"Natsume-kun. Jangan mengganggu belajar Inuzuka-san ya~?" Kenapa sih!?
Karena Himari memiliki citra yang baik, entah kenapa terlihat seolah- olah aku yang selalu memulai segalanya. Aku tidak bisa menerima "sihir Himari" ini. "Bagaimana jawabannya~?"
"Maafkan aku "
Setelah pelajaran sastra kuno selesai, tibalah waktu istirahat siang.
Ketika aku sedang menyiapkan roti dari took serba ada, Himari datang dari belakang dan menaruh dagunya di kepala ku. Kemudian, dia menepuk-nepuk bahu ku dengan ritme yang pas.
"Karena Yuu, aku dimarahi lho~"
"Hei, kamu benar-benar ga punya sadar diri, untuk bisa bilang begitu?"
Aku menggoyangkan kepalaku ke atas dan ke bawah, sehingga dagunya Himari terbentur. Dia mengeluarkan suara seperti "au, au, au," mirip dengan suara anjing laut.
Beberapa teman perempuan di kelas berbisik, "Mereka berdua selalu mesra seperti itu sepanjang hari," "Mereka sudah seperti itu sejak tahun lalu," "Sungguh, semoga mereka berhenti berbuat seperti itu." Maafkan aku karena teman baikku ini tidak mengerti situasi yang tepat...
"Ngomong-ngomong, Yuu. Apakah kamu masih kesal tentang kejadian hari sebelum kemarin?"
"Aku sama sekali tidak tersinggung. Aku sangat tenang kok."
"Tapi kenapa sejak hari sebelum kemarin, kamu sama sekali tidak mengerjakan apa-apa?"
"Ugh ..."
"Jangan terlalu khawatir. Dianggap mesum oleh seorang gadis cantik, itu seharusnya sebuah penghargaan."
"Itu tidak masuk akal. Dari mana informasi itu?"
"Dari kakakku. Ketika aku memberitahunya bahwa Yuu dianggap mesum oleh seorang gadis cantik, dia bilang, 'Aku akan membayarnya, mari kita tukar tempat.'"
"Mengapa dia, walaupun tampan dan berkepribadian baik, punya selera yang aneh ya?"
"Hahaha. Mungkin itu keturunan?"
"Keturunan ...”
"Semua orang di keluargaku punya satu jenis fetisisme. Kakekku pergi ke Eropa karena dia awalnya punya fetis terhadap mata biru."
"Jadi, itu diwariskan padamu, ya?"
“Jadi begini. Aku juga punya fetis mata,dan untuk saat ini mata semangat milik yuu adalah yang terbaik”
"Makasih ya ..."
Omong-omong, tentang insiden dengan gadis berambut hitam beberapa hari yang lalu, tentu saja aku tidak bisa menyembunyikannya selamanya. Akibatnya, selama dua hari terakhir, aku telah menjadi mainan Himari.
"Tapi untungnya, masih ada orang yang menyimpan aksesori bunga pertama milik Yuu dengan hati-hati."
"Iya, benar-benar orang aneh."
"Hei, aku juga sangat menghargai kalung choker itu lho!"
"Sejujurnya, aku pikir kamu yang paling aneh ..."
Selama ini, aku telah membuat banyak aksesori baru untuk Himari. Namun, hanya choker bunga ini yang dia tidak pernah lepaskan.
Tentu saja, aku berterima kasih. ...Namun entah mengapa, aku merasa geli ketika memikirkannya.
Saat berbicara dengan Himari, salah satu teman sekelas memanggilku.
"Natsume-kun. Ada tamu untukmu."
Tamu untukku? Itu jarang terjadi. Maaf untuk mengatakannya, tetapi aku tidak punya banyak teman seperti Himari. Aku benar-benar tidak sering bergaul setelah sekolah.
Ketika aku hendak pergi ke koridor, orang itu menunjukkan wajahnya ke kelas.
"Hei, Natsu! Aku datang untuk bermain!"
"... Oh, Makishima."
Seorang pemuda berambut coklat yang agak flamboyan melambaikan tangannya.
Makishima Shinji.
Dia adalah teman sekelas ku tahun lalu. Kita mulai berbicara cukup sering karena kebetulan duduk berdekatan saat baru masuk sekolah. Meskipun tahun ini kita berada di kelas yang berbeda, jika kita bertemu di koridor atau saat pelajaran bersama, kita selalu menyapa satu sama lain.
Singkatnya, dia adalah satu-satunya teman laki-laki yang aku miliki... Mungkin caraku mengatakannya terdengar rumit, tapi intinya dia adalah satu satunya teman yang aku miliki selain Himari.
“Ada apa, playboy?”
“Hahaha! Apa-apaan menyapaku seperti itu? Tapi itulah yang aku suka darimu ♪”
Makishima adalah playboy sejati.
Dia telah berkencan dengan banyak siswi, dan setiap kali itu selalu ada drama. Saat dia muncul di kelas, beberapa siswi di kelas kami mendesis dengan ekspresi marah, yang menunjukkan reputasinya... Apakah dia benar-benar memiliki mental yang kuat?
“Jika kamu mencari kamus bahasa Inggris, aku tidak membawanya hari ini, lho.”
“Aku tidak datang untuk meminjam itu. Ada hal yang ingin aku tanyakan kepadamu.”
Sebagai catatan, “Natsu” adalah panggilan untukku. Dari nama lengkapku, Natsume Yuu.
Saat aku sedang memikirkan apa yang ingin ditanyakan Makishima kepadaku, tiba-tiba Himari bersuara dari belakangku.
"Hei, Makishima-kun! Ada apa?"
"Hei, Himari-chan. Bagaimana kabarmu?"
"Hehe, berkatmu, aku menikmati kehidupan SMA seperti biasa."
"Itu bagus. Aku meminjamkan 'Natsu'-ku padamu, jadi itu seharusnya yang terjadi."
Alis Himari bergetar sejenak. Dia langsung memeluk lenganku erat- erat dan dengan senyuman yang agak tajam, dia menjawab,
"Betul sekali. Terima kasih telah selalu bermain dengan 'Yuu'-ku, Makishima-kun."
"... Hmph!"
Mereka saling tatap dengan intensitas tinggi.
Hei, tunggu sebentar. Mengapa kalian berdua saling menatap dengan keras seolah-olah sedang bertaruh kepemilikan atas diriku? Aku adalah
milikku sendiri! Dan orang yang membayar uang sekolahku adalah orangtuaku!
"... Kalian berdua pacaran waktu SMP, kan? Mengapa hubungan kalian begitu buruk sekarang?"
Sebagai informasi, Makishima rupanya adalah mantan pacar Himari sebelum dia bertemu denganku. Aku cukup terkejut saat pertama kali mendengarnya. Serius, hubungan antar orang di daerah pedesaan itu
sangat sempit. Mereka berdua tipe yang mudah berpindah-pindah pasangan, jadi sekarang rasanya agak aneh untuk memikirkannya.
Himari tersenyum dengan ekspresi yang tampak tahu sesuatu.
"Meskipun dia hanya teman untuk menghabiskan waktu, aku tidak ingin mengingat masa lalu dengannya."
"Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"
"Karena kamu berkencan dengan lima gadis sekaligus, aku mendapatkan banyak kesulitan dari gadis-gadis lain yang iri padaku, tahu?"
"Hahaha. Kau menerima pengakuan dari seseorang meskipun kau tidak menyukainya, jadi inilah hasilnya. Kau menganggapku selevel dengan pria lain. Anggap saja sebagai pelajaran."
Dengan cara yang khas, Makishima begitu lancang.
... Jadi, apakah alasan Himari menjauh dari percintaan adalah karena Makishima? Ini pertama kalinya aku mendengarnya, tapi dia benar- benar adalah tipe orang yang sulit ditangani.
"Jadi, Makishima, apa yang ingin kamu tanyakan padaku?"
"Oh, benar sekali. Hampir saja aku lupa.”
Kemudian, Makishima memulai pertanyaan utamanya.
"Apakah kamu berbicara dengan seorang gadis di dekat mesin penjual otomatis setelah sekolah sehari sebelum kemarin?"
"Gadis?"
Apakah dia berbicara tentang gadis berambut hitam itu? Ketika aku menyadari hal itu, wajahku langsung memucat.
"Apakah dia pacar Makishima sekarang? Memang, aku berbicara dengannya, tapi bukan karena aku ingin merayunya atau apa pun ..."
"Tidak, tidak, itu bukan masalahnya."
Dia menunjuk dada ku dengan jarinya.
... Meskipun aku oke saja, tapi aku sedikit merasa canggung dengan sentuhannya.
"Jadi, memang kamu ya. Aku menduga begitu setelah mendengar deskripsinya."
"Deskripsi? Maksudmu apa?"
Jarinya yang tadi menunjukku kemudian meluncur ke samping.
Ketika dia melihat keluar dari pintu kelas ke koridor, dia melihat gadis yang tadi kami bicarakan. Jadi, dia adalah gadis berambut hitam itu.
"Ah."
"Halo."
Dia hanya berkata itu sebelum segera memalingkan wajahnya. Masih saja dingin seperti biasa.
Tetapi kemudian, Makishima mulai mengusik gadis itu di dahinya.
"Hei, Rin-chan, kamu seharusnya memberi salam dengan sopan!"
"Itu sakit, Shi-kun."
Shi-kun?
Oh, Shi dari Makishima Shinji. Tunggu sebentar, bisa kalian tidak berlaku mesra di depan kelas kami? Orang lain mungkin akan marah ...
Tunggu, kenapa aku merasa seperti sesuatu baru saja kembali kepadaku?
"Makishima, apa hubungan kalian?"
"Dia adalah anak dari toko kue di belakang rumahku. Secara singkat, dia adalah teman masa kecilku. Dia adalah salah satu dari sedikit gadis yang aku janji tidak akan mendekatinya. Harap bersikap baik padanya."
"Oh, terima kasih untuk info yang benar-benar tidak perlu itu."
Jadi ada teman masa kecil antara laki-laki dan perempuan di dunia nyata.
Apalagi, dia begitu cantik. Aku benar-benar terkesan. Makishima juga tampan, mereka berdua seperti pasangan dalam komik.
Saat aku tengah memikirkan hal itu, Himari bereaksi
"Ah, bukankah itu Enochi? Apakah orang yang diceritakan oleh Yuu adalah Enochi?"
"Enochi?"
Gadis berambut hitam itu juga tampaknya mengenali Himari.
"...Hi- chan?"
Hi-chan? ...Ah, Himari disebut Hi-chan.
Situasi ini mendadak menjadi seperti pertempuran nama panggilan.
...Tunggu sebentar, mengapa semua orang mengenal satu sama lain kecuali aku? Aku merasa ditinggalkan. Bolehkah kalian menjelaskan sedikit?
"Himari, apa hubungannya?"
"Yuu juga punya hubungan dengannya. Ingat, saat festival budaya, dia adalah adik dari model yang telah membantu kita."
Aku mengerti sekarang.
Pada festival budaya di SMP, akun Twitter dari model tersebut adalah alasan mengapa aksesori bunga yang kutemukan laku terjual. Kakak Himari adalah teman dari model tersebut. Dari hubungan itu, Himari dan gadis berambut hitam ini mungkin saling mengenal. Himari juga memiliki jejaring sosial yang luas.
"Lalu, um... siapa namamu?"
"...Enomoto Rion."
Oh, nama yang bagus.
"Jadi, Enomoto-san, apa yang kamu inginkan dari ku, bukan dari Himari?"
" "
Ekspresinya tampak tidak suka. Aku bukan yang memanggilnya, tapi...
Kami tak bisa berbicara jika ini terus berlanjut. Makishima, yang menyadari hal itu, meminta Enomoto untuk berbicara lebih lanjut.
"Rin-chan, katakan segera apa yang kamu inginkan. Yuu tampak kesulitan."
"Shi-kun, aku sudah bilang, jangan panggil aku dengan nama itu.
" Ah, Rion dipanggil Rin-chan.
Aku bertanya-tanya siapa yang memulai kebiasaan memberi nama panggilan seperti ini, apakah itu Makishima atau Enomoto. Oh, siapapun itu tidak masalah.
"...Um, ini."
Enomoto menyodorkan sesuatu dengan kedua tangannya. Di telapak tangannya ada sesuatu yang familiar.
"Aksesori dari waktu itu?"
Gelang logam dengan motif bunga bulan. Tentu saja, kaitannya masih rusak. Itulah mengapa dia tidak memakainya di tangan kirinya hari ini.
Saat berpikir demikian, Enomoto-san mulai berbicara tentang keperluannya.
“Aku sudah mencoba menelepon toko aksesori dan pusat perbelanjaan, tapi mereka bilang mereka tidak menerima perbaikan kecuali jika itu produk dari merek tertentu. Teman-teman ku juga bilang mungkin lebih baik membeli yang baru...”
“Oh, jadi begitu.”
Jadi dia ingin meminta perbaikan lagi dari waktu yang lalu.
Aku lega. Ku pikir Makishima akan berkata seperti “Jangan main-main dengan barangku”, tapi... tunggu, kenapa bayanganku terasa begitu kuno? Apa ini film yakuza?
“Bagaimana jika sepulang sekolah hari ini?”
“Hmm.”
Dia menjawab sambil mengalihkan pandangannya. Aku kira itu berarti dia setuju.
“Lalu, aku akan mengambilnya. eh?”
Saat aku hendak mengambil aksesori itu, dia menarik tangannya kembali.
Apa masalahnya? Bagaimana aku harus merespon? Aku masih belum memahami karakternya karena baru mengenalnya, jadi tolong jangan bermain-main seperti itu.
“......Aku khawatir kamu akan merusaknya, jadi aku ingin melihat prosesnya.”
“Oh, jadi begitu. ”
Walaupun dia tidak percaya padaku, ya sudahlah.
Aku tidak masalah dengan itu, dan aku mengerti bahwa dia sangat menghargainya.
“Lalu, bisakah kamu datang ke lab sains sepulang sekolah?”
“ Hmm.”
Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang berbeda dari biasanya.
Sepulang sekolah,
Sambil menunggu Enomoto-san di ruang sains, aku mendengarkan tentang sifatnya dari Himari.
"Jadi pada akhirnya, Himari dan Enomoto-san berkenalan lewat kakak- kakak mereka?"
"Ya. Kami dulu dekat saat SD, tapi sekarang tidak terlalu akrab. Kelas kami juga berbeda tahun lalu."
"Oh, jadi kalian berdua dari sekolah dasar yang sama?"
"Sebenarnya agak berbeda. Kami berteman dan bermain beberapa kali saat SD."
"Seperti pertemuan keluarga?"
"Ya, mirip. Tapi bukan keluarga, melainkan karena pesanan kue."
"...Kue?"
"Makishima sudah bilang, kan? Rumah Enomoto-san adalah toko kue."
"Oh, begitu."
Jadi mereka bermain bersama saat membantu bisnis keluarga, yaitu pengiriman kue.
"Kue dari toko Enomoto-san enak sekali. Mendapat pujian dari tetangga juga."
"Oh, aku ingin mencobanya."
"Aku masih memesan kue dari sana, jadi bagaimana kalau kamu datang ke pesta ulang tahun ibu ku bulan depan?"
"Mengapa? Kenapa aku harus datang ke pesta ulang tahun ibumu? Itu aneh."
"Ayah dan ibu merasa kesepian tanpa kamu akhir-akhir ini."
"Sebenarnya, itulah yang membuatku tidak ingin datang..."
Kenapa keluarga Himari begitu ramah padaku? Bagaimana aku seharusnya memberikan selamat ulang tahun di situasi seperti itu?
"Balik lagi ke Enomoto-san, setelah itu kami sering bermain bersama saat pengiriman kue. Tapi ketika kami memasuki kelas atas SD, kami berhenti bermain bersama. Sekolah kami juga berbeda, jadi kami tidak bertemu lagi."
"Jadi kamu tahu dia masuk ke SMA kita?"
"Ya. Kami berbicara beberapa kali saat tahun pertama."
Aku sudah paham hubungan mereka.
Tapi sungguh luar biasa Himari mengingat temannya dari waktu kecil. Aku bahkan hampir tidak ingat teman-temanku saat bermain bola di SD.
"Jadi, dia bersekolah di SMP yang berbeda?"
"Ya. Aku rasa dia mendapat gelang bunga dari kakak perempuannya." Itu memang masuk akal.
Aku juga tidak merasa dia adalah tipe orang yang akan berhubungan denganku.
"Jadi, apakah dia tahu aku pembuatnya?"
"Lebih baik tidak memberi tahu, menurutku. Kamu lihat kan, dia sangat memperhatikan gelang itu?"
"Aku tidak tahu dia memiliki perasaan khusus padanya, tapi dia memang tampak sangat menghargainya."
"Ya, lebih baik tidak mengungkapkan hal itu. Karena mungkin itu bisa mengubah kenangannya tentang gelang itu."
"Hei. Kenyataan bahwa aku yang membuatnya dianggap sebagai gangguan...?"
"Bukan itu maksudku. Memori indah harus tetap murni, bukan? Tidak peduli informasi apa yang kamu berikan, itu bisa merusak kenangan. Tidak perlu mengacaukan kenangan berharga dengan menyebutkan hal semacam itu."
Hmm. Dia benar juga
Aku memang tidak ingin memamerkan bahwa aku adalah pembuatnya, jadi aku akan mengikuti saran Himari.
Sepulang sekolah,
Aku sedang menunggu Enomoto-san di lab kimia saat Himari memberi tahuku tentang kepribadiannya.
"Hei, Yuu. Kau pasti ingin mendekati putri toko kue yang cantik dan berdada besar ini sebagai kesempatanmu, kan?"
"Tidak mungkin. Tapi aku tidak bertanya dengan maksud itu... tunggu, dada besar?"
Himari tampak serius. Dia mengangguk dengan mata yang berkaca- kaca.
"... Sangat besar. Aku melihatnya saat ganti pakaian di jam pelajaran olahraga bersama di tahun pertama."
"Sungguh ya..."
Aku tidak menyadari karena seragamnya longgar...
Sejujurnya aku tidak peduli. Tapi sebaiknya Himari berhenti memberiku informasi yang tidak diinginkan.
"Dulu saat SD, dia sangat mirip boneka dan sangat imut. Tapi saat masuk SMA, dia menjadi wanita cantik yang menakjubkan. Ah, benar- benar tipeku..."
"Oh ya? Memang Himari suka tipe wanita seperti itu. Mirip dengan kakak perempuanku..."
"Itu benar. Aku benar-benar suka kakak perempuanmu. Wanita cantik adalah harta dunia..."
"Tapi meskipun begitu, ini pertama kalinya aku mendengar tentang Enomoto-san darimu. Kalian tidak begitu akrab ya?"
Himari tampak sedih dan berkata,
"Sebenarnya, aku ingin akrab dengannya, tapi aku merasa dihindari."
"Hei, padahal kamu punya kemampuan komunikasi yang hebat. Sangat jarang kamu di hindari."
"Hmm. Saat jam pelajaran olahraga bersama di awal SMA, kami berganti pakaian bersama. Dan saat itu..."
Aku langsung mengerti.
Dari gerakan tangannya, aku bisa menebak apa yang dia lakukan.
"Kamu tidak perlu memberitahuku. Aku punya perasaan buruk tentang ini."
"Itu hanya keinginan sesaat! Peluang untuk meraih sesuatu yang sebesar itu mungkin hanya datang sekali seumur hidup!"
"Aku bilang tidak perlu memberitahuku! Itu alasan yang valid untuk dihindari!"
"Kamu pasti akan melek wkkwwk”
“Hei, Himari! Jangan tertawa! Mungkin karena ulahmu tadi, dia menjadi waspada terhadapku.”
“Baiklah, mari kita mulai...”
Aku meminta Enomoto-san duduk di kursi di depan ku dan menerima gelang yang rusak darinya.
Pertama-tama, aku memeriksa kerusakannya. Seperti yang diperkirakan, bagian joint mengalami kerusakan. Dengan kata lain, cincin yang digabungkan telah saling bergesekan sehingga mengurangi daya tahannya.
Untuk memperbaikinya, aku hanya perlu mengganti seluruh bagian tersebut. Meskipun aku tidak memiliki bagian yang sama persis, aku memiliki beberapa yang serupa dalam stok ku. Karena bukan dari toko murah, kualitasnya tentu lebih baik dari sebelumnya.
...Saat aku memikirkan itu, aku teringat kata-kata Himari sebelumnya.
“Eh, Enomoto-san. Boleh aku tanya sesuatu?”
“......Kamu tidak bisa memperbaikinya?”
Dia sepertinya tidak mempercayaiku...
Ya, wajar saja. Dalam pandangan Enomoto-san, aku hanyalah "orang aneh yang tampaknya terampil dengan tangannya".
Jika bukan karena Himari atau Shinji, dia mungkin tidak akan memintaku untuk memperbaikinya.
“Ah, tidak. Maksudku, ehm...”
“......Bisakah kamu menjelaskannya dengan jelas? “
Enomoto-san menatapku dengan ekspresi kesal sambil menepuk-nepuk jarinya. Dia tampak benar-benar kesal... dan betul, dia memiliki dada yang besar. Kedua payudaranya sepertinya mau melompat keluar... tunggu, itu bukan poinnya. Himari, jangan masukkan ide aneh ke pikiranku.
Tiba-tiba, Himari menyela.
“Berhenti, berhenti. Enocchi kamu terlihat sedikit menakutkan.”
“Hii-chan.”
Dia masih tampak tidak senang, tetapi setidaknya dia berhenti mengejarku.
“Yuu-kun memang sedikit penakut. Meski begitu, dia berusaha keras berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Jadi, mungkinkah kamu sedikit lebih ramah padanya?”
“Aku tidak marah. “
“Tapi, Enocchi, sejak tadi kerutan di dahimu tampak dalam. Lihat ini.”
“Eh!?”
Tiba-tiba, Himari mengarahkan cermin ke arah Enomoto-san, membuatnya terkejut. Dalam sekejap, dia tersandung dan hampir jatuh ke belakang. Kedua tangannya berputar di udara, mencoba menyeimbangkan diri.
“Heh? Enochi?”
“Ah, tunggu, eh. aghh!?”
Dia jatuh begitu saja, bersama dengan kursinya. Aku dan Himari hanya menatap dengan mata terbelalak.
...Ternyata, tubuh manusia memang tidak bisa bergerak dalam situasi seperti ini.
“Enochi!?”
“Eh, kamu baik-baik saja!?”
“Aku dan Himari segera membantunya bangun.”
Untungnya, dia tampaknya tidak memukul kepalanya. Namun, dia tampaknya telah memukul sikunya dengan keras, sehingga matanya memerah karena menahan air mata.
.”..Uh, uhh”
“Eh, Enochi? Maaf ya? Kamu baik-baik saja?”
“ Tiba-tiba, Enomoto-san berteriak keras.”
“Kamu bilang kamu bisa memperbaikinya, jadi perbaiki sekarang!”
“Iya, iya, apakah ini salahku (?)...”
Siapa sangka dia akan jatuh sebegitu hebatnya...
Apakah dia sebenarnya seperti itu? Maksudku, seperti, um...
“Enochi, kamu memang selalu canggung ya”
Himari benar-benar berkata dengan terang-terangan!
Kemudian Enomoto-san membalas dengan wajah yang memerah.
“Itu salahmu, Hi-chan!!”
“Ah, tapi serius, siapa yang bakal menyangka?... Hahaha!~~~~!”
Lengan kanan Enomoto-san dengan cepat mencengkeram kepala Himari.
Dia terus memegang dengan kuat. Himari mengeluarkan suara seperti jeritan ketika mencoba memukul lengan itu.
“Hi-chan, aku benar-benar benci kamu! Kamu selalu tidak peka sejak dulu, selalu mengambil gantungan kunci dan boneka yang aku suka!”
“Aku menyerah! Enochi, aku menyerah! Cengkeraman besimu itu bahaya! Kamu pasti memperkuat lenganmu dari membuat kue! Kepalaku seperti ingin pecah!!”
“Berisik! Aku akan membalas dendam yang telah menumpuk sejak SD sekarang!”
“Maaf, maaf! Aku janji tidak akan melakukannya lagi, serius!”
Wow...
Ini pertama kalinya aku melihat Himari dalam keadaan seperti itu. Mungkin karena mereka berdua adalah teman lama, Himari tidak bisa menggunakan “sihirnya” pada Enomoto-san. Aku ingin sedikit belajar dari situasi ini.
Ketika Enomoto-san melepaskan Himari, dia menatapku dengan mata yang tajam. Ekspresinya menakutkan, seolah- olah wajah marah dari dewa.
“Natsume-kun. Perbaiki sekarang!”
“Ba-baik, aku akan melakukannya sekarang.”
Dengan tergesa-gesa, aku mengambil aksesori yang rusak itu. Maafkan aku, Enomoto-san, tapi suasana sedikit mereda.
Ketika tahu bahwa dia adalah tipe yang sering dibuat repot oleh Himari, perasaanku menjadi lebih santai.
Meskipun aku tidak menginginkan situasi seperti ini sebagai penengah.
“Sebelum memperbaiki, aku ingin mengonfirmasi sesuatu. Aku bisa memperbaikinya, tapi mungkin perlu mengganti beberapa bagian. Jadi, aku ingin kamu menyetujui hal ini. “
“Eh... tidak bisa diperbaiki dengan keadaannya yang sekarang?”
Ekspresinya tampak tidak suka.
“Bagian ini, aku beli di toko serba seribu yen. Toko seperti itu sering mengganti barang-barangnya. Jadi mungkin sulit menemukan bagian yang sama dari dua tahun lalu.”
“...Kamu membelinya di toko serba seribu?”
“Ah, tidak. Aku hanya berpikir itu tampak seperti itu. Itu dekat. Sangat dekat.”
Aku rasa tidak perlu menyembunyikannya, tapi aku memutuskan untuk melakukannya bersama Himari.
Enomoto-san tampak enggan mengganti bagian tersebut.
Pasti ada sesuatu yang berharga baginya di aksesori itu. Himari tampaknya menyadarinya juga dan tampak kesulitan bagaimana meyakinkannya.
Namun memang benar bahwa sulit mendapatkan bagian yang sama. Toko aksesori dan toko serba ada menolak untuk memperbaikinya, terutama karena alasan tersebut.
Menghubungi toko serba seribu untuk mengetahui produsen bagian tersebut mungkin sia-sia, karena kemungkinan besar produksi sudah dihentikan. Tak mungkin mereka akan memproduksi bagian dari toko serba seribu hanya untuk perbaikan ini. Terlebih lagi, kemungkinan
besar barang tersebut diproduksi di luar negeri, dan tidak ada jaminan bahwa produsen tersebut masih ada.
Untuk memperbaikinya, aku perlu meminta Enomoto-san untuk berkomitmen. Jika itu tidak mungkin, memang sulit bagi ku untuk memperbaikinya.
“Aku akan mempertahankan resin "Epiphyllum oxypetalum" ini. Itu janjiku. Jika kita menggunakannya dengan bagian yang lebih tahan lama, kamu bisa menggunakannya lebih lama lagi”
“Tapi...”
“Jika itu tidak bisa... bagaimana dengan meletakkannya di dalam kotak koleksi dan menghias ruangan? Aku pikir aku bisa membuat dekorasi yang sesuai dengan permintaanmu”
Dia membandingkan gelang itu dengan wajahku.
Ekspresinya seperti anak kecil yang bingung. Meskipun kesan pertamanya agak keras, mungkin dia memiliki sifat yang cukup polos. Tadi dia juga bermain-main dengan Himari.
Sambil memikirkan hal itu, Enomoto-san berkata.
“...Aku ingin memakainya.”
“Jadi, boleh ganti bagian-bagiannya?”
“Hmm. “
“Dengan enggan, dia mengangguk.”
...Ini memakan waktu lama. Jujur saja, aku merasa sangat lelah setelah ini. Aku bukan tipe yang biasanya mendiskusikan aksesori dengan orang lain, jadi aku benar- benar ingin pulang dan mandi sekarang.
...Tapi, mungkin kelelahan ini sebagian besar karena Himari.
“Oke, aku akan mulai sekarang. Tolong tunggu sebentar.”
Aku membuka kunci rak besi di belakang dan mengambil kotak alat. Di dalamnya juga ada kotak yang berisi stok bahan.
Dari situ, aku memilih batang logam yang memiliki warna dan bentuk yang mirip dengan gelang ini. Warna coral, berbentuk silinder dengan panjang sekitar 1 cm. Aku meletakkannya di atas meja untuk membayangkan bagaimana tampilannya setelah terkoneksi.
“Bagaimana? Seperti ini?”
“Hmm...”
“Boleh aku ukur ukuran pergelangan tanganmu?’
“...Ini sudah oke?”
Dia mengulurkan pergelangan tangan kirinya dan aku mengukurnya dengan pita pengukur.
Ukuran pergelangan tangannya hampir sama dengan Himari. Tapi sepertinya akan lebih cocok jika gelang Enomoto-san sedikit lebih longgar, sesuai dengan gaya pakaiannya.
“Oke, aku akan mulai.”
“...Baik. Tolong lakukan.”
Langkah pertama adalah membongkar gelang Epiphyllum oxypetalum.
Meski begitu, ini mudah. Hanya perlu memotong dengan tang yang tajam. Tidak memerlukan banyak kekuatan karena sudah mengalami kerusakan.
Namun, harus berhati-hati agar tidak merusak resin Epiphyllum oxypetalum. Ini mudah, tapi harus dilakukan dengan hati-hati. Siapa sih yang membuatnya dengan detail seperti ini? Ah, itu aku.
“...Selesai.”
Mungkin sebaiknya aku melakukan pemeliharaan pada bagian resin ini... Tapi, mungkin dia akan merasa tidak enak jika aku menyentuhnya terlalu banyak. Baguslah, aku peduli dengan perasaan orang lain.
Kemudian pada bagian sambungan...
“...Hei, Hi-chan.”
“Apa?”
“Apa hubunganmu dengan orang ini?”
“Eh. Kamu penasaran? Kamu suka Yuu?”
“Bukan begitu! Aku hanya sedikit penasaran!”
“Hmm. Kasihan dia kalau kamu menolaknya dengan begitu kuat.”
“Jadi, apa hubungan kalian?”
“Dia teman dekatku sejak SMP.”
“Teman dekat?”
“Ya. Kenapa? Ada yang aneh?”
“...Tidak. Jadi kalian berdua sedang apa di laboratorium ini?”
“Kami sedang melakukan kegiatan klub kebun. Kami menanam bunga di rak ini. Kami juga menanam bunga di pekarangan belakang parkiran. Lihatlah, ada di dalam rak ini.”
“Wow. Apa ini? Ada banyak tunas bunga di dalam wadah bulat yang lucu...”
“Itu adalah planter LED. Dengan ini, kamu bisa menanam tanaman hias di dalam ruangan yang kurang cahaya matahari. Sayuran seperti selada juga bisa tumbuh dengan baik di sini, sangat berguna.”
“Menakjubkan. Aku tidak tahu ada seperti ini...”
“Ngomong-ngomong, aku belum menyiram bunganya hari ini. Mau coba, Enochi?”
“Y-Ya, baiklah...”
“Ini, pakai penyiram ini. Panggil nama bunga-bunga tersebut, katakan "kamu lucu" saat menyiramnya. Karena bunga-bunga itu murni.”
“Baiklah... Akari-chan, Izumi-chan, Ui-chan... Kamu lucu...”
“Itu dia! Lanjutkan. Selanjutnya ada "Kekekekeke", "Kokokokoko"...”
“Mereka terlihat seperti PokĂ©mon yang kamu tangkap banyak-banyak untuk nilai individunya!”
“Hahaha. Aku tidak bisa mengingat semuanya. Tapi Yuu bisa mengingat dengan baik.”
“Hebat...”
“Kalau tentang hal yang dia minati, Yuu lebih pintar daripada aku. Sayang sekali.”
“Tapi, Hi-chan. Aku belum pernah mendengar tentang klub kebun sebelumnya...”
“Mungkin ya. Kami mendirikannya tahun lalu. Kami belum merekrut anggota lain.”
“Apa yang kalian lakukan di klub?”
“Kami biasanya mengamati pertumbuhan bunga. Kami mengkompilasi laporan tentang bunga yang bisa ditanam di dalam ruangan dengan mudah. Kami mengatakan ada efek terapi, jadi ini untuk kesejahteraan sosial.”
“Hanya sebagai alasan...”
“Kamu ingat lulusan tahun lalu? Kami menghiasi pintu gerbang sekolah dengan bunga. Itu adalah bunga yang kami tanam.”
“Ah, setelah upacara, para senior merobeknya sebagai kenang- kenangan?”
“Ya, itu. Sebenarnya tidak masalah, tapi aku ingin mereka mengambilnya dengan lebih hati-hati.”
...Pertama, aku telah menyelesaikan penggabungan batang logam. Ya, ini seharusnya seperti ini.
Selanjutnya, aku akan menghubungkan bagian resin...
“Hi-chan, kenapa dia tidak memberikan respons sama sekali?”
“Yuu selalu begini. Ketika dia sedang bekerja seperti ini, bahkan jika vas bunga pecah di sebelahnya, dia tidak akan menyadarinya.”
“...Kamu pernah mencobanya?”
“Hahaha. Tahun lalu, ketika sedang mengganti air bunga, aku tanpa sengaja menjatuhkannya.”
“Oh...”
“Dia bahkan tidak mendengar percakapan kita sekarang. Kamu bisa menyentuhnya dan dia tidak akan menyadarinya. Mau mencoba?”
“Apa?”
“Seperti ini. Kamu lakukan seperti ini...”
“Hei, itu mungkin bukan ide yang bagus...”
“Hehe. Oh, aku harus mengambil foto ini.”
“Hei, dia tidak akan marah nanti?”
...Selesai.
Yah, seharusnya seperti ini. Jika saja aku punya lebih banyak waktu, aku bisa lebih memperhatikan detailnya... Tapi, aku dan Himari sudah sepakat untuk menjadikannya sederhana.
Semoga dia puas dengan hasil ini... Hmm?
Ada sesuatu yang terasa aneh di atas kepalaku. Tepatnya, rasa seperti rambutku ditarik.
Kemudian, Himari memberikan cermin kepadaku.
“Lihatlah dirimu sendiri di cermin!♪”
“Apa?”
Rambutku, entah bagaimana, diikat dengan banyak pita merah.
“Aaaaaaah!”
Tanpa sadar, aku berteriak ketakutan melihat diriku sendiri. Itu adalah dekorasi yang kusiapkan untuk aksesori!
“Himari! Apa yang kau lakukan?!”
“Hehehe. Aku kaget mendengar teriakanmu, terdengar seperti gadis kecil...hahaha!”
Sambil menunjuk padaku, Himari tertawa terbahak-bahak.
“Aku mencoba melepaskan pita tersebut, tapi rambutku kusut dan sulit untuk dilepas.”
“Hei! Lepaskan ini!”
“Baiklah, baiklah. Aku akan melepaskannya. Kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu.”
Seharusnya aku yang bertanya itu!
Sementara Himari berusaha melepaskan pita di rambutku, aku memberikan gelang kepada Enomoto-san.
“Err, Enomoto-san. Untuk saat ini, bisakah kamu mencobanya?”
“Hmm...”
Aku meletakkan gelang di pergelangan tangannya.
Ukurannya sesuai dengan yang aku harapkan. Sekarang tinggal melihat bagaimana rasanya memakainya.
Ketika aku mengangkat kepala, mata kami bertemu. Dia tampak ingin tertawa sebelum akhirnya... dia tertawa terbahak-bahak.
“Jangan tertawa! Hei, Himari! Lepaskan ini sekarang!”
Dari belakang, aku mendengar Himari menggerutu.
“Maaf, Yuu. Tapi ini susah dilepas...”
“Kamu serius?!”
“Tidak apa-apa. Jika ini tidak bisa dilepas sampai kamu berumur 30, mungkin... hmm, kamu bisa memotong rambutmu?”
“Kau seharusnya bertanggung jawab dan membantuku, bukan seperti ini!”
Wajah Himari memerah.
“Eh, Yuu. Jika kamu masih lajang hingga usia 30, kamu berencana menikah denganku? ...Lalu, aku harus memberitahu kakakku ya?”
“Hei, jangan sembarangan bilang begitu sambil malu-malu!”
“Yah, aku benar-benar meragukan apakah kakakku bisa menikah atau tidak. Aku benar-benar tidak ingin merawatnya saat dia tua nanti.”
“Kamu tidak bisa sembarangan menyerahkan tanggung jawabnya kepada orang lain!”
“Kadang-kadang, Yuu itu egois ya.”
“Egois? Kamu yakin itu aku?!”
Tiba-tiba, Enomoto-san tersenyum melihat kami.
“Hehe, haha. Ini pasti salah Himari...hehe. Kita terkejut melihatnya.”
Senyumnya yang seperti anak kecil itu seolah mencairkan suasana yang tegang sebelumnya. Ketika aku melihat Himari, dia berkata dengan wajah bangga.
“Lihat, itu berkat aku.”
“...Kamu pasti hanya bicara sembarangan kan? “ Yah, setidaknya suasana menjadi lebih ringan.
Setelah memeriksa ukuran gelang, aku mulai bekerja pada bagian pengait terakhir.
♢♢♢
[Sudut pandang Himari]
"Hey, Himari, apa hubunganmu dengan Natsume-kun?"
Ketika Enocchi bertanya seperti itu, aku sedikit merasa kesal. Aku akan bilang sejujurnya.
Aku tidak melihat Yuu sebagai lawan jenis.
Aku bahkan tidak begitu mengerti tentang asmara. Apa itu sesuatu yang begitu penting?
"Kamu pacaran dengan Natsume-kun, ya, Himari-san?"
Sejak aku mulai menghabiskan waktu dengan Yuu, aku sudah ditanya pertanyaan ini ratusan kali. Sudah seperti lagu yang terus-menerus diputar.
Yang paling menggangguku adalah ketika mereka dari tahun ajaran yang berbeda bertanya padaku. Seperti, "Apa hubunganmu dengan Natsume-kun?"
Bukankah itu aneh?
Beberapa hari lalu, bahkan di pertemuan komite, aku ditanya lagi.
Seorang senior dari kelas tiga... siapa namanya lagi? Ah, tidak masalah. Yang penting bukan Yuu. Dia bertanya tanpa pendahuluan.
"Kamu sering bersama dengan cowok yang tinggi itu. Sepertinya kalian tidak cocok, ya?"
Dengan senyuman, aku menjawab, "Apa hubungannya denganmu, senpai?"
Dia langsung sadar bahwa dia tidak berkesempatan dan pergi dengan cepat.
Sungguh menjengkelkan.
Mengapa dia merasa perlu untuk berkomentar seperti itu? Seharusnya dia menanyakan tentang Yuu dulu, bukan?
Apakah nilai dari Yuu hanya tergantung pada apakah dia pacaran denganku atau tidak?
Itu sangat bodoh.
Orang-orang yang tidak tahu nilai dari Yuu, tidak punya hak untuk menolak nilai dari diriku. Mereka juga tidak punya hak untuk memaksakan pandangan mereka padaku.
Bisakah pria dan wanita menjadi teman? Tentu saja.
Kalau tidak, apa artinya perasaan ini? Apakah keinginanku untuk mendukung mimpi Yuu hanya berfungsi sebagai alat untuk berciuman atau lebih?
Itu sangat konyol. Jika aku ingin berciuman dengan Yuu, aku tidak akan berkeliling seperti ini.
Aku lelah dengan semua itu. Aku tidak berencana menolak orang yang benar-benar jatuh cinta, tapi aku harap mereka tidak menerapkan pandangan mereka pada kami.
Semua orang memiliki pandangan dan nilai yang berbeda. Dan aku berharap, siapapun yang menjadi pacar Yuu nantinya, dia dapat menghargai pandangan kami.
“Sebab kalau jadi pasangan, pasti akan ada saat ‘selamat tinggal’, kan? Itu pasti sedih.”
Sambil berpikir seperti itu, langit mulai mendung dan hujan turun.
Hujan dimulai tepat ketika Yuu menyelesaikan gelang itu. Setelah meninggalkan laboratorium bersama-sama, kami berganti sepatu di loker dan berdiri sambil menatap langit yang mendung.
Yuu melihat hujan dengan wajah yang tampak seperti dunia sedang berakhir.
“Himari, bukankah cuaca seharusnya cerah hari ini?”
“Oh, mereka bilang akan mendung malam ini.”
“Sungguh? Aku tidak memeriksanya dengan benar...”
Namun, ramalan cuaca mengatakan bahwa hujan baru akan turun setelah tengah malam. Ternyata ramalan hari ini cukup akurat.
Jadi, apa yang harus kita lakukan? Tapi kalau dilihat dari situasinya, jawabannya sudah jelas.
Sesuai dugaanku, Yuu mulai bergerak.
“Aku naik sepeda, jadi aku pulang dulu. Sampai jumpa besok.” “Mengapa kita tidak pulang bersama dengan bus?”
“Tidak, aku baik-baik saja. Tidak ada bus yang pas untukku besok pagi.”
Dengan kata-kata itu, dia cepat-cepat pergi. Aku tahu dia sedikit berbohong.
Sebenarnya, dia merasa canggung karena ada Enocchi. Yuu memang tidak terbiasa dengan gadis. Mungkin dia merasa tidak nyaman berada di ruangan yang sama dengan gadis yang tidak dikenalnya.
(Kalau seperti ini, sepertinya memang sulit untuk Yuu mendapatkan pacar...)
...Namun, kenyataan bahwa Yuu berbicara kepada Enocchi sungguh mengejutkan bagiku. Lebih mengejutkan lagi, dia bisa berbicara dengan mata yang tidak berpaling meski baru pertama kali bertemu. Meskipun ada masalah dengan aksesori bunga, itu sesuatu yang jarang terjadi.
Tapi, setelah tahu kalau itu Enocchi, aku bisa mengerti.
Dia memang cantik. Jauh berbeda dengan gadis-gadis lain yang hanya punya penampilan. Dia mungkin yang paling cantik setelah aku. Dia memiliki potensi untuk membuat Yuu melupakan rasa tidak nyamannya dengan gadis.
Wajah cantik, tubuh proporsional. Dia mungkin terlihat mudah salah paham, tapi sebenarnya dia sangat baik. Meski aku sering menggoda dia, dia selalu memaafkanku di akhir. Itulah mengapa aku merasa nyaman bersamanya. Ditambah, dia pandai memasak karena keluarganya memiliki toko kue. Dia memang gadis yang ideal untuk diperistri.
(Bisakah Yuu benar-benar jatuh cinta padanya?)
Hmmm. Tapi Yuu itu... ya, dia seperti itu. Sejujurnya, kadang aku merasa dia hanya tertarik pada bunga...
Jika kita membandingkannya dengan magnet, mereka berdua seperti kutub yang sama. Jika salah satu dari mereka menjadi agresif, mungkin ada kesempatan. Enocchi tidak sepenuhnya menutup diri. Dia memang tidak pernah menunjukkan senyum kepada seseorang yang benar-benar tidak diminatinya.
“... Hi-chan?”
Saat aku mengangguk-anggukkan kepala sambil berpikir, Enocchi memanggilku.
“Hm? Oh, maaf. Ada apa?”
“Aku sudah cek jadwal bus. Bus berikutnya datang sebentar lagi.”
“Oh, benarkah? Mari kita pulang bersama.”
Dengan payung lipatku, kami berdua menuju halte bus di depan sekolah.
Berbagi payung dengan seorang wanita cantik. Hehehe. Sungguh sebuah keuntungan besar. Maaf, Yuu. Terima kasih sudah pulang sendiri dalam keadaan basah. Semoga kamu tidak masuk angin besok.
"Hei, Himari-san."
"Oh, ada apa?"
"Kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan tadi. Ada apa denganmu?"
"Oh, aku hanya berpikir apakah Yuu baik-baik saja..."
Sebenarnya, aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sedang mengagumi kecantikan Enocchi. Dia mungkin akan merasa tidak nyaman mendengarnya.
Kecantikan adalah harta dunia. Mengaguminya tidak ada hubungannya dengan gender. Aku ingin membawanya pulang. Aku ingin menjamu dia di rumahku sampai dia benar-benar rileks.
...Baru saja terpikir olehku, belakangan ini Yuu benar-benar tidak datang ke rumahku.
Mungkin karena masa remajanya, tapi itu membuatku sedikit kesepian.
Seluruh keluargaku juga menunggu Yuu datang bermain. Mungkin Yuu punya kepribadian yang cocok dengan DNA keluarga Inuzuka.
"...Jadi, ... apa itu?"
"Wah! Maaf, Enocchi. Aku lagi-lagi tidak mendengarkan!" Aduh. Dia tampak benar-benar marah.
Enocchi memang tidak langsung mengungkapkan perasaannya, tapi dia selalu menunjukkannya di wajahnya. Oh, tapi tatapan marahnya... ah, aku jadi suka. Harus hati-hati, nanti aku jadi punya selera aneh.
Dengan wajah kesal, Enocchi bertanya lagi. Dia sangat imut.
"Kamu benar-benar tidak berkencan dengan Yuu?"
"Siapa itu?"
"...Yuu."
"Hmmm?"
Oh, maksudnya...
Saat aku curiga dengan hubungan antara Yuu dan Enocchi, ternyata Enocchi juga meragukan hubunganku dengan Yuu. Seperti pepatah, ketika kamu menatap jurang, jurang juga menatapmu kembali.
"Kami benar-benar tidak berkencan. Kami sahabat sejati."
"Kamu bilang kamu akan menikah dengannya tadi..."
"Haha! Itu hanya candaan. Semua orang di kelas kami tahu."
"Tapi seorang pria dan wanita yang selalu bersama seperti kalian..."
"Jika kamu bilang seperti itu, maka semua orang di dunia ini pasti sedang berhubungan, bukan?"
"...Eh. Oke, aku mengerti." Dia imut!
Wajahnya jadi memerah hanya karena mendengar kata "berhubungan"! Kamu terlihat sangat modern tapi masih polos ya!?
Ah, aku ingin membawanya pulang. Aku ingin mandi bersamanya. Aku ingin berkomunikasi dengan cara yang bisa membuat semua pria di dunia ini iri, dengan menggunakan hak istimewaku sebagai wanita.
Tidak, bukan berarti aku hanya bisa mencintai sesama jenis.
"Orang harus jujur dengan keinginannya untuk mengagumi sesuatu yang indah."
Itulah moto hidupku.
Dan itu—alasan utama mengapa aku membantu Yuu.
Yah, tidak bisa dibilang Yuu itu tampan. Mungkin biasa saja? Lumayan? Sudah lama bersamanya sehingga sulit untuk menilai. Tapi menurutku dia tidak jelek.
Sebenarnya bukan seperti itu. Aku suka mata itu, mata yang bercahaya pelangi saat dia membuat aksesori bunga. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku sangat menyukainya. Rasanya seperti sesuatu yang lebih dalam daripada DNA keluarga Intsuka. Mata itu seperti bola kaca yang membakar dengan penuh gairah. Tapi sepertinya akan pecah jika disentuh, jadi aku tidak bisa menyentuhnya. Bagi ku, itulah nilai dari Yuu.
Ku rasa aku tidak akan pernah bisa berpisah dari Yuu. Dia mungkin akan selamanya menjadi sahabat ku. Dan mungkin akan berakhir saat Yuu berhenti membuat aksesori bunga. Itulah mengapa aku akan terus membantu Yuu. Aku pikir perasaan ini tidak akan dimengerti oleh orang lain. Jadi aku tidak mengatakannya, karena manusia cenderung menyerang apa yang tidak mereka mengerti. Karena mata biru laut ini, aku tahu hal itu. Aku ingin tetap di "kursi khusus hanya untuk diriku" ini.
"Hi-chan!"
"Wah, maaf! ... Apa? Bis sudah datang? Mau ke rumahku? Mandi bersama?"
"Apa maksud yang terakhir itu...?"
Oops, sepertinya aku terlalu jujur dengan keinginanku..
Tolong jangan menjauh seperti itu. Rasanya dingin. Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu... Eh, sepertinya bukan seperti itu.
"Hi-chan, bisakah kita bicara sebentar?"
"Hmm?"
Ekspresinya serius. Apa ini masalah yang serius?
Tentu saja, ceritakan masalahmu padaku. Asalkan masih dalam jangkauan kakek dan kakakku, aku akan membantu.
"Hi-chan, kamu pernah punya pacar kan?"
"Ini tiba-tiba sekali. Ada apa?"
"Eh, maksudku, kamu tampak populer."
"Iya sih."
"Kamu tidak menyangkalnya..."
Itu adalah kenyataan, jadi tidak ada cara untuk menyangkalnya. Tapi, tentang pacar... Dia benar-benar tidak menyangka.
"Aku sering punya pacar, tapi biasanya putus dengan cepat. Sebenarnya, aku berpacaran hanya untuk putus."
"Berpacaran hanya untuk putus...?"
"Maksud ku, ada orang yang terus menerus mendekati ku walaupun aku menolak. Jadi aku berpacaran dengan mereka sebentar, biar mereka tahu betapa buruknya dan kita putus. Jadi tidak ada masalah setelah itu."
"Itu... apakah itu baik bak saja?"
"Menurut pengalaman ku, menolak saat seseorang mengakui perasaannya bisa lebih berbahaya. Jadi, aku punya ponsel khusus untuk itu. Aku memberi mereka nomor dari ponsel itu, dan kemudian bilang "ponselku diambil orangtuaku di malam hari", jadi aku tidak perlu membalas pesan mereka."
"Wow... itu luar biasa..."
"Itu bukan sesuatu yang hebat. Selama itu, aku tidak bisa bermain dengan Yuu. Itu benar-benar membuatku stres. Jika terjadi masalah besar, itu juga akan merepotkan kakakku, jadi itu juga sulit bagi ku."
Meskipun menjadi takdir untuk populer, itu benar-benar merepotkan.
Tidak peduli seberapa cepat kami berpisah, aku biasanya tidak bisa bertemu dengan Yuu selama sekitar seminggu.
Lagi pula, Yuu juga akan berkata, "Kamu putus lagi? Kamu benar- benar tidak bisa bertahan ya," yang sedikit membuat ku kesal.
"Jadi, apakah aku bisa menjadi tempat berbicara untuk Enochi?"
"Jadi, itu... uh..."
Dengan hati-hati memilih kata-katanya, Enochi berkata,
"Apakah di antara mereka, ada yang mengaku padamu tanpa bahkan melihat wajahmu?"
"...Ya?"
Itu benar-benar di luar dugaan.
Dengan "mereka", dia mungkin berbicara tentang para mantan pacarku(hehe). Aku mungkin tidak ingat semuanya, tetapi mengakui tanpa melihat wajahku... eh, dalam situasi apa?
"Oh, yang kamu maksud teman dari internet atau sesuatu?" "Bukan teman juga, sebenarnya..."
Huh?! Bukan teman?
Maksudnya adalah hubungan satu arah. Jadi, itu mungkin... "Oh, aktor atau komedian!"
"Sebagai perasaan, mungkin dekat dengan itu..."
"Tapi kamu tidak tahu wajahnya kan? Bagaimana bisa?" Semakin aku pikirkan, semakin aku bingung.
Aku menjadi tidak sabar dan menepuk punggung Enochi.
"Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakan dengan jelas!"
"Uh... Baiklah."
Sepertinya Enochi menyerah dan akhirnya mulai bicara tentang hal utama.
"Kamu tahu, keluargaku memiliki toko kue, kan? Kakakku selalu ingin pergi ke kota besar, jadi ku pikir aku yang akan meneruskan toko... "
Tunggu sebentar. Tiba-tiba cerita berubah dari kisah cinta menjadi cerita yang mengharukan.
Aku suka bagian dimana dia tampaknya tidak terlalu baik dalam berkomunikasi, mirip dengan Yuu. Jika Enochi mengambil alih toko, aku memutuskan bahwa keluarga Inuzuka akan selalu berhubungan baik dengannya.
"Jadi? Lanjutkan!"
"Ketika aku membantu membuat kue, ibuku sering mengatakan, 'Orang jahat pun bisa membuat sesuatu yang bagus. Tapi hanya orang dengan hati yang baik yang bisa membuat sesuatu yang menyentuh hati orang lain.' Mungkin dia ingin aku menjadi orang yang baik..."
Ah, aku mengerti
Sejujurnya, aku paham apa yang dia ingin katakan.
“Jadi, kamu menemukan sesuatu yang menyentuh hatimu? Meskipun kamu belum pernah melihat wajahnya, kamu jatuh cinta padanya, bukan?”
“Iya, kurang lebih seperti itu...”
Dia mengalihkan pandangannya dan pipinya memerah karena malu.
Hmm, sepertinya dia benar-benar serius. Dan dia sangat imut. Benarkah dia seimut ini? Pada momen ini, Enochi mungkin lebih imut daripada diriku.
Yuu, maafkan aku. Tadi aku berpikir ada kemungkinan denganmu, tapi sepertinya tidak. Sayang sekali, wanita cantik yang pengertian ini tampaknya memiliki seseorang yang dia cintai. Maafkan aku. Sepertinya kamu masih harus menikmati masa muda bersamaku saja sebagai sahabat.
Saat aku sedang asyik bermain-main dengan pemikiran tersebut, Enochi berkata,
“Aku merasa dia ada di dekatku, meski aku tidak tahu wajahnya...”
“Eh? Mengapa?”
“Karena dia selalu muncul di Instagrammu.”
...Dia selalu ada di Instagramku?
Apa maksudnya? Instagramku hanya untuk mempromosikan aksesori bunga, kan? Dan siapa yang muncul di sana?
Apakah ini cerita horor? Aku takut. Tunggu sebentar. Aku tidak suka hal seperti itu. Enochi, seharusnya kamu tidak mengatakan itu tanpa peringatan...
(--Oh, tidak seperti itu.)
Dia muncul di sana. Selalu muncul di sana.
Enochi tidak mengatakan “foto pria itu muncul”. Dari ceritanya, dia bahkan tidak tahu wajah pria itu.
Tapi dia tahu ikonnya. Sesuatu yang dibuat oleh pria itu yang mencuri hatinya.
“Enochi, mengapa kamu memberi tahuku tentang ini? Kamu mengatakan kamu tidak suka aku kan? Kamu bahkan menghindari ku di sekolah...”
“ ”
Enochi mengangkat tangannya.
Di pergelangan tangannya ada gelang bunga “Queen of the Night”.
Sebuah bunga yang mekar indah dalam satu malam dan layu dalam satu malam juga.
Makna bunga tersebut adalah “Wanita Cantik”, “Cinta yang Fana” – “Hanya sekali, aku ingin bertemu”.
“... ‘you’ adalah Natsume-kun, kan?”
Kata-kata Enochi bukanlah sebuah pertanyaan. Hanya konfirmasi dari sebuah fakta. Apapun jawabanku, dia pasti akan mempercayai intuisinya.
Aku merasa terlalu sombong.
Aku merasa hanya aku yang bisa memahami kebaikan Yuu.
“Tempat khusus” yang disiapkan hanya untuk ku. Tidak ada yang bisa menggantikannya, dan aku yakin hal yang sama juga berlaku untuk Yuu.
...Pandangan bahwa persahabatan antara Yuu dan aku adalah yang terbaik, pada akhirnya hanyalah kesombonganku semata.
Prolog | ToC | Next Chapter