Translator : Noxx
Proffreader : Noxx
đđ”đźđœđđČđż đź : đ đČđ»đŽđ”đźđ±đźđœđ¶ đŁđČđđŒđ»đź đđźđ»đŽ đđźđž đ§đČđżđ·đźđ»đŽđžđźđ đ±đČđ»đŽđźđ» đ đČđ»đŽđ¶đžđđđ¶ đđđđżđźđ» đ±đźđ» đ§đźđžđźđżđźđ» đđźđ»đŽ đ§đČđœđźđ.
‘Silakan, ini teh.’
‘Jadi... ini artinya aku diundang ke OSIS?’
‘lebih tepatnya, aku berusaha memasukkanmu secara paksa.’
Dengan kata lain, tunduk pada anggota OSIS. Meskipun dia adalah wakil ketua OSIS, kurasa dia tidak memiliki wewenang untuk memaksakan hal semacam ini kepada siswa biasa.
‘Jika kau menolak, kali ini aku benar-benar akan mengambil foto memalukanmu sebagai bahan ancaman.’
‘Seperti yang kubilang, itu tidak akan jadi ancaman bagiku, kan?’
‘Oh, terima kasih.’
Aku menyesap teh yang diberikan padaku.
"Itu sebabnya, ancaman seperti itu tidak akan berpengaruh padaku."
"Oh iya... benar juga."
Shido-senpai memegang kepalanya, tampak frustasi.Kenapa ya, orang ini terlihat seperti seseorang yang banyak menghadapi kesulitan hidup?
"Shido-senpai, bagaimana kalau jelaskan dulu secara rinci? Aku akan memanggil Yaegashi-senpai."
"Baiklah... boleh, tolong ya?"
"Ya."
Aku melihat Hiyori pergi meninggalkan ruangan, dan Shido-senpai kembali menatapku.
"Aku akan jelaskan dengan lebih rinci."
"Oh, baik, silakan."
"Pertama-tama, kau tahu kenapa Yui tidak mengenakan pakaian dalam waktu itu?"
"Eh? Kenapa tiba-tiba jadi pembicaraan yang seperti pelecehan begini?"
"Bukan itu yang kumaksud."
Ternyata salah.
"Kalau begitu... apakah Yaegashi-senpai punya hobi seperti itu?"
"Demi menjaga nama baiknya, kukatakan saja itu juga bukan."
"Sungguh disayangkan."
"Kau tidak terlalu jujur sejak tadi?"
"Aku rasa itu adalah salah satu kelebihan diriku."
Aku tidak berbohong kepada wanita.
Sebagai seorang gentleman, aku selalu ingin jujur di depan wanita.
"Jadi, rahasia Yaegashi-senpai sebenarnya apa?"
"…Dia itu ceroboh."
"Ce, ceroboh?"
"Benar. Bahkan sangat ceroboh, bisa dibilang."
'Ceroboh'—kata ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang agak kikuk atau memiliki sifat alami yang sering membuat kesalahan. Awalnya, kata ini digunakan untuk mesin yang rusak, tetapi jika digunakan untuk manusia, maknanya tidak terlalu positif.
Bagaimanapun, aku merasa kata itu sama sekali tidak cocok dengan Yaegashi-senpai.
"Dia itu pintar sekali dalam pelajaran. Juga atletis, dan punya karisma yang tinggi. Dari luar, kelihatannya memang begitu, kan?"
"Ya, memang..."
Itu juga adalah kesan yang kumiliki tentang Yaegashi-senpai,Yaegashi-senpai adalah seorang wanita cantik, berbakat dalam olahraga, dan memiliki kemampuan kepemimpinan yang membuatnya pantas menjabat sebagai ketua OSIS.
Aku dengar dia selalu masuk dalam tiga besar di angkatannya dalam hal akademis, dan kesempurnaannya itu membuat orang lain sulit menandinginya.
"Tapi sebenarnya, dia itu ceroboh."
"......"
Shido-senpai mengatakan hal itu dengan sikap yang tak terbantahkan.
Karena citra yang biasa dia tampilkan, sulit untuk menghilangkan anggapan bahwa Yaegashi-senpai adalah orang yang sempurna.
Namun, Shido-senpai adalah orang yang paling dekat dengan Yaegashi-senpai sejauh yang aku tahu.
Jadi, kalau dia yang mengatakan itu, rasanya lebih bisa dipercaya daripada kata-kata siapa pun.
Selain itu, Shido-senpai bukan tipe orang yang akan bercanda sampai sebegitunya, apalagi sampai menarikku untuk membicarakan ini.
Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk meragukannya.
"Lalu… seberapa ceroboh dia sebenarnya?"
Saat aku mengajukan pertanyaan itu, pintu ruang OSIS terbuka.Orang yang masuk adalah Yaeegashi-senpai, tokoh utama dalam pembicaraan ini, bersama Hiyori yang telah memanggilnya.
"Shido-senpai, aku sudah membawa Yaegashi-senpai."
"Terima kasih, Hiyori-chan. Yui, kemari sebentar."
Dipanggil oleh Shido-senpai, Yaegashi-senpai pun berjalan mendekat ke arahku.
"Halo, Yaegashi-senpai."
