[WN] Dark Knight Story~I was summoned by the Demon Lord to defeat The Hero~ Prolog - Chapter 5 [IND]

 


Translator : Ariel 


Proffreader : Ariel


Prolog


Waktu menunjukkan malam hari. Di langit, bintang-bintang berkelap-kelip.

Di tengah malam itu, meteor bercahaya melesat ke sana kemari.

Meteor tersebut menuju kegelapan hitam yang membentang di langit berbintang.

Di dalam kegelapan hitam itu, seseorang yang mengenakan zirah hitam pekat melayang.

Dark Knight,

(Ksatria Kegelapan)

Begitulah sebutannya.

Dari tubuh Ksatria Kegelapan, api hitam berkobar.

Api hitam itu meluas, menciptakan kegelapan.

Kegelapan itu tampak seperti lubang hitam yang terbuka di tengah langit berbintang.

Meteor seakan tersedot ke dalam lubang hitam itu.

Namun, sebenarnya itu bukanlah meteor.

Yang terlihat seperti meteor adalah para malaikat dengan sayap bercahaya.


Para malaikat adalah pelayan para dewa cahaya.

Mereka adalah musuh dari Ksatria Kegelapan yang melayani Raja Iblis.

Para malaikat mengenakan zirah putih bersih. Mereka mengangkat pedang, menantang Ksatria Kegelapan.

Di langit, perang antara cahaya dan kegelapan tengah berlangsung.

“Mustahil! Lawannya hanya satu! Bagaimana mungkin kami, para ksatria suci, tak bisa melawan!”

Seorang malaikat yang memegang pedang api merah berteriak.

Akibat serangan Ksatria Kegelapan yang hanya seorang diri, separuh dari rekan-rekannya telah terjatuh ke tanah.

Hanya beberapa yang tersisa.

Para malaikat baru saja menemukan Ksatria Kegelapan.

Mereka mendapat kabar bahwa Kuil Dewi di bumi diserang oleh Ksatria Kegelapan, dan segera bergegas.

Namun saat mereka tiba, Ksatria Kegelapan telah meninggalkan kuil.

Mereka segera mengejarnya, dan pertempuran pun terjadi.

Tapi, menyebutnya pertempuran mungkin tidaklah tepat.

Malaikat dengan pedang api itu telah melihat.

Para malaikat tak mampu melawan Ksatria Kegelapan, mereka hanya dipukul jatuh.

Tampak seperti serangga berisik yang dipukul jatuh.

Itu bukanlah pertempuran.

Kesatria Kegelapan terlihat tidak memiliki niat untuk bertarung. Bahkan, ia tampak tak ingin repot-repot melawan.

"Bisakah kalian mundur?"

Ksatria Kegelapan menggelengkan kepala dan berkata.

Suaranya begitu kecil, hampir tak terdengar.

"Tidak bisa! Kau telah menyerang kuil Dewi! Kami tak akan memaafkan makhluk jahat sepertimu! Semua, serang dia!"

Ksatria Kegelapan di hadapan mereka telah melakukan dosa besar dengan menyerang Kuil Dewi Cahaya yang indah, Dewi Alrena.

Dia bukanlah musuh yang bisa dimaafkan.

"Jahat, ya... Jika begitu, tak ada pilihan lain. Aku akan melawan."

Ketika Ksatria Kegelapan berkata demikian, sesuatu muncul dari tangan kanannya.

Itu adalah pedang raksasa.

Pedang hitam itu dihiasi dengan pola merah, dan pola itu bersinar seakan bergerak. Seperti urat darah. 

Saat Ksatria Kegelapan mengayunkan pedangnya, seketika, gelombang kejut yang sangat besar menghantam para malaikat.

Hanya dengan satu ayunan, para malaikat tak mampu bergerak.

"Kekuatan apa ini..."

Para malaikat bergumam.

Sebelumnya, Ksatria Kegelapan belum menggunakan pedangnya.

Dengan kata lain, ia belum bertarung serius.

Hal ini mengejutkan para malaikat.

"Jangan takut! Serang dia bersama-sama!"

