Translator : Noxx
Proffreader : Noxx
đđ”đźđœđđČđż đ - đđ¶đźđđźđ»đđź đźđ±đź đđČđđđźđđ đđźđ»đŽ đ¶đđđ¶đșđČđđź đđČđ»đđźđ»đŽ đđźđ»đ¶đđź đđźđ»đŽ đžđźđ đđČđșđđ¶ đ±đ¶ đźđđźđœ
Saat itu awal musim panas ketika cuaca sangat panas.sepulang sekolah hari itu aku menjadi gila karena pelajaran panjang di ruang kelas yang panas.Dan entah bagaimana...,aku mengunjungi atap.
Setelah kupikir pikir,aku sedang mencari udara segar untuk menghindari panas.Tidak peduli bagaimana aku melihatnya,sepertinya lebih baik pulang lebih awal dan beristirahat di ruangan ber-ac.
Bagaimanapun,aku membuat pilihan yang tidak bijaksana hari itu.
“hai?”
Aku yang sedang menikmati perasaan bebas yang diberikan oleh atap yang terbuka,tidak menyadari bahwa ada orang lain disana sebelumnya
Setelah beberapa saat, aku bertatapan dengannya dan langsung menahan napas melihat sosoknya.
Rambut hitamnya yang indah sedikit kebiruan, wajahnya sempurna seperti pahatan yang halus. Ukuran dadanya tidak terlalu besar, tetapi juga tidak kecil. Kakinya yang terlihat dari bawah rok ramping tanpa lemak berlebih, panjang dan indah.
Dalam sekejap, aku yakin bahwa dunia kami berbeda.
Namanya adalah Yaegashi Yui. Dia adalah siswa tahun ketiga di sekolah ini, ketua OSIS yang dikagumi oleh semua orang. Selama masih menjadi siswa di sini, tak ada yang tak mengenal keberadaannya.
“Kau juga datang ke sini untuk mencari angin?”
“Hah?”
Aku terdiam sejenak, terkejut ketika Yaegashi-senpai tiba-tiba menyapaku. Aku sama sekali tidak menyangka dia yang akan menyapaku lebih dulu.
Melihatku yang terdiam, Yaegashi-senpai memiringkan kepalanya.
Ah, ini buruk. Yaegashi-senpai sudah menyapaku, tetapi jika terus seperti ini, aku akan terlihat seperti mengabaikannya.
"Ya... seperti itu," jawabku terbata.
"Ternyata begitu, ya. Tapi sayang sekali, tempat ini tidak sesejuk yang aku kira."
"…Memang benar," kataku sambil mengangguk. Kegugupanku sempat membuatku lupa akan situasi, tapi udara panas di luar terasa berbeda dengan panas lembap di dalam ruangan.
Lagipula, ini adalah atap. Tak ada apapun yang bisa menghalangi sinar matahari, jadi malah terasa semakin menyengat.
"Apakah Yaegashi-senpai juga ke sini untuk mencari angin?"
"“Hm, kau tahu namaku?”
“Tentu saja aku tahu.Kau adalah ketua OSIS di sekolah ini.”
“Memang, aku ketua OSIS di sekolah ini… tapi kalau diucapkan lagi seperti itu, rasanya agak malu juga,” kata Yaegashi-senpai, pipinya memerah.
Apa ini, makhluk menggemaskan apa ini?
Kontras antara sosok ketua OSIS yang serius dan sisi imutnya ini membuat dadaku berdebar-debar tanpa bisa dikendalikan.
“Ah, aku juga ke sini untuk mencari angin, tapi sepertinya ini tempat yang keliru. Setelah ini ada rapat OSIS, jadi aku ingin mengeringkan keringatku dulu sebelum itu.”
“Oh, begitu ya.”
“Yah, bukannya mengering, malah semakin berkeringat… hehe.”
Yaegashi-senpai yang berkeringat.
Saat rangkaian kata itu muncul di kepalaku, aku berhasil menangkap sosoknya secara keseluruhan dari sudut mataku."
Hanya 0,1 detik. Dalam waktu yang bahkan lebih singkat dari sekedip mata, aku mencoba untuk mengabadikan sosoknya di pikiranku.
(Tunggu… ini tidak boleh terjadi)
Aku adalah seorang pria yang beretika. Sekalipun pakaian dalam Yaegashi-senpai mungkin saja terlihat samar, memalingkan pandangan adalah jalan yang benar bagi seorang pria…
Oh, dan sebenarnya tidak terlihat sama sekali. Sayang sekali.
“Ada apa?”
“Tidak, tidak ada apa-apa.”
“Begitu…”
Aku tersenyum pada Yaegashi-senpai. Menunjukkan ekspresi kecewa adalah tindakan kelas dua. Sebagai pria sejati kelas satu, aku selalu bisa menjaga ketenanganku.
“Kalau tidak salah, kau adalah Hanashiro dari kelas dua, bukan?”
“Eh?”
“Oh, maaf, apakah aku salah?”
“Ti-tidak... benar kok... Tapi kita kan tidak punya hubungan apa-apa, kan? Kenapa kau bisa mengingat namaku?”
“Ah, aku kan ketua OSIS. Setidaknya aku mengingat nama seluruh siswa di sekolah ini.”
Apa benar ada orang yang berusaha mengingat hal seperti itu…?
Tanpa menunjukkan kesombongan, senpai menyatakannya dengan tenang, dan bagi mataku, dia tetap terlihat sebagai sosok yang berbeda.
Jumlah siswa di sekolah kami mencapai seribu orang. Mengingat nama sebanyak itu tentu membutuhkan usaha yang luar biasa. Apakah menjadi ketua OSIS harus sampai bisa seperti itu? ...Tidak mungkin.
Jujur saja, aku sekarang merasa gentar di hadapan Yaegashi Yui, sosok yang bisa dibilang sebagai manusia super.
Pertama-tama, mengingat nama seluruh siswa di sekolah adalah kemampuan yang tidak akan terlintas di benak orang biasa. Rasanya seperti dia memancarkan aura luar biasa, seperti hidup di dunia yang berbeda. Membuat hal-hal yang sedikit bercanda saja terasa memalukan.
Perasaan malu itulah yang membuatku merasa tersiksa.
“...Oh, aku harus pergi.”
Sebuah notifikasi muncul di ponselnya, dan Yaegashi-senpai berkata begitu. Dia tadi bilang ada pertemuan OSIS, jadi mungkin itu pesannya.
“Terima kasih, Hanashiro Natsuhiko. Berkatmu, pikiranku sedikit teralihkan.”
“Senang bisa membantu.”
Aku membalas dengan senyuman, dan Yaegashi-senpai juga tersenyum kembali. Lalu, saat berjalan melewatiku, dia berhenti di depan pintu menuju bangunan sekolah dan menoleh kembali.
“Hanashiro Natsuhiko, aku merasa ada sesuatu yang menarik darimu. Lain kali mampirlah ke ruang OSIS. Kami semua akan menyambutmu dengan senang hati.”
“Te-terima kasih ba────”
Saat aku hendak mengucapkan terima kasih, tiba-tiba angin sepoi-sepoi berembus melewati atap ini. Angin yang menyegarkan itu terasa nyaman, menyejukkan tubuhku yang sempat lembap oleh keringat.
Namun, angin itu menciptakan pemandangan yang membuatku tak percaya pada mataku.
“…Eh?”
Tanpa sadar, aku mengeluarkan suara bodoh. Angin sepoi-sepoi itu berubah menjadi angin usil, dan entah bagaimana, angin tersebut mengangkat rok Yaegashi-senpai.
Mataku, seperti tertarik oleh kekuatan luar biasa, terfokus pada bagian yang tersingkap dari Yaegashi-senpai. Ini seperti naluri yang tak bisa kutahan. Sungguh, kumohon maafkan aku.
Namun, pada saat itu, aku merasakan keterkejutan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku. Jika berpikir secara logis, seharusnya di sana pasti ada…
Hal yang seharusnya ada di sana ternyata tidak terlihat.
Sementara aku terpaku pada kenyataan itu, Yaegashi-senpai tampak tidak menyadarinya sama sekali dan berjalan kembali ke dalam gedung sekolah.
Saat aku sendirian, aku menengadah ke langit dan bergumam pelan.
Yaegashi-senpai... apa dia tidak pakai celana dalam?
SMA Swasta Houmei. Itulah nama sekolah tempat aku bersekolah.
Jumlah siswa di setiap angkatan melebihi tiga ratus orang, dan totalnya hampir seribu orang. Jika harus menggambarkan sekolah ini dalam satu kata, maka ini adalah sekolah unggulan.
Tingkat kelulusan ke universitas bergengsi berada di peringkat teratas di seluruh kota, dan karena itulah banyak siswa yang datang ke sini untuk mengejar pendidikan lebih tinggi. Terus terang, standar akademik sekolah ini cukup tinggi. Bisa diterima di sini saja, dalam beberapa hal, hampir seperti keajaiban bagiku.
Dan ketua OSIS dari SMA Houmei yang dipenuhi siswa-siswa berbakat inilah Yaegashi Yui. Menjadi ketua OSIS di sekolah ini saja sudah memberi keuntungan besar saat mendaftar ke universitas atau pekerjaan nantinya. Dengan kata lain, kalau tidak benar-benar cakap, tidak mungkin bisa menjadi ketua OSIS di sekolah ini.
Ini bukan berlebihan; jika bisa lulus dari sekolah ini dengan pengalaman sebagai ketua OSIS, masa depan akan terjamin.
Oleh karena itu, pemilihan ketua OSIS yang diadakan setiap tahun selalu menjadi ajang persaingan sengit yang dikatakan berlangsung sangat ketat. Bagi seseorang sepertiku yang merasa sangat bersyukur hanya bisa masuk ke sekolah ini, hal itu tentu saja jauh dari urusanku. Namun, justru karena itu, karena itu adalah sesuatu yang sangat jauh dari diriku, aku malah jadi penasaran. Ya, tentang apa yang kulihat di atap itu—.
◇◆◇
"Yaegashi-senpai tidak menggunakan celana dalam, bagaimana menurutmu?"
"Apa yang kau bicarakan?"
Aku mendapat tatapan tajam seperti melihat sampah,dan tidak bisa dipungkiri,hatiku sedikit terluka.Meskipun begitu,aku sadar kalau memang aku yang salah.Aku membicarakan hal yang tidak jelas. Ini jelas-jelas sudah masuk kategori pelecehan seksual.Meskipun saat ini belum ada orang di sekitar,tapi ini kan ruang kelas biasa.
Namun, selama aku tidak bisa mengatasi pertanyaan mengapa Yaegashi-senpai tidak mengenakan celana dalam, aku akan terjebak selamanya dalam labirin yang tak berujung.
'Kumohon, dengarkan aku, Hiyori.'
'...Apa?'
'Semenjak aku terjebak dalam pertanyaan ini, aku tidak bisa makan dan juga sulit tidur di malam hari. Jika ini terus berlanjut, aku akan mati karena kelelahan... Jadi! Aku harus segera memecahkan misteri celana dalam Yaegashi-senpai!'
'Bodoh!'
'Uh!'
Sebuah chop menghantam kepalaku, dan tubuhku merasakan kejutan seperti aliran listrik.
Pemilik chop mematikan ini adalah Hiyori Ichinose.
Pengalaman karate selama sepuluh tahun. Makanan favoritnya adalah daging dan pukulan lurus. Hal yang tidak disukainya adalah kaleng bekas yang dibuang di pinggir jalan.
Rambutnya yang kemerahan dipotong pendek dan rapi, memberikan kesan yang agak tomboy.
Namun, wajahnya cukup tampan, dan tampaknya dia cukup populer di kalangan pria karena dia mudah diajak bicara tanpa rasa canggung.
Kami bersekolah di tempat yang sama dari SD, SMP, hingga SMA, tetapi itu bukanlah suatu kebetulan yang direncanakan.
Hanya kebetulan rumah kami dekat. Hanya kebetulan nilai rata-rata sekolah kami mirip. Alasan seperti itu saja.
Namun, sepertinya Hiyori menganggap aku sebagai kantong pasir atau semacamnya, karena dia sering kali melampiaskan kekerasan padaku.
Intinya dia adalah heroine kekerasan.
Hal seperti ini tidak populer lagi zaman sekarang, kan?
Sayangnya, sepertinya dia tidak akan pernah mendapatkan kekuasaan.
'...Tadi kau tidak berpikir hal yang tidak sopan terhadapku, kan?'
'Aku tidak berpikir begitu.'
Bahaya, bagaimana dia tahu?
'Hah, kau bilang ada hal penting yang ingin kau bicarakan dengan serius, jadi aku bahkan memberi tahu mereka kalau aku akan terlambat ke pertemuan hari ini... Sia-sia saja aku meluangkan waktu.'
'Ini hal penting bagiku! Aku ingin tahu kenapa senior tidak memakai celana dalam!'
'Jangan berteriak di kelas seperti ini, siapa pun bisa mendengarmu!'
Chop, bagian kedua. Namun, sudah memperkirakan ini akan terjadi, aku menyilangkan kedua lenganku untuk menangkis chop itu. Aku bisa menebak apa yang akan dilakukan heroine kekerasan ini.
'Apa...'
'Tolong...! Aku benar-benar serius! Berikan aku bantuanmu sebagai anggota OSIS!'
'...'
Hiyori memandangku dengan tatapan yang sangat dingin. Berhenti, aku bisa saja menjadi terlalu bersemangat──tapi tidak ada waktu untuk berpikir seperti itu, seberapa serius situasinya..."
Agak menakutkan.
Namun, naluriku mengatakan bahwa Yaegashi-senpai menyembunyikan rahasia besar.
Oleh karena itu, meskipun Hiyori menakutkan, aku tidak bisa mundur sekarang.
'...Jadi, kau benar-benar penasaran hanya karena Ketua OSIS tidak memakai celana dalam? Aku tidak mengerti sama sekali.'
'Eh? Kalau ada orang yang tidak memakai celana dalam, bukankah itu membuat penasaran?'
'Ya… hmm… mungkin penasaran juga sih.'
Hiyori menggaruk kepalanya, mungkin karena jarang aku mengatakan hal yang masuk akal.
Entah kenapa, aku merasa seperti baru saja memenangkan sesuatu. Menang argumen itu menyenangkan, ya. Rasanya lega.
'Jadi, misalnya kalau aku mau membantumu, kau ingin aku melakukan apa?'
'Tentu saja, aku ingin kau membuat kesempatan untuk berbicara langsung dengannya, agar aku bisa bertanya secara langsung, "Kenapa kau tidak memakai celana dalam?’
'...?'
'Tidak akan kubiarkan kau menanyakannya, dasar bodoh!'
Dia membentakku.
'Hah... kau benar-benar bodoh sejati, ya.'
Aku merasa tersinggung disebut bodoh. Padahal, nilai akademisku sebenarnya tidak buruk.
Aku benar-benar penasaran. Tentang celana dalam senior itu.
Yaegashi yui adalah seseorang yang harusnya memakai celana dalam.
...Tapi tunggu, sebenarnya tidak ada orang yang tidak perlu memakai celana dalam, kan?
Maaf, pembicaraan ini jadi menuju arah yang aneh.
Yang ingin kukatakan adalah, kau tahu, ada saja orang yang sengaja tidak memakai pakaian dalam.Menurutku, itu tidak masalah.
Bagi pria, jika sudah memakai celana panjang, tidak ada yang tahu selama tidak melepasnya. Dan wanita pun, bahkan jika mengenakan rok…
Walaupun memakai rok, selama tidak tersingkap, tak akan ada yang tahu apakah memakai pakaian dalam atau tidak.
Namun, bagaimanapun juga, kesan umum yang akan didapat dari masyarakat adalah 'mesum'.
Siapa yang akan membayangkan bahwa Yaegashi Yui, seorang gadis yang sempurna dalam akademik maupun olahraga, berperilaku baik, dan memiliki penampilan yang anggun serta polos, mungkin saja adalah seorang yang 'mesum'?
Intinya, Yaegashi Yui, yang digambarkan dalam benak masyarakat umum, pastilah memakai celana dalam.
Mungkin berwarna putih. Tidak terlalu banyak hiasan.
Garis-garis biru dan putih tidak mungkin. Yang bergambar binatang pun tidak mungkin.
Hitam... mungkin saja. Gadis anggun dan polos yang ternyata memakai pakaian dalam hitam. Betapa menggoda kedengarannya. Hitam mungkin cocok. Bahkan aku berharap dia memakainya.
Jika ada kemungkinan lain, mungkin... celana dalam tali—ya, celana dalam tali.
Jika ada kebenaran yang paling damai, itu adalah bahwa aku mungkin salah lihat.
Penglihatanku cukup bagus, dan otakku yang cerdas telah mengingat pemandangan itu dengan jelas.
Namun, jika ditanya apakah aku benar-benar melihat semuanya dengan jelas, ada sedikit keraguan.
Roknya berkibar tertiup angin, dan senior segera menahannya untuk menutupi.
Karena aku melihat cukup banyak kulit, mungkin saja aku terlalu cepat menyimpulkan bahwa dia 'tidak memakainya'.
Intinya, mungkin saja persepsiku yang salah.
Aku ingin mengatakan bahwa memakai celana dalam tali sebagai siswa SMA itu keterlaluan, tetapi masih lebih baik daripada tidak memakai sama sekali.
Seperti istilah 'pakaian dalam khusus', celana dalam tali hanyalah senjata untuk menambah daya tarik.
Namun, tidak memakai sama sekali adalah seperti datang dengan tangan kosong.
Meskipun ini adalah sekolah campuran, setengah dari siswa di sini adalah laki-laki. Dan kebanyakan adalah remaja dengan nafsu yang meluap.
Bisa dibilang mereka seperti goblin. Atau seperti orc.
Seorang gadis muda yang datang tanpa perlindungan ke sarang goblin atau orc—semua orang tahu bahwa ini akan langsung menjadi bahan untuk manga, game, atau doujinshi dewasa.
Jika benar Yaegashi-senpai tidak memakai pakaian dalam, maka akulah yang harus melindungi rahasia itu.
Aku harus melindunginya agar dia tidak menjadi korban para goblin atau orc.
Apa? Motif tersembunyi? Tentu saja tidak. Jangan bercanda. Aku ini seorang pria terhormat.
Rahasia seorang wanita tidak akan kubocorkan. Aku akan menyimpannya sebagai rahasiaku sendiri sampai ke liang kubur, dengan rasa bangga.
Kalau bisa bertukar kontak dengannya, itu sudah cukup. Selebihnya, biarlah berjalan sebagaimana mestinya.
─── Eh, memangnya kita sedang membicarakan itu?
'Tangkap ini!'
'Bugh!'
Karena asik melamun, aku tidak sempat menghindari pukulan dari Hiyori.
'Hidungku...! Hidungku terdorong masuk!
'Wajahmu terlihat sedang memikirkan hal-hal buruk, jadi aku membantumu kembali ke akal sehat,' katanya.
'Terima kasih! Sementara ini, bisa tarik hidungku keluar!?’
Hiyori memegang hidungku dan menarik bagian yang terbenam.
'Huh, hampir saja aku menjadi pria dengan hidung yang terbenam seperti puting cekung.'
'Kalau mau dipukul lagi, bilang saja terus terang.'
'Maaf.'
Sepertinya hari ini Hiyori agak tidak mood.
Baiklah, seperti biasanya.
'...Jadi? Sebenarnya apa yang kau inginkan? Katakan dengan jelas supaya aku bisa mengerti.'
'Aku ingin tahu alasan mengapa Yaegashi-senpai tidak memakai celana dalam.'
'Hahaha, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau katakan.'
Padahal kau yang bertanya.
'Kalau itu yang membuatmu tenang, kan? Mudah saja.'
'Mudah? Dengan cara apa?'
'Aku akan menanyakannya. Sebagai anggota OSIS, aku punya hubungan yang lebih dekat daripada orang lain…’
'Lagian, kalau sesama cewek kan lebih mudah membicarakannya, bukan?'
'Eh, tidak... soalnya, yah...'
'Ada apa? Kan ini cara tercepat.'
'Soalnya... jadi tidak ada romantisnya.'
'Aku rasa kau perlu mati dua kali dan terlahir kembali. Mungkin sebagai kerak air di wastafel.'
'Hahaha, leluconmu keras sekali, Hiyori.'
'Apa?'
Tampaknya bukan lelucon baginya.
'...Jadi, apa yang kau ingin aku lakukan? Walaupun diminta bantuan, aku tidak akan terlibat dalam tindakan kriminal.'
'Itulah yang membuatku bingung. Bagaimana caranya mengungkap misteri celana dalam itu tanpa dituntut atas pelecehan...'
'Dengan wajah serius seperti itu, terdengar seperti masalah besar, ya.'
'Setidaknya, aku benar-benar serius memikirkan ini sekarang.'
Aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitu penasaran tentang apakah senior memakai celana dalam atau tidak.
Namun, keinginanku untuk mengetahuinya begitu kuat hingga melampaui nafsu dan telah memasuki ranah rasa ingin tahu intelektual.
Aku merasa bahwa saat aku mengetahui kebenaran ini, aku akan tumbuh menjadi lebih dewasa.
Bukan,ini bukan lelucon cabul, sungguh.
'Hiyori, bisakah kau memperkenalkanku
dengan Yaegashi-senpai...?'
'Hah... meski kau memintaku, aku tidak bisa memperkenalkanmu dengan alasan yang konyol seperti itu. Kalau alasannya hanya ingin lebih dekat dengannya, itu lain cerita. Tapi dengan alasan bodoh seperti ingin tahu kenapa dia tidak memakai celana dalam?’
'Serius kau pikir aku akan bilang “Baiklah, aku akan memperkenalkanmu" untuk alasan itu?'
'Tidak, aku sama sekali tidak berpikir begitu.'
'Nah, setidaknya kau mengerti.'
'Tapi, tolong lah bantu aku!'
'Maaf, aku menarik kembali kata-kataku.Kau benar-benar tidak mengerti.'
Hiyori menghela napas panjang.
Entah karena topik pembicaraan atau apa, tapi Hiyori terlihat lebih lelah dari biasanya.
Dan itu pasti karena aku.
'Pokoknya! Aku tidak bisa membantu! Kalau kau mau lebih dekat, lakukan saja sendiri. Kalau sampai orang lain mengira aku terlibat, itu bisa merusak nilai-nilai ku di sekolah.'
"Apakah ini sampai mempengaruhi nilai-nilai di sekolah? Maksudku, aku?"
"Jika kau melakukan sesuatu untuk memecahkan misteri celana dalam itu, pasti akan berpengaruh."
Ya, memang benar.
"Kalau begitu, aku harus menyelesaikannya sendiri."
"......"
Jika aku tidak bisa mendapatkan bantuan, ya, tidak ada pilihan lain selain menghadapinya sendiri.
Karena ada kemungkinan Yaegashi-senpai menyembunyikan kenyataan bahwa dia tidak memakai celana dalam, aku tidak bisa meminta bantuan orang lain.
Aku hanya berkonsultasi dengan Hiyori karena dia anggota OSIS.
Tapi, karena dia teman sejak kecil, aku tidak akan sembarangan membicarakan rahasia orang lain.
Sekarang, aku memang sedang bingung.
Jika kebetulan bertemu lagi di atap, mungkin aku bisa langsung mendapatkan jawabannya.
"Tapi, jika seorang pria yang tidak punya hubungan dekat tiba-tiba bertanya, 'Kenapa kau tidak memakai celana dalam?', bahkan Yaegashi-senpai sekalipun pasti akan merasa ketakutan.Itulah kenapa aku merasa membutuhkan bantuan Hiyori... tapi..."
"Hei, Natsuhiko."
"Hm?"
Ketika namaku dipanggil oleh Hiyori, aku menghentikan sejenak pikiranku.
"Kau serius, ya?"
"Ya."
"...Begitu. Kalau begitu, tidak ada pilihan lain."
"Apa?"
Di depanku, Hiyori menunjukkan dirinya sedang mengetik sesuatu di ponselnya.
Ketika aku mengerutkan kening, mendekatkan kepala untuk mencoba memahami tindakannya, tiba-tiba aku merasakan sebuah guncangan kuat di bagian belakang leherku, dan kesadaranku mulai terganggu.
Di dalam pandangan yang bergetar hebat, Hiyori yang berdiri dari kursinya menangkap tubuhku yang hampir jatuh.
"Maaf, Natsuhiko. Tapi, kau juga salah, tahu?"
Sebelum aku kehilangan kesadaran, wajah Hiyori yang kulihat tidak tampak sedih seperti yang kukira─── melainkan terlihat sangat kesal dan malas.
◇◆◇
"Mm..."
Dengan suara kecil, aku kembali sadar.
Saat aku perlahan membuka mata, aku mendapati diriku berada di sebuah ruang kelas yang agak gelap.Meskipun jelas ini di dalam sekolah, aku tidak mengenali dekorasi kelas ini.
"…Sepertinya kau sudah sadar."
Daripada merasa cemas dalam situasi seperti itu, suara seorang perempuan lebih dulu terdengar di telingaku.
Yang muncul dalam pandanganku adalah tiga gadis.
Mereka menatapku yang sedang duduk di kursi, seolah-olah menilai diriku dengan tatapan yang tajam.
"Ah, jadi ini situasinya───"
"Hanashiro Natsuhiko-kun, kan? Maaf, tapi kami harus menahanmu."
"Menahan?"
Kata-kata tersebut diucapkan oleh gadis yang berbeda dari yang pertama berbicara, dan aku segera memahami posisiku.
Tubuhku terikat pada kursi dengan tali.
Tali tersebut hanya diikatkan begitu saja, dan seandainya ada waktu, sepertinya aku bisa melepaskan diri.
Ya, seandainya ada waktu.
Setidaknya, gadis-gadis yang ada di depanku ini tampaknya tidak akan memberiku waktu untuk itu.
"Eh... Apakah aku melakukan kesalahan, Hiyori?"
"…Hah."
Di antara tiga gadis yang ada di kelas ini, yang terakhir adalah teman masa kecilku, Ichinose Hiyori, yang menghela napas berat di depanku.
"Karena itu kau, aku rasa kau sudah sadar, kan? Di sini tempatnya dan mengapa kau terikat."
"…Ya, sih."
Aku kembali mengarahkan pandanganku pada mereka.Dua gadis selain Hiyori.Aku sedikit mengenali mereka.
"Eh... Shido-senpai dan Tsubaki Hime-san... Benar, kan?"
"Ah, jadi kau mengenal kami."
Shido-senpai tersenyum tipis dengan ekspresi yang penuh daya tarik.
Wakil ketua OSIS, Shido Alice.
Dia memiliki rambut ungu dan tubuh yang memiliki postur yang tidak seperti orang Jepang pada umumnya, sepertinya dia adalah seorang setengah Jepang.
Apakah dia benar-benar seorang siswa SMA? Penampilannya yang sangat dewasa membuatku ingin bertanya. Penampilannya yang matang ini membuat banyak siswa pria mengaguminya.
Aku dengar bahkan mereka sudah bisa membuat klub. Begitu aku melihatnya langsung di depan mata, memang benar ada kesan erotis──── maksudku, menggoda.
Dan satu lagi adalah Tsubaki Hime, seorang siswa tahun pertama. Meskipun terhalang oleh cahaya yang terlalu kuat dari senpai-senpai seperti Yaegashi dan Shido, sikapnya yang teguh dan tubuhnya yang kecil mendapatkan dukungan yang sangat besar dari sebagian kalangan. Ini disebut sebagai atribut adik kelas. Banyak penggemar yang terpesona oleh kelucuannya, itu memang bisa dimengerti. Apa ya, posisi jabatannya? Hiyori kan menjadi bendahara, jadi dengan mengeliminasi opsi lain, mungkin dia sekretaris? Ngomong-ngomong, saya pribadi sangat tertarik dengan Hiyori yang jadi bendahara. Meskipun dia sangat kasar, dia berada di posisi yang mengharuskan perhitungan yang sangat rinci, dan saya kagum dia bisa melakukannya dengan baik────.
‘H-Hiyori-chan? Kenapa tiba-tiba kau menendang wajah Hanashiro-kun?’
"Maaf, sepertinya aku sedang menampilkan ekspresi yang terlihat seperti sedang berpikir hal-hal tidak sopan tentangmu."
‘Kau terlalu peka.’
"Luar biasa ya, bisa masih bernapas setelah menerima tendangan dari Hiyori-senpai."
Tsubaki-san menatap ku dengan mata terbelalak. Ngomong-ngomong, Tsubaki-san belajar karate di dojo yang sama dengan Hiyori, ya? Karena beberapa kali Hiyori menyebutkan Tsubaki-san, saya jadi sedikit mengingatnya. Jadi, berarti dia juga tahu legenda itu. Waktu di turnamen saat SMP, Hiyori berhasil membuat lawannya pingsan dengan satu serangan. Dari kesaksian penonton yang mengatakan bahwa tendangan atas yang dia lepaskan terlihat seperti sabit besar yang dipegang oleh dewa maut, julukan yang diberikan padanya adalah "Dewa Maut Merah"────. Memang nama itu terdengar sangat bombastis, tapi anehnya cocok, itu yang saya suka.
…Eh? Tunggu sebentar.
Berarti aku ini setiap kali dipukul dengan kekerasan oleh seseorang yang berpengalaman dalam karate, sampai hampir kehilangan nyawa?
Karena akhir-akhir ini, pahlawan wanita yang kasar tidak terlalu diminati, sekarang giliran pahlawan wanita pembunuh, ya? Tapi itu pun, sepertinya tidak akan populer di zaman sekarang.
"…Ahem. Pokoknya! Hanashiro Natsuhiko-kun, kami, para anggota OSIS, akan menahanmu."
Shido-senpai dengan paksa mengembalikan pembicaraan ke pokok masalah. Ternyata Hiyori yang tadi sedang memainkan smartphone sambil mendengarkan percakapan ku, mungkin untuk menghubungi mereka.Dan kemungkinan besar, yang membuat ku pingsan adalah Tsubaki-san yang ada di sini.
Tempat yang bisa mereka gunakan dengan bebas adalah ruang OSIS, dan alasan saya dibawa ke sini,aku hanya punya satu dugaan.
"Jadi, aku dibawa ke sini karena aku mengetahui informasi yang seharusnya tidak ku ketahui tentang Yaegashi-senpai?"
Terima kasih atas pengertiannya, Hanashiro-kun.
Benar, kau telah mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui tentang Yui."
"Tapi, sepertinya, tidak begitu penting kalau dia tidak memakai celana dalam... itu bukan rahasia besar..."
"…Anak itu, tidak memakai celana dalam?"
"Eh? Ah, ya, begitulah."
Shido-senpai berbalik dan memanggil Hiyori dengan isyarat tangan.
"Apakah yang dikatakan Hanashiro-kun itu benar?"
"…Sepertinya begitu."
"…Tsk…” Sungguh tidak dipercaya.Padahal aku sudah bilang jangan sampai lupa."
Tampaknya Shido-senpai sedang kesulitan.aku kira yang tidak boleh diketahui itu adalah tentang celana dalam Yaegashi-senpai.
Namun, tampaknya detail informasi tentang apa yang aku lihat belum sepenuhnya disampaikan. Dari situ, aku bisa mengerti bahwa keberadaan atau ketiadaan pakaian dalam itu sendiri bukan masalah besar, tetapi ada rahasia penting yang sangat terkait dengannya.
"Apakah kalian berniat membungkamku?"
"Maaf, tapi sepertinya memang begitu."
Shido-senpai mendekat perlahan. Kemudian dia meraih kemeja seragamku.
"Apa… apa yang ingin kau lakukan!?"
"Aku akan menanggalkan pakaianmu."
“Eh!?" Apa ini semacam hadiah? Kalau cara ini dipakai untuk membungkamku, aku rela kapan saja. Bahkan kalau perlu, aku bisa melepasnya sendiri.”
"…Kenapa kau senyum-senyum sendiri begitu? Sekarang kau akan diambil fotonya sebagai bahan ancaman, tahu?"
"‘Ancaman?’”
Saat itu aku menyadarinya. Di sebelah Hiyori, Tsubaki-san sedang memegang kamera. Ah, jadi begitu. Mereka berniat memotretku dalam keadaan memalukan setelah pakaianku dilepas. Lalu, jika aku tidak ingin foto itu disebarluaskan, aku harus menjaga rahasia tentang Yui Yaegashi.
"Eh? Jadi, pada akhirnya ini bukan hadiah?"
"…Apa?"
Dengan perkataanku, suasana di ruangan itu tiba-tiba membeku. "Soalnya, aku memang tidak berniat membicarakan rahasia Yaegashi-senpai ke orang lain, jadi kalau begitu, aku hanya akan menjadi pria yang pakaiannya dilepas oleh Shido-senpai. Kalau itu bukan hadiah, lalu apa?”
"…Haa."
Hiyori memegang kepalanya.
Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh? Dengan sepenuhnya tanpa risiko, aku sedang berada dalam posisi di mana seorang gadis cantik mencoba melepaskan pakaianku, dan tidak peduli bagaimana aku melihatnya, rasanya seperti aku menerima hadiah.
Memang memalukan untuk membuka pakaian di depan orang, bahkan bagiku, tapi kalau lawannya gadis cantik, kurasa itu tidak masalah juga.
Bagaimanapun, ancaman ini sama sekali tidak ada artinya bagiku.
'Itu... kau sadar kan kalau kemungkinan foto telanjangmu bisa disebarkan? Apa kau tidak keberatan?'
'Aku tidak suka itu, tapi kalau aku tidak melakukan apa-apa,kau juga tidak akan menyebarkannya kan?
‘Kalau begitu,tidak apa apa’
‘...... ‘
Entah kenapa,Shido-senpai menatap Hiyori dengan mata seolah-olah memohon.
Hmm, apa mungkin dia tidak jadi melepas pakaianku? Padahal bajuku masih sedikit terbuka di bagian dada kemeja ini.”
‘Shido-Senpai,aku ingin berkonsultasi sedikit tentang masalah orang ini,’
kata Hiyori sambil menunjukkan ekspresi yang agak kesal, memanggil Shido senpai.
Akhirnya mereka bertiga malah memulai rapat sendiri, meninggalkanku sendirian tanpa ada yang menemani.
Tanpa sengaja ini menjadi seperti permainan acuh tak acuh, tapi mungkin karena aku belum benar-benar melepas pakaian, aku tidak merasa bersemangat juga. Sepertinya aku masih perlu banyak latihan.
‘Maaf membuatmu menunggu, Hanashiro-kun,’
ucap Shido senpai yang akhirnya kembali setelah beberapa saat dengan wajah yang tampak cukup masam.
Di belakangnya, Hiyori menunjukkan ekspresi menyerah, seperti biasanya.
Ekspresi Futaba-san di samping mereka sangat sulit terbaca. Sepertinya wajahnya memang jarang menunjukkan perubahan emosi.
‘Aku akan berhenti mengancammu.’
‘Eh, benarkah?’
‘Sebagai gantinya...’
Shido-senpai mengulurkan sesuatu di depan mataku. Itu adalah sebuah lencana lengan, tanda pengenal yang hanya dimiliki oleh segelintir orang sebagai bukti bahwa mereka adalah anggota OSIS.
‘Aku telah memutuskan untuk memberikanmu tempat di OSIS, sebagai seseorang yang akan menangani pekerjaan-pekerjaan umum OSIS—lebih tepatnya, sebagai penjaga rahasia Yaegashi Yui.’
‘...Apa?’
Previous Chapter | ToC | Next Chapter