"Oh, kau pasti Hanashiro Natsuhiko, kan? Terakhir kita bertemu di atap kemarin. Cepat sekali kamu datang berkunjung!"
"Yah, ada beberapa hal yang terjadi."
"Hmm. Bagaimanapun, selamat datang. Santai saja di ruang OSIS kami."
Yaegashi-senpai mengatakan itu sambil tersenyum.Dia tampak sangat menyambutku, tapi sepertinya Yaegashi-senpai tidak menyadari bahwa rahasianya sudah sampai padaku.
"Hei, Yui? Benarkah kau tidak memakai pakaian dalam kemarin?"
"Hm? Oh, iya. Kemarin kan ada pelajaran renang, kan? Jadi, untuk menghemat waktu, aku memakai baju renang di bawah seragamku ke sekolah. Tapi, saat pulang, aku lupa membawa pakaian dalam untuk dipakai, jadi aku agak panik sedikit."
"…Bukankah aku pernah bilang, kalau ada masalah, jangan ragu untuk mengandalkanku?"
"…Ah."
Yaegashi-senpai akhirnya mengeluarkan suara kecil seolah baru menyadari hal itu.
"Jangan 'ah' saja! Bagaimana kalau siswa lain melihatmu!?"
"Tenang saja. Hanya Hanashiro Natsuhiko di sini yang melihatnya."
"Tetap saja dia melihatnya!"
Di sini, aku memutuskan untuk sepenuhnya mempercayai kata-kata Shido-senpai.Ada rasa ketidaksesuaian yang kurasakan terhadap Yaegashi-senpai.Alasannya tentu saja karena dia adalah orang yang sangat unggul, tapi rasanya percakapan yang terjadi di depan mataku ini sudah cukup untuk menjelaskan segalanya.
"...Melihat dari cara Shido-senpai bicara, apakah ini sudah sering terjadi?"
"Iya... memang begitu."
Lupa membawa pakaian dalam pengganti untuk pelajaran renang.Itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh.Ya, memang bukan cerita yang langka, tetapi jika Yaegashi-senpai yang melakukannya, kesannya jadi berbeda.
Jika ini sudah menjadi kebiasaan, tentu saja ini semakin bermasalah.
"Hanashiro-kun. Kau tahu bagaimana ketua OSIS di sekolah ini dipilih, kan?"
"Ya. Melalui pemilihan ketua yang diadakan setahun sekali, kan?"
"Benar.Ketua OSIS dipilih melalui pemilihan oleh seluruh siswa dari kandidat yang mencalonkan diri atau yang direkomendasikan. Karena itulah, ketua OSIS harus menjadi teladan bagi seluruh siswa."
"Dengan kata lain, seseorang yang sering lupa memakai celana dalam tidak bisa menjadi ketua, kan?"
"Tepat sekali, seseorang yang lupa memakai celana dalam── tunggu, tadi kau baru saja melakukan pelecehan secara halus?"
"Tidak? Aku hanya menyampaikan pendapat saja."
Mana mungkin aku dengan sengaja mengganti istilah pakaian dalam dengan kata "celana dalam" hanya untuk memancing Shido-senpai mengatakannya.
"Tapi menurut ku, istilah 'pakaian dalam' terdengar terlalu sopan. Ayo, kita semua mulai menyebutnya 'celana dalam' saja!"
"Natsuhiko, aku doakan agar di kehidupan berikutnya kau terlahir menjadi label di pakaian dalam."
"Eh?, apa itu artinya aku akan dibunuh dulu?"
Tinju Hiyori menghantam wajahku dengan keras.Terima kasih, seperti biasa itulah caramu menunjukkan kasih sayang.
"Hoi, Hiyori. Terlalu sering menggunakan kekerasan tidak baik, tahu? Wajah Hanashiro Natsuhiko sampai penyok begitu."
"Oh, tidak apa-apa. Dia memang suka diperlakukan seperti ini."
"Apa? Benarkah? Kalau begitu, biarkan saja."
"Ya, biarkan saja dia begitu."
Tunggu, tunggu, tunggu.
Aku segera menarik hidungku yang penyok dan mengajukan protes.
"Tunggu dulu! Meskipun begini, sebenarnya selalu terasa sakit, tahu! Aku tidak terlalu punya kecenderungan masokis!"
"Selama tidak sepenuhnya tidak punya, bukankah tidak apa-apa?"
Kau benar sekali.Tepat sasaran. Seperti pukulan langsung ke sasaran.
"Yah, lupakan soal diriku. Lebih baik ceritakan sedikit lagi tentang Yaegashi-senpai."
"Kan kau sendiri yang mengalihkan pembicaraan jadi tentang 'dirimu'..."
Komentar tajam Hiyori mengenaiku dengan dingin.Aduh,salah fokus.Suasana di ruangan ini,yang penuh dengan gadis-gadis cantik selain diriku,terlalu menyenangkan sampai-sampai aku jadi terlalu bersemangat.
Dengan begini, sulit untuk berbicara dengan tenang.Aku perlu menenangkan diri, jadi aku menarik napas dalam-dalam.Ya, udara di sini memang terasa begitu menyegarkan.
"Kembali ke pembicaraan, ya?"
Shido-senpai berdeham sedikit sebelum melanjutkan.
"Yaegashi Yui di sini, meski menjabat sebagai ketua OSIS dan memimpin banyak orang, telah mencapai level 'natural' yang sangat tinggi. Terutama dalam hal kesalahpahaman dan tindakan konyol. Menurutmu, apa yang akan terjadi jika sifatnya ini diketahui oleh semua siswa di sekolah?"
"…Jangan-jangan, akan ada mosi tidak percaya?"
"Benar sekali, Hanashiro-kun."
Peraturan yang diterapkan ketika seseorang dianggap tidak memenuhi syarat sebagai ketua OSIS ── itulah Mosi Tidak Percaya terhadap Ketua OSIS.
Jika guru yang memiliki hak keputusan akhir memutuskan untuk menjalankannya, maka pada saat itu juga Yaegashi-senpai akan kehilangan jabatannya sebagai ketua OSIS, dan pemilihan ketua sementara akan diadakan.
Artinya, jika diketahui oleh orang-orang bahwa Yaegashi-senpai bukanlah siswa yang layak dijadikan teladan, dia akan dicopot dari jabatannya sebagai ketua OSIS.Seharusnya, kalau hanya sedikit ceroboh, mungkin dia masih dianggap memiliki sisi yang menggemaskan, tetapi masalahnya adalah bahwa pemilihan ketua akan diadakan ulang begitu mosi tidak percaya terhadap Yaegashi-senpai disahkan.
Menjadi ketua OSIS di sekolah ini berarti mendapatkan tiket rekomendasi ke universitas ternama.Ada banyak sekali orang yang sangat menginginkan kesempatan itu.
Selama ada yang ingin menyingkirkan Yaegashi-senpai dan menggantikannya sebagai ketua OSIS, menunjukkan kelemahan akan membawa pada kehancurannya.
Terutama fakta bahwa tidak memakai celana dalam bisa menjadi berita besar.Memikirkan hal itu, aku menyadari bahwa aku telah memegang rahasia yang cukup besar.
Pantas saja aku sampai diculik.
"Kami sebagai anggota OSIS menjalankan kegiatan kami sekaligus menjaga rahasia Yaegashi-senpai. Lihat, ketua OSIS dipilih lewat pemilihan, tetapi anggota lainnya ditunjuk oleh ketua yang terpilih, kan? Artinya, jika Yaegashi-senpai lengser dari jabatan ketua, belum tentu ketua berikutnya akan memilih kami lagi sebagai anggota OSIS."
"Jadi, kalian harus melindungi Yaegashi-senpai demi menjaga posisi kalian juga."
"Tepat sekali. Memang terdengar perhitungan, tetapi di sekolah ini menjadi anggota OSIS memberikan keuntungan besar untuk nilai laporan sekolah. Kami juga tidak ingin kehilangan posisi ini."
Itu benar.Kami semua akan menghadapi ujian masuk universitas tahun depan.Ini adalah momen besar yang sangat penting dalam hidup kami.
Saat ujian masuk SMA saja sudah berat, jadi bisa dibayangkan bahwa waktu yang akan datang ini sama beratnya atau bahkan lebih sulit.
Jika ada kemungkinan untuk mengurangi beban tersebut sedikit saja dengan bantuan rekomendasi, tentu tidak ada salahnya mencoba.
Selain itu, OSIS di sekolah kami memiliki lebih banyak tugas dan tanggung jawab dibandingkan dengan sekolah lain, tetapi sebagai gantinya juga memiliki banyak hak istimewa, sehingga ada perbedaan yang jelas dibandingkan dengan siswa lain.
Tentu saja, upaya yang diperlukan juga tidak sedikit, tetapi manfaat dari terlibat di dalamnya sangat cukup.
"…Lalu… yah, sebenarnya, tempat ini terasa lebih nyaman dari yang kupikir. Jadi, rasanya sayang kalau harus melepaskannya… rasanya seperti kekalahan."
Melihat Hiyori yang jarang sekali terlihat ragu-ragu seperti itu, aku terkejut.
Bukan berarti Hiyori ingin menyendiri, tetapi setahuku, dia sebelumnya tidak pernah merasa tergabung dalam komunitas tertentu.
Dan sekarang dia sampai mengatakan bahwa tempat ini nyaman baginya ────.
"…Kalau untukku dan Yui, nilai rekomendasi sudah tidak terlalu berpengaruh, tetapi masalahnya adalah posisi Yui setelah adanya mosi tidak percaya. Jika ketua OSIS kehilangan posisinya…”
"Jika dia diturunkan dari posisinya, tidak sulit untuk membayangkan dia akan diperlakukan seperti barang yang dihindari."
"…Memang benar."
Meskipun siswa kelas tiga yang sedang mempersiapkan ujian masuk jarang datang ke sekolah, waktu yang tersisa untuk itu masih sekitar setengah tahun lagi.
Tidak ada yang mau menjalani hari-harinya dengan perasaan canggung.Pendapat Shido senpaijuga masuk akal.
"…Ngomong-ngomong, kenapa Hiyori bisa bergabung dengan OSIS? Apa kau punya hubungan sebelumnya dengan Yaegashi-senpai?"
"Sama saja dengan caramu bergabung. Kebetulan aku mengetahui rahasia Yaegashi-senpai, dan kemudian Shido senpai memaksaku ──── ah, maksudku, memintaku untuk bergabung."
"Itu tidak terdengar seperti kau berusaha menyembunyikannya."
Namun, sekarang masuk akal. Aku selalu bertanya-tanya mengapa Hiyori yang biasanya tidak peduli dengan nilai atau pandangan orang lain bisa menjadi anggota OSIS, tapi setelah mengalami proses bergabung sendiri, aku mulai paham.
"Kalau begitu, apakah alasan Futaba-san bergabung juga mirip dengan itu?.
"Tidak,aku hanya ikut-ikutan saja."
Ternyata bukan begitu.
"Ah, Tsubaki itu aku yang mengenalkannya. Di OSIS biasanya ketua dan wakil ketua dari kelas tiga, bendahara dari kelas dua, dan sekretaris dari kelas satu. Jadi kami butuh siswa kelas satu yang bisa dipercaya."
"Itu sama sekali bukan hanya ikut-ikutan…"
Mungkin bagi dia sendiri, itu memang terasa seperti ajakan yang asal.
Namun, Futaba-san sendiri memiliki ekspresi yang terlalu datar sehingga sulit mengetahui apa yang sedang dipikirkannya.
"…Jadi, aku di sini untuk mengurus pekerjaan sampingan, ya?"
"Oh, begitu. Jadi alasan Hanashiro Natsuhiko ada di sini adalah karena dia anggota baru, ya?"
"…kau tidak memahami alur pembicaraan tadi, ya?"
"Ah, aku pikir kau hanya datang untuk bersantai."
Oh,ternyata begitu.
Jika harus mendeskripsikan Yaegashi Senpai, rasanya kata yang paling tepat adalah "murni." Dalam hal baik maupun buruk, ia benar-benar polos—yah, mungkin juga kesalahan kami karena tidak menjelaskan sehingga dia tidak memahami alur pembicaraan tadi.
"Ngomong-ngomong, apakah Yaegashi Senpai tidak masalah dengan keikutsertaan ku? Rasanya semuanya berjalan begitu mulus."
"Tidak masalah. Pemilihan anggota sepenuhnya ku serahkan pada Alice."
"Ah, ya... Aku mengerti."
Yaegashi Senpai menampilkan ekspresi bangga entah kenapa, tapi sepertinya ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan.
"Dengan ini, OSIS telah mencapai jumlah anggota penuh. Kami tidak bisa menambah anggota lagi... Sampai sekitar delapan bulan ke depan, saat Yui dan aku lulus, kami akan menjaga rahasia Yui dengan anggota ini. Maaf kalau ini mengabaikan urusan pribadimu, tapi bisakah kami meminta kerja samamu?"
"Ah, ya. Tentu saja."
"Aku mengerti jika kau merasa enggan. Waktu pribadimu pasti akan berkurang... Tapi, bagaimanapun juga aku sangat ingin melindungi Yui sampai akhir—eh?"
Meskipun dia sendiri yang memintanya, entah kenapa Shido Senpai malah tampak terkejut.
"Lagipula bukan berarti aku kekurangan waktu, jadi kalau hanya membantu, aku tidak masalah. Kesempatan seperti ini juga jarang terjadi."
Sebaliknya, aku sama sekali tidak ingin melewatkan kesempatan dikelilingi oleh gadis-gadis cantik ini. Walaupun tugas OSIS pasti cukup sibuk, masa muda yang ada di sini benar-benar layak diperjuangkan, bahkan dengan mengorbankan waktu pribadi.
Di masa depan, aku akan membanggakan ini pada anak-anakku: “Dulu ayahmu ini, waktu SMA, pernah menghabiskan masa muda terbaik bersama gadis-gadis cantik di OSIS.”
Lagipula, aku juga tidak punya teman untuk bermain setiap hari, dan tidak ikut dalam klub apa pun. Sebenarnya hanya waktuku yang berlimpah.
"A-aku merasa aneh menanyakan ini lagi... tapi, apa kau benar-benar tidak apa-apa?"
"Ya."
"……"
Mendengar jawabanku, Shido Senpai kembali mengarahkan pandangannya ke arah Hiyori.
"Haa... Shido Senpai, Natsuhiko memang orang seperti ini, jadi kau bisa mempercayai apa pun yang dia katakan atau lakukan. Memang dia kadang bodoh, mesum, dan tidak bisa diandalkan... kadang sampai membuatku benar-benar kesal. Tapi, di depan perempuan, dia setidaknya tidak akan pernah berbohong."
"…Begitu, ya."
Shido Senpai mengangguk sekali. Kemudian dia menatap mataku, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Yaegashi Senpai.
"Yui."
"Ya, aku mengerti."
Yaegashi Senpai pun bergerak ke hadapanku dan mengulurkan tangannya. Sepertinya, ini adalah ritual yang perlu dilakukan.
"Hanashiro Natsuhiko, aku ingin menyambutmu sebagai petugas urusan umum di dalam OSIS ini. Bersediakah kau menerima?"
"Ya, dengan senang hati."
Aku menjabat tangan Yaegashi Senpai. Dengan demikian, aku kini menjadi bagian dari OSIS sebagai seseorang yang mengetahui rahasia Yaegashi Yui.
"Baik, langsung saja, Hanashiro Natsuhiko... atau bolehkah aku memanggilmu Natsuhiko saja?"
"Oh, ya. Natsuhiko juga tidak masalah."
"Baiklah, kalau begitu, Natsuhiko. Aku akan mengenalkanmu sebagai anggota OSIS baru kepada para guru."
Mengenalkan diri ke para guru, ya. Tentu saja, itu hal yang perlu dilakukan. Karena nantinya, aku akan terlibat dalam kegiatan OSIS,bekerja di balik layar untuk berbagai acara, dan mungkin juga menerima tugas dari para guru. Maka, sudah seharusnya mereka tahu bahwa aku menjadi anggota OSIS.
"Ayo,Natsuhiko. Jangan buang waktu."
"Baik... Tapi,hanya aku dan Yaegashi Senpai saja?"
Aku menoleh dan memanggil ketiga orang yang masih berada di ruang OSIS. Setelah mendengar penjelasan tadi, sebenarnya aku merasa sedikit cemas, apakah ini benar-benar baik-baik saja...
"Memang terasa mengkhawatirkan, tapi aturan menetapkan bahwa pengenalan anggota yang diangkat harus dilakukan oleh ketua OSIS itu sendiri. Agak aneh memang, tapi ini bagian dari tanggung jawab ketua OSIS, jadi mau tak mau harus dilakukan," kata Shido Senpai.
"Begitu, ya..."
"Namun, baiklah... Tsubaki-chan, maaf, tapi bisakah kau mengikuti mereka berdua dari kejauhan? Jika terjadi sesuatu, tolong bantu mereka."
Futaba-san mengangguk setuju atas permintaan Shido Senpai. Untuk sementara, ini sudah cukup mengurangi kekhawatiranku.
Sebagai seseorang yang kini turut menjaga rahasia Yaegashi Senpai, sebenarnya aku ingin segera berperan aktif. Tapi, sayangnya, aku masih belum memahami seluk-beluk situasinya sepenuhnya. Dalam hal ini, jumlah orang yang bisa disebut sebagai "pengawal" memang sebaiknya sebanyak mungkin.
"Kami ada pekerjaan perhitungan anggaran yang harus diselesaikan hari ini, jadi kami tidak bisa terlibat. Menjaga rahasia Yaegashi Senpai memang penting, tapi jika terlalu fokus pada itu sampai mengabaikan tugas utama, itu justru akan bertentangan dengan tujuan,"
kata Hiyori, yang jarang sekali terlihat menyesal.
Jika pekerjaan OSIS terhambat, itu berarti tanggung jawab pengawasan akan jatuh pada ketua OSIS, Yaegashi Senpai. Meskipun ketidakmampuan atau kegagalan dalam pekerjaan mungkin terbongkar, yang menunggu di ujung jalan adalah usulan ketidakpercayaan.
Merenung tentang hal ini, sepertinya cukup berat ya, sekolah kami. Aturan sekolahnya cukup longgar dan tingkat kelulusannya tinggi, jadi sebagai siswa biasa, lingkungan di sini sebenarnya cukup menguntungkan.
"Baiklah, kalau begitu... aku akan segera menyelesaikan tugas ini," jawabku.
"Berhati-hatilah, Hanashiro-kun," kata Hiyori.
"Ya, serahkan pada ku," jawabku dengan gaya sedikit berlebihan, lalu aku keluar dari ruang OSIS bersama Yaegashi Senpai.
Begitu keluar ke lorong, rasanya ada yang berbeda dari pemandangan yang biasanya terlihat biasa saja.
Semua ini mungkin dipengaruhi oleh Yaegashi Senpai yang ada di sampingku. Dia tetap bersikap tenang dan formal seperti biasa, namun ke depannya, aku harus lebih waspada dan menjaga penampilan ini agar tetap terjaga.
Yah, sebenarnya tidak masalah sih. Melindungi sosok Yaegashi Yui adalah hak yang ingin aku raih, bahkan jika harus mengeluarkan banyak uang. Itulah mengapa segala hal di sekitarku terasa begitu bersinar.
Aku bersyukur bahwa saat itu Yaegashi Senpai lupa mengenakan pakaian dalam. Terima kasih untuk tanpa celana dalam.
"Selanjutnya, kita akan pergi untuk memberi salam kepada Guru Amahara. Dia adalah orang yang bertanggung jawab sebagai penghubung antara kami di OSIS."
"Oh, jadi Amahara sensei, ya."
Amahara sensei, nama aslinya adalah Amahara Yuna. Dia adalah guru sejarah Jepang dan juga wali kelas kami, aku dan Hiyori.
Kepribadiannya, entah bagaimana, terasa tidak seperti guru pada umumnya. Setidaknya, dia sangat populer di kalangan siswa.
Saat aku berjalan bersama Yaegashi Senpai di koridor, aku melirik ke belakang. Sesuai instruksi dari Shido Senpai, Futaba-san mengikuti kami dengan menjaga jarak yang pas, tidak terlalu dekat tapi juga tidak terlalu jauh.
Meskipun dikatakan "jika ada yang terjadi," aku masih tidak bisa membayangkan momen di mana Yaegashi Senpai akan melakukan sesuatu yang keliru. Seorang yang berjalan dengan kepala tegak dan percaya diri seperti ini, apakah mungkin dia akan membuat kesalahan besar?
...Mungkin saja dia akan melakukannya, aku rasa.
"…Maafkan aku, Natsuhiko."
"Hah?"
Saat aku mendengar suaranya, aku kembali menatap Yaegashi Senpai. Di matanya, aku bisa melihat semacam rasa bersalah.
"Karena aku, kau terlibat dalam OSIS... Aku telah mengambil waktu berhargamu sebagai seorang siswa."
"......"
Memang, bergabung dengan OSIS berarti mengurangi waktu luang yang bisa aku gunakan. Aku masih lebih baik karena tidak terlibat dalam klub, tetapi waktu untuk hobi dan belajar tentu saja akan berkurang.
Hanya dengan satu kejadian, hidupku berubah drastis.
---Tapi, apa yang salah dengan itu?
"Jangan khawatir tentangku. Bisa dekat dengan Yaegashi Senpai dan Shido Senpai, aku benar-benar merasa sangat bahagia sekarang."
"Bahagia...?"
"Aku merasa hidupku berharga hanya dengan bisa membantu orang lain."
Seperti yang aku pikirkan tadi, aku bahkan merasa bersyukur karena berada dalam posisi untuk melindungi Yaegashi Senpai. Aku tidak merasa kesulitan sama sekali. Mengapa? Karena aku senang bisa melayani wanita.
"Walaupun aku mungkin masih belum bisa diandalkan baik sebagai pria maupun sebagai anggota OSIS, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalankan tugas. Jadi, aku akan sangat senang jika kau berhenti meminta maaf."
"...... Jadi, kau orang yang baik ya."
"Baik? Ah, bukan begitu..."
Aku tertawa dan mengalihkan pembicaraan.
Aku tidak bisa bilang... bukan hanya karena bisa melayani wanita, tetapi juga karena aku bisa mendekati gadis-gadis cantik yang terkenal di sekolah ini.
Kalau aku terlalu berusaha untuk mendapatkan kesan baik, meskipun Yaegashi Senpai sekalipun mungkin akan merasa risih.
Aku harus hidup dengan menjaga jarak yang tepat. Ini adalah janji antara aku dan gadis-gadis aneh itu.
---Siapa bilang aku suka gadis aneh?
"Natsuhiko, sekali lagi aku sangat senang kau bergabung dengan OSIS. Aku sangat berharap bisa meminjam kekuatanmu yang luar biasa."
"Ya,aku akan berusaha sebaik mungkin agar bisa membantu Yaegashi Senpai."
"......"
"......Yaegashi Senpai?"
Mendengar jawabanku, Yaegashi Senpai sedikit mengernyitkan wajahnya.
Apa aku salah dalam menjawab?
Saat aku merasa cemas, Yaegashi Senpai membuka mulutnya, tetap dengan ekspresi cemberut.
"Natsuhiko, kau bisa memanggilku Yui, bukan Yaegashi Senpai, lho? Karena aku juga memanggilmu tanpa sebutan, jadi seharusnya kau juga bisa memanggilku tanpa sebutan agar adil."
"Maaf,aku tidak bisa melakukan itu."
Aku tidak bisa memanggil Yaegashi Senpai dengan sebutan tanpa gelar. Itu seperti menyerahkan kehidupanku di sekolah ini begitu saja.
Dari teman-teman seangkatan, aku pasti akan dianggap sombong, dari teman sekelas dianggap tidak tahu diri, dan dari adik kelas akan dianggap sebagai senior yang berbahaya.
Mungkin Yaegashi Senpai perlu lebih sadar akan posisinya di sekolah ini.
Tentu saja, aku senang jika dia mendekat dengan ramah seperti ini.
"......Benarkah tidak bisa?"
"Ah!"
Dengan tatapan tajam dari Yaegashi Senpai yang menatapku dari atas, aku tak bisa menahan diri dan hampir terjatuh.
Betapa kuatnya senjata ini. Jika dia bisa tersenyum tipis di seluruh dunia, pasti tidak akan ada lagi peperangan.
───Namun, sebaliknya, bisa jadi malah akan ada perselisihan karena Yaegashi Senpai.
Ini bukan waktu untuk memikirkan hal-hal bodoh seperti itu.
Meskipun aku harus kehilangan nyawaku di sini, aku yakin aku tak akan bisa memanggil Yaegashi Senpai tanpa gelar.
Namun, jika terus begini, aku hanya akan membuatnya sedih.Ini adalah pilihan yang sangat sulit. Jika tubuhku hancur sekalipun, apakah aku harus mengumpulkan keberanian hanya untuk membuat Yaegashi Senpai bahagia?
"……Kalau begitu, bagaimana kalau aku memanggilmu... 'Yui Senpai'?"
"Apa?"
Aku mengumpulkan pikiranku, dan jawabanku yang keluar adalah dengan menambahkan kata "Senpai" pada nama depannya.
Ini juga taruhan yang sangat berbahaya.
Di antara banyak junior yang memanggilnya sebagai ketua OSIS atau Yaegashi Senpai, aku dengan berani memanggilnya "Yui Senpai".
Jika orang mengetahui aku memanggilnya seperti itu di depan umum, aku tak bisa protes kalau tiba-tiba diserang di malam hari.Jangan anggap itu berlebihan. Yui Senpai adalah orang yang memiliki banyak pengikut, dan sekolah ini adalah tempat dengan siswa yang sangat sulit dihadapi.
Meskipun kebanyakan orang biasanya serius, terutama para pria, mereka bisa sangat berbeda saat berhubungan dengan perempuan, jadi harus hati-hati.
"……Iya, memang, tidak adil kalau aku langsung melewati batas antara senior dan junior. Baiklah,kau bisa memanggilku Yui Senpai."
"Ah... Terima kasih, Yui Senpai."
"Hmm, memanggil dengan 'senpai' juga tidak buruk."
Sepertinya itu sesuai dengan keinginannya.
Yaegashi Senpai───eh, maksudku Yui Senpai, tampak sangat senang.
"Tapi, kapan saja kau bisa memanggilku tanpa sebutan 'senpai', lho. Bahkan dengan panggilan lain juga tidak masalah. Bagaimana kalau 'Yui-chan'? Bukankah itu terdengar sangat imut?"
"Ah, tidak... itu agak..."
"Begitu ya? Tapi kalau itu sulit kau panggil, aku tidak akan memaksakan... Karena kita sudah menjadi teman, jadi tidak perlu sungkan, kan?"
Teman? Itu adalah hal yang sangat membuatku terkejut.
Aku sangat menghargai jika dia menganggapku seperti itu, tapi aku tidak bisa menahan keterkejutanku dengan betapa cepatnya hubungan kami berkembang.
Meskipun kami baru mengenal satu sama lain sekitar dua hari yang lalu───.
"Baiklah, kalau begitu, mari kita pergi, Natsuhiko."
"Ya... Yui Senpai."
"Mm!"
Aduh, hampir saja. Yui Senpai yang mengangguk dengan senang hati sangat imut, dan aku hampir kehilangan kesadaranku sesaat.
Semuanya tidak masalah lagi, Yui Senpai memang sangat imut.
Sejak kejadian dengan pakaian dalam itu, gambaran tentang Yui Senpai di dalam pikiranku semakin hancur.
Pada akhirnya, memang benar bahwa sifat asli seseorang tidak bisa diketahui hanya dari luar, tapi memang jarang menemukan orang yang memberikan kesan yang begitu berbeda seperti ini.
Apakah aku akan melihat sisi lain dari dirinya di masa depan...?
Jika demikian, pasti aku bisa menjalani kehidupan yang bebas dari kebosanan.
"Permisi."
Aku melangkah masuk ke ruang guru bersama Yui Senpai.
Tentu saja, ini bukan pertama kalinya aku masuk ke ruangan ini, tapi karena banyak orang yang tidak boleh aku marahi, aku selalu merasa canggung dan tegang.
Yui Senpai memandang sekeliling ruangan dan menemukan orang yang dia cari.
"Amahara-sensei, apakah Anda ada waktu sekarang?"
"Mm...? Oh, Yui, ada apa?"
Seorang guru wanita merespons panggilan Yui Senpai.
Dia,dengan rambut panjang hitam yang agak berbulu,diikat di belakang,menatap kami dengan sikap agak malas.
Amahara Yuna-sensei, guru kami yang juga wali kelas, memang tidak terlihat seperti seorang guru pada umumnya.
Dia bisa dibilang orang yang agak santai dalam arti positif, atau bisa juga disebut sebagai tipe orang yang tahu kapan harus serius dan kapan harus menyelesaikan segala sesuatu dengan efisien tanpa banyak usaha.
Kualitas seperti ini, dengan keseimbangan yang baik antara keseriusan dan cara berinteraksi yang dekat dengan siswa, mungkin menjadi rahasia kepopulerannya.
Meskipun hanya perasaan, sepertinya Amahara-sensei secara sadar berusaha menciptakan kesan tersebut.
Dia memainkan perannya sebagai guru yang cerdas dan efisien.Banyak siswa, termasuk aku, merasa beruntung telah ditempatkan di kelasnya.
— Dan ini adalah sebuah catatan sampingan yang menjadi bagian dari cerita utama, Amahara-sensei terkadang mengenakan pakaian yang agak longgar, bukan hanya sikapnya saja.
Seringkali, kancing di bagian dada kemejanya terbuka sedikit, dan kadang-kadang kita bisa melihat sedikit dari lekuk tubuhnya.
Tentu saja, ini sangat menarik, kan?
"Hari ini, saya datang untuk memperkenalkan siswa yang baru saja diterima sebagai anggota baru di Dewan Siswa."
"Hm... tunggu, ini kan Hanashiro?"
Amahara-sensei menatapku dengan sedikit terkejut.
"Kau yang jadi anggota baru?"
"Ya, lebih tepatnya seperti itu."
"Bagaimana ceritanya... kau yang tertarik dengan hal seperti ini? Bukannya kau tidak begitu dekat dengan Yaegashi, kan?"
"Caramu bicara itu kasar, lho."
"Tapi kan itu kenyataannya, kan?"
"...Ya, memang begitu."
Memang, kami tidak begitu dekat, bahkan baru saja kemarin aku bicara dengannya untuk pertama kalinya.
Tapi yang aneh adalah, Amahara-sensei ternyata cukup memperhatikan kami, para siswa.
Terlihat santai, namun sebenarnya dia tidak pernah meremehkan, atau lebih tepatnya...
Mungkin inilah salah satu alasan mengapa dia populer, aku rasa.
"Karena pekerjaan administratif Dewan Siswa kurang, aku diminta untuk bergabung dengan rekomendasi dari Ichinose Hiyori yang menjabat sebagai bendahara."
"Oh, Ichinose ya. Tidak disangka ada dua anggota Dewan Siswa di kelas kita, sungguh kabar baik.Aku senang,semua murid di kelas ku itu serius, guru lain juga akan senang."
Amahara-sensei mengatakan itu dengan sikap santai.
Meskipun senang disebut sebagai murid yang serius, sikapnya yang santai membuat aku merasa agak sulit untuk merayakan itu dengan sepenuh hati.
Satu hal yang pasti, dia bukanlah guru yang buruk.Kerjaannya juga dilakukan dengan baik.
Namun, dia tetap terlihat kasar dalam memperlakukan orang, termasuk aku.
"...Hanashiro, jangan-jangan kau berpikir hal yang tidak sopan tentangku?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Heh... Kau tahu, wajahmu menunjukkan lebih banyak hal yang kau pikirkan daripada yang kau kira, lho,"
Begitu kata Amahara-sensei sambil menyentilku dengan buku catatannya.
Jadi, apakah Hiyori juga bisa membaca pikiranku?
Kalau begitu, aku harus lebih berhati-hati. Kalau terus-menerus dihukum, tubuhku bisa tidak tahan.
"Yah, selama ini anggota Dewan Siswa kebanyakan perempuan, jadi tidak ada salahnya kalau kali ini ada anggota laki-laki yang bisa menangani pekerjaan berat. Semangat, Hanashiro. Pekerjaan administratif itu tidak pernah menyenangkan,"
"Sebentar, itu lebih dari sekadar komentar berlebihan,"
Kenapa dia harus berkata sesuatu yang bisa merusak semangat murid?
"Haha, bercanda, bercanda. Oke, aku akan daftarkan Hanashiro sebagai anggota Dewan Siswa untuk pekerjaan administratif."
"Terima kasih banyak, Amahara-sensei."
"Ya. ...Meskipun kami, para guru yang sering meminta banyak pekerjaan, bilang begini, tapi jangan terlalu memaksakan dirimu, ya? Kalau ada yang tidak bisa, ya sudah, tidak masalah."
Amahara-sensei mengalihkan wajahnya dari kami.
Kata-kata yang sederhana seperti ini, tanpa hiasan, benar-benar membuatku merasa dihargai. Kebaikan yang diberikan dengan jarak yang tepat jauh lebih menyentuh daripada dukungan yang berlebihan dan terkesan dibuat-buat. Kenapa seseorang yang begitu pandai memperhatikan orang lain seperti Amahara-sensei tidak bisa menikah, ya? -Aku berpikir sambil memandangi situs kencan yang terbuka di laptop guru itu. Menyadari itu, Amahara-sensei segera menutup layar komputer dengan cepat.
"...Hei, Hanashiro. Coba katakan apa yang baru saja kau lihat?"
“Ah... eh, mungkin itu... realita, ya?"
"Aku akan membunuhmu."
Aku pikir guru tidak bisa mengucapkannya
hal seperti itu! Setelah itu, setelah aku memberi beberapa alasan, akhirnya kami meninggalkan ruang guru.
Setidaknya,kami menyelesaikan salam dengan aman.
Aku merasa lega karena bisa kembali dengan selamat.
───Meskipun begitu.
“Hm? Ada apa, Natsuhiko? Kau menatap wajahku terus.”
“Ah, tidak. Bukan apa-apa.”
“? Begitu ya.”
Ketika ketahuan sedang menatap wajahnya, aku sedikit merasa malu.
Seperti yang kuduga,Yui senpai yang selalu berperan sebagai ketua OSIS di depan orang lain, masih tetap Yui senpai yang selalu kukenal sejak dulu.
Akan jadi bohong kalau aku bilang tidak merasa sedikit kecewa.
Aku tadinya mengira akan terjadi sesuatu yang harus kubantu atasi, tapi ternyata tidak ada.
Namun, melihat sikap hati-hati Hiyori dan yang lain, aku juga merasa kalau kekhawatiran mereka bukan hanya bercanda atau berlebihan.
Semua orang,pada akhirnya,mengenakan topeng tertentu di depan orang lain.
Begitulah,orang hidup dengan berusaha keras melindungi sisi yang tersembunyi di balik topeng yang mereka kenakan.
Mungkin saja,Amahara sensei juga hanya mengenakan topeng sebagai guru yang baik hati.
Begitu juga dengan Shido senpai, Futaba, dan Hiyori. Mereka mungkin membawa sesuatu yang tak bisa dipahami orang lain.
Bertemu dengan sosok seperti Yui senpai membuatku kembali menyadari hal itu.
“...Semua orang, pasti berat ya.”
Aku berbisik pelan agar tak terdengar oleh siapa pun.
Apakah ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk orang-orang yang berjuang mempertahankan hal yang ingin mereka lindungi?
Jika aku bisa membantu mereka, mungkin meskipun aku sendiri tak mengenakan topeng, aku akan merasa seakan turut melindungi sesuatu──.