Para malaikat mengepakkan sayap mereka dan menyerang Ksatria Kegelapan.

Sayap mereka bersinar terang, menciptakan jejak cahaya.

Terlihat seperti meteor yang menembus gelapnya langit malam.

Dari tubuh Ksatria Kegelapan, api hitam berkobar semakin besar.

Api hitam itu meluas, menutupi cahaya bintang di langit.

Meteor-meteor itu melesat menuju kegelapan yang diciptakan Ksatria Kegelapan.

Dan ketika semua meteor tertelan oleh kegelapan, Hal itu terjadi.

Kegelapan itu meledak dan pecah berkeping-keping.

Dari dalam kegelapan, meteor yang tersedot keluar, terhempas dan jatuh ke tanah. Para malaikat terjun bebas bagai burung yang telah kehilangan sayapnya. 

"Dasar Monster..."

Sambil terjatuh, malaikat yang memegang pedang api itu melihat ke arah langit.

Di antara langit berbintang, Ksatria Kegelapan melayang kembali ke rumah dengan tenang.


Chapter 1:

Summoned by the Demon Lord to Defeat the Hero

<Dipanggil oleh Raja Iblis untuk Mengalahkan Sang Pahlawan>


Di dalam kegelapan yang remang-remang, Kuroki terbangun.

(Di mana ini?) 

Dia mencoba berpikir, namun ingatannya tidak jelas.

(Yang pasti ini bukan kamarku...) 

Lantai terasa keras, seperti batuan. Kuroki tampaknya terbaring di atas lantai berbatu itu. Batu-batu yang bersentuhan dengan punggungnya sedikit dingin, dan saat itu Kuroki menyadarinya.

(Apa? Aku telanjang?) 

Saat dia menyentuh dadanya dan bagian kemaluannya, dia tidak merasakan kain apapun. Kuroki ternyata benar-benar telanjang.

(Kapan aku menanggalkan pakaian?) 

Kuroki tidak pernah berpikir dirinya akan menjadi nudis, atau apakah dia baru saja terbangun dalam kondisi ini? Kuroki bertanya-tanya.

Ketika dia menatap ke langit-langit yang remang-remang, dia menyadari bahwa ruangan ini besar dan atapnya tinggi. Kuroki bangkit. Saat dia menundukkan pandangannya ke lantai, dia melihat ada lingkaran bercahaya dan simbol-simbol yang ditulis di lantai, dan dia telah berbaring di sana.

Saat itu, dia melihat sekelilingnya.

(Apa?!) 

Kuroki hampir berteriak. Meskipun ruangan itu gelap, dia bisa melihat makhluk-makhluk di sekelilingnya. Dan mereka bukan manusia. Ada makhluk dengan wajah anjing, sosok yang menyerupai burung, makhluk bertentakel, dan yang hanya berupa mata besar. Beberapa dari mereka tampak agak mirip manusia, tetapi kebanyakan memiliki bentuk yang jauh dari manusia. Semuanya tampak menjijikkan dan menakutkan.

Itulah sebabnya Kuroki hampir saja berteriak.

(Pada saat seperti ini, jika itu adalah film atau semacamnya, apakah kamu akan berteriak ketakutan?)

Kuroki memikirkan hal itu. Namun, saat berada dalam situasi semacam ini, dia tidak tahu harus berbuat apa dan hanya membeku.

(Apa yang sebenarnya terjadi?) 

Melihat pemandangan disekelilingnya yang Absurd itu membuat otaknya hampir macet. Dia memandang makhluk-makhuk itu. Mereka hanya menatap dari kejauhan dan tidak mendekat. Jika mereka mendekat, mungkin dia akan benar-benar menjerit. Tapi karena mereka tidak mendekat, Kuroki sedikit bisa berpikir dengan tenang.

(Mengapa semua ini terjadi? Apakah ini mimpi?) 

Namun, dinginnya lantai memberitahunya bahwa ini bukan mimpi.

(Jika ini bukan mimpi, lalu di mana ini? Apakah ini neraka? Apakah aku sudah mati?) 

Berbagai pikiran melintas di kepala Kuroki.

"Selamat datang, sang penyelamat kami!"

Tiba-tiba, terdengar suara dari atasnya. Jelas sekali suara itu diarahkan padanya.

"Penyelamat? Apakah maksudnya aku?"

Kuroki mengalihkan pandangannya ke arah suara itu. Di antara makhluk-makhluk yang mengelilinginya, ada celah tanpa makhluk. Dalam kegelapan, dia merasakan ada sesuatu di sana. Setelah dia fokus, dia menyadari ada makhluk raksasa di sana. Meski dalam kegelapan, entah bagaimana dia bisa melihatnya dengan jelas.

Makhluk raksasa itu berbentuk seperti babi yang berdiri tegak, dengan tanduk besar di kepalanya dan taring terbalik di mulutnya. Dari hidung besarnya keluar api hitam. Ia mengenakan jubah hitam yang elegan, tetapi aura kekerasan yang memancar darinya tidak bisa disembunyikan.

Makhluk raksasa itu mendekat ke arah Kuroki. Ketika makhluk itu lewat, makhluk-makhluk lain yang mengelilingi Kuroki menundukkan kepala. Setelah tiba di hadapan Kuroki, makhluk itu menundukkan kepala.

"Namaku Modes. Aku dikenal sebagai Raja Iblis dan penguasa wilayah Nargol ini. Bolehkah aku tahu namamu, Wahai penyelamat kami?"

Makhluk yang menyebut dirinya Raja Iblis mendekatkan wajahnya ke Kuroki.

"Ah... iya... namaku Kuroki. Kuroki Yukisaki."

Kuroki secara refleks menjawab karena terintimidasi oleh kehadiran Raja Iblis itu.

"Oh, jadi kau adalah Kuroki! Tolonglah Kuroki! Bantu aku!"

Makhluk yang menyebut dirinya Modes menundukkan kepala lebih dalam. Meskipun tampak mampu dengan mudah membunuh Kuroki, makhluk raksasa itu justru menundukkan kepalanya kepadanya. Kuroki semakin bingung.

"Maaf, tapi aku tidak mengerti... kenapa kau membutuhkan bantuanku?"

Kuroki bertanya dengan hati-hati.

"Oh, tentu saja. Tentu kau bingung setelah tiba-tiba dipanggil ke sini dan diminta bantuan."

Modes mengangkat kepala dan mulai menjelaskan sambil memalingkan wajahnya.

"Saat ini, wilayah Nargol yang kuperintah sedang diserang."

"Diserang?"

"Benar, diserang oleh Pahlawan. Pahlawan yang disummon oleh Dewi Alrena dari Elios... Setelah dia mengusirku dari wilayah Elios, sekarang dia ingin mengambil harta karunku juga."

Wajah Modes menampilkan ekspresi kesedihan, tetapi kemudian dia kembali menatap Kuroki dengan senyum aneh.

"Kuroki, aku ingin kau melawan Pahlawan itu."

Modes menunjuk ke arah Kuroki, mengumumkan niatnya.

(Pahlawan? Itu kata yang biasanya cuma ada di game atau manga) 

Kuroki merasa seperti telah memasuki dunia game.

"Pahlawan?"

"Benar, seorang Pahlawan. Sebenarnya, tidak ada satupun pahlawan atau ksatria di dunia ini yang mampu mengalahkanku. Karena itu, Alrena memanggil seorang Pahlawan dari dunia lain."

Saat mendengar cerita Modes, Kuroki hampir tertawa.

(Pahlawan dari dunia lain? Ini seperti novel fantasi klasik yang pernah kubaca! Seorang anak dari Jepang dipanggil oleh dewi untuk mengalahkan Raja Iblis) 

Namun, situasi yang dialami Kuroki benar-benar kebalikannya.

(Sepertinya aku dipanggil oleh Raja Iblis ini, Modes, untuk melawan Pahlawan. Ini seperti jadi Villaine!) 

Kuroki memegang kepalanya, berharap ini hanya mimpi yang segera berakhir.

"Kuroki, biarkan aku menunjukkan sosok Pahlawan itu. Mona!"

"Ya, sayang."

Seorang wanita muncul dari kerumunan makhluk, merespons panggilan Modes. Ketika Kuroki melihatnya, dunia seakan berhenti. Dia adalah wanita yang sangat cantik. Rambutnya yang hitam seperti sutra mengalir hingga pinggangnya, dan wajahnya yang sangat cantik begitu menawan. Bentuk tubuhnya terlihat jelas di balik jubah putih yang dikenakannya, menonjolkan keindahan sosoknya.

Kuroki tidak bisa mengalihkan pandangan.

(Luar biasa, dia sangat cantik!) 

Di antara makhluk-makhluk yang mengerikan itu, wanita ini tampak bersinar. Kuroki buru-buru menutupi bagian bawah tubuhnya, merasa malu jika wanita itu melihat sesuatu yang tak pantas.

"Bagaimana, Kuroki? Dia cantik, bukan? Namanya Mona, istriku tercinta. Mona, perkenalkan dirimu pada Kuroki."

Modes memperkenalkan wanita bernama Mona dengan bangga. Kuroki terkejut.

(Seorang wanita secantik ini adalah istri Modes?! Ini benar-benar pasangan antara si cantik dan si buruk rupa. Aku iri!) 

Melihat Mona dan Modes, ketakutan Kuroki mulai mereda.

"Senang bertemu denganmu, Kuroki-sama. Namaku Mona."

Mona tersenyum, senyum yang seindah bunga sakura mekar. Kuroki tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Mona, tunjukkan pada Kuroki sosok sang Pahlawan."

"Baik, sayang."

Mona mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan sesuatu. Lalu, di atas kepala mereka, tampak sebuah cahaya yang memproyeksikan sebuah pemandangan. Di dalam pemandangan itu, terjadi pertempuran.

Sekelompok kecil manusia melawan gerombolan makhluk buas. Meskipun jumlah mereka lebih sedikit, manusia-manusia itu jelas lebih unggul. Kuroki melihat bahwa kelompok itu terdiri dari satu pria dan lima wanita, semuanya tampak sebaya dengannya, mungkin di awal usia dua puluhan.

Pria itu bertempur dengan pedang bercahaya, menyerupai seorang ksatria dari dunia fantasi. Di belakangnya, para wanita juga berpakaian seperti karakter fantasi—seorang pendekar pedang, tiga penyihir, dan seorang ninja.

"Di sanalah Pahlawan Reiji dan para rekannya, Kuroki," kata Modes, menunjuk ke pria yang bertarung di pusat pertempuran.

"Apa? Itu... dia? Dan juga Reiji..."

Begitu melihat pria itu, Kuroki secara spontan bersuara.

Itu adalah wajah yang Kuroki kenal. Dan dia juga merasa familiar dengan nama itu.

Mido Reiji. Nama panggilannya Reiji.

Itulah nama yang disebut oleh sang Raja Iblis sebagai Pahlawan.

Bagi Kuroki, dia adalah seseorang yang tak ingin diingatnya lagi.

Dia juga melihat wajah wanita-wanita yang berada di belakang pria itu, dan semuanya adalah wajah yang dia kenal.

Meskipun penampilan mereka sedikit berbeda dari yang ada dalam ingatan Kuroki, dia yakin tidak salah.

Wanita berpakaian seperti penyihir dengan rambut hitam panjang dan indah itu adalah Suiouji Chiyuki.

Di belakangnya, seorang gadis berambut ambar yang mengenakan jubah putih adalah Yoshino Sahoko.

Gadis dengan rambut kuncir dua yang mengeluarkan api dari tangannya adalah Sasaki Rino.

Yang kecil dengan rambut pendek dan enerjik, yang sedang mengayunkan pedang kecil, adalah Todoroki Naomi.

Dan yang terakhir, pendekar pedang dengan rambut panjang diikat ekor kuda adalah teman masa kecil Kuroki, Akamine Shirone.

Mereka semua adalah gadis-gadis cantik yang terkenal di akademi tempat Kuroki bersekolah.

Mereka terlihat bertarung dalam gambar tersebut.





Chapter 2:

Hero of Light and Childhood Friend

(Pahlawan Cahaya dan Teman Masa Kecil)


(Mengapa Reiji ada di sini?)

(Dan kenapa dia menjadi pahlawan?)

(Juga, kenapa Shirone, teman masa kecilku, ada di sini?)

Kuroki merasa bingung. Menurutnya, Shirone seharusnya sedang liburan musim panas dan pergi ke vila Reiji bersama beberapa teman perempuan. Kuroki sendiri juga sedang melakukan perjalanan solo untuk liburannya. Dia mengingat hal itu dengan jelas.

“Apa yang terjadi? Kenapa Shirone di sini? Reiji? Kenapa mereka ada di sini?”

Dia bergumam pelan. Melihat Shirone berada di samping Reiji membuat hati Kuroki terasa sesak.

Kuroki dititipkan kepada keluarga Akamine karena urusan orang tuanya, meskipun dia tidak tahu alasan pastinya. Orang tuanya tampaknya kenal dengan keluarga Akamine, tetapi Kuroki tidak merasa perlu tahu lebih jauh. Keluarga Akamine memperlakukannya dengan sangat baik, dan yang paling penting, di sanalah dia bertemu dengan Shirone.

Kuroki dan Shirone tumbuh bersama seperti saudara kandung. Mereka sering bermain bersama di alam terbuka ketika masih kecil, bahkan belajar kendo bersama di dojo milik keluarga Shirone.

Sekarang, Shirone tampak sedang bertarung di layar. Menurut Modes, gambar yang dilihatnya adalah rekaman dari beberapa waktu yang lalu. Reiji dan para gadis cantik di sekolah mereka baru saja mengalahkan sekelompok monster dan sekarang berkumpul di sekitar Reiji sambil bercanda dan tertawa.

Kuroki merasa sangat iri.

“Hm…”

Tiba-tiba, sebuah suara datang dari samping. Modes, yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya, menatap wajah Kuroki.

“Hm, aku mengerti…”

Apakah wajah Kuroki terlihat aneh? Dia bertanya-tanya, tetapi tak ada yang bisa dia baca dari ekspresi Modes. Modes lalu mengangguk seolah dia sudah memahami sesuatu.

“Tuan Kuroki, mari kita lanjutkan pembicaraan kita. Dia muncul secara tiba-tiba setahun yang lalu,” Modes mulai menjelaskan.

(Setahun yang lalu? Itu tidak masuk akal! Aku baru saja bertemu dengan Shirone seminggu yang lalu!)

Kuroki tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

“Sebelumnya, pertahanan Pasukan Nargol tidak pernah bisa ditembus oleh Pasukan Dewi. Tapi, semenjak kedatangan Pahlawan Cahaya, mereka berhasil mengalahkan Pasukan Nargol dan kini telah berhasil menembus hingga masuk ke wilayah dalam. Tentu saja, kami sudah mengirimkan monster dan binatang buas untuk menghentikan mereka, tapi tak ada yang berhasil. Bahkan, lima hari yang lalu, pasukan elit kami, Ordo Ksatria Kegelapan, juga dikalahkan. Jika ini terus berlanjut, mereka akan tiba di istana ini besok,” kata Modes dengan nada penuh penyesalan.

“Mereka memiliki kekuatan yang setara dengan dewa. Delapan orang dipanggil, termasuk pahlawan, tapi yang menuju ke istana ini hanya enam. Jumlah mereka bukan masalah, yang penting adalah bagaimana menghentikan mereka. Itulah sebabnya aku memutuskan untuk memanggil seseorang dari dunia lain yang bisa melawan mereka.”

Modes menatap Kuroki.

“Dan orang itu adalah kamu, Tuan Kuroki.”

Kuroki menggelengkan kepala dan memegang dahinya.

(Kenapa jadi seperti ini?)

Dalam hati, Kuroki berteriak putus asa.

“Tolonglah Tuan Kuroki. Selamatkan kami dari sang Pahlawan.”

Modes menundukkan kepala.

"Yang benar saja…"

Singkatnya, makhluk yang menyebut dirinya sebagai Raja Iblis ini meminta Kuroki untuk bertarung melawan Reiji dan teman-temannya. Kuroki merasa itu adalah permintaan yang sangat tidak masuk akal.

Reiji adalah sosok terkenal di sekolah terpadu SMP-SMA-universitas tempat Kuroki belajar. Dengan tinggi sekitar 180 cm, tubuh ramping, dan wajah tampan. Rambutnya berwarna coklat terang yang terlihat keemasan di bawah sinar matahari, mungkin karena darah campuran dari ibunya yang berasal dari luar negeri.

Dia berbakat dalam olahraga, cerdas, berasal dari keluarga kaya, dan sangat populer di kalangan gadis-gadis. Reiji seperti karakter dalam manga. Namun, meskipun disukai oleh para gadis, dia tidak disukai oleh para laki-laki.

Alasannya sederhana, Reiji memiliki sikap yang sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan, dan dia hanya berusaha terlihat baik di depan para gadis. Selain itu, Reiji memiliki kemampuan aneh untuk selalu datang menyelamatkan gadis-gadis imut yang sedang dalam bahaya. Banyak gadis yang telah diselamatkan oleh Reiji, sehingga tak heran jika banyak dari mereka yang menyukainya.

Sementara itu, tidak pernah terdengar cerita tentang laki-laki yang diselamatkan oleh Reiji. Dia sangat baik kepada para perempuan, tetapi sangat keras kepada laki-laki. Itulah yang membuat para pria tidak menyukainya. Banyak pria yang secara diam-diam menyukai seorang gadis, namun pada akhirnya gadis tersebut jatuh ke tangan Reiji, yang juga menjadi alasan lain mengapa dia tidak disukai.

Namun, tidak ada yang bisa mengeluh karena gadis-gadis itu memilih Reiji sendiri, tanpa dipaksa. Para pria hanya bisa menonton dengan diam. Seperti salah satu siswa yang gadis yang dia sukai menjadi bagian dari kelompok Reiji, sama seperti Kuroki.

(Aku tidak bisa bersaing dengan pria tampan.)

Dan salah satu dari pengikut Reiji itu adalah teman masa kecil Kuroki, Akamine Shirone, atau biasa dipanggil Shirone. Mungkinkah Reiji tertarik pada Shirone karena dia cantik? Atau mungkin Shirone yang memulai mendekatinya? Kuroki tidak tahu. Namun, Kuroki tidak ingin mereka bersama. Ketika dia menyampaikan hal itu kepada Shirone, mereka malah bertengkar. Itu terjadi belum lama ini. Cinta pertama Kuroki berakhir dengan kegagalan.

Kuroki hanyalah pria biasa. Dia tidak punya peluang melawan Reiji. Tidak ada pilihan lain selain menyerah. Tapi sekarang, makhluk yang menyebut dirinya Raja Iblis ini meminta Kuroki untuk melawan Reiji.

(Itu tidak mungkin!)

Kuroki merasa ingin menangis. Reiji kuat dalam bertarung. Dia akan dihancurkan habis-habisan. Pernah, salah satu kapten klub karate, yang marah karena gadis yang dia sukai direbut Reiji, mencoba bertarung dengannya. Akibatnya, kapten karate itu patah tulang rahangnya dan harus dirawat selama tiga bulan. Sementara Reiji, tidak terluka sedikit pun.

Tidak ada yang tahu apakah orang tua Reiji yang diam-diam menangani masalah ini, atau kapten karate takut membalas. Namun, kejadian itu tidak pernah tersebar luas, meskipun semua siswa di sekolah tahu.

Banyak orang lain yang juga menantang Reiji, termasuk orang yang lebih besar darinya, bahkan orang dewasa. Tapi tidak ada yang pernah menang, termasuk Kuroki. Reiji mungkin bahkan tidak ingat siapa yang pernah dia kalahkan sebelumnya. Kuroki tidak ingin merasakan rasa malu itu lagi.

(Kenapa ada orang seperti dia? Kami sebaya, tapi perbedaannya begitu besar.)

Reiji adalah seorang jenius, sementara Kuroki hanyalah orang biasa. Membandingkan diri dengannya hanya membuat Kuroki merasa lebih rendah. Jadi, bahkan jika mereka bertarung, hasilnya sudah jelas. Kuroki tidak mau bertarung.

Lagipula, Kuroki adalah seorang pecinta damai. Bertarung bukanlah jalannya. Kuroki memegang kepalanya, merasa putus asa.

"Tunggu sebentar! Yang Mulia!"

Seseorang muncul, memecah kerumunan makhluk. Di antara mereka berdiri seorang pria dengan baju zirah hitam legam, dengan kulit gelap dan wajah yang tampan. Jika bukan karena tanduk seperti kambing di kepalanya, dia bisa saja dikira hanya seorang anak muda yang suka cosplay. Namun, tanduk itu menunjukkan bahwa dia bukan manusia biasa.

"Oh, Lord Runfeld! Apakah lukamu dari sang Pahlawan sudah sembuh?"

Pria yang dipanggil Runfeld membungkuk dengan hormat.

"Terima kasih atas perhatiannya, Yang Mulia. Tapi, kita tidak perlu meminta bantuan dari orang asing yang tak dikenal. Meskipun saya sempat kalah, Kesatria Kegelapan kami masih tetap kuat. Biarkan kami yang pergi."

Pria yang dipanggil Runfeld itu meminta kepada Modes.

"Dan juga…"

Runfeld menatap tajam ke arah Kuroki.

"Saya rasa orang ini tidak mungkin bisa mengalahkan sang Pahlawan."

(Kamu benar sekali.)

Kuroki hampir mengangguk mendengar kata-kata Runfeld.

"Aku akan menguji kekuatanmu!"

Runfeld menghunus pedangnya dan menyerang Kuroki.

"Tunggu! Jangan!"

Kuroki memutar tubuhnya dan menghindari serangan itu.

"Hah!"

Runfeld melancarkan serangan berikutnya. Kuroki dengan cepat menggerakkan kakinya, menghindar lagi. Kuroki terus menghindari serangan-serangan Runfeld dengan gerakan kaki yang ringan dan gesit.

(Apa yang terjadi? Aku bisa bergerak lebih cepat dari biasanya.)

Kuroki merasa tubuhnya lebih ringan dari biasanya. Ketika menghindari salah satu serangan, dia secara refleks menangkap tangan Runfeld dan melemparkannya ke tanah.

"Ugh!"

Runfeld jatuh dengan keras tanpa bisa mengambil posisi bertahan.

"Maafkan saya!"

Kuroki meminta maaf, terkejut karena telah melemparkannya tanpa sengaja. Tapi serangan Runfeld belum berakhir.

"Sialan!"

Runfeld bangkit dan mengarahkan tangan kirinya ke Kuroki. Dari telapak tangan kirinya, api hitam muncul.

"Tunggu, Lord Runfeld! Itu sihir!"

Modes berusaha menghentikannya, tetapi Runfeld melemparkan api hitam itu ke arah Kuroki.

"Rasakan api hitamku!"

Api hitam itu membesar, menyerang Kuroki.

(Aku tidak bisa menghindar!)

Untuk menghindari api itu, Kuroki harus lari melewati kerumunan makhluk yang mengepungnya. Dalam jarak sedekat ini, sulit baginya untuk bergerak begitu jauh.

Api hitam mendekat. Kuroki secara refleks mengangkat tangannya, mengambil posisi bertahan. Api itu menerjang Kuroki.

(Hmm… Panas? Tidak, ini tidak panas?)

Api itu berhenti di tangan Kuroki. Dia menahan api hitam itu dengan telapak tangannya.

(Aku menahan api? Bagaimana mungkin?)

Kuroki terkejut melihat bahwa dia bisa menghentikan api dengan tangannya. Api biasanya tidak bisa dihentikan dengan cara seperti itu. Tapi Kuroki berhasil menahan api hitam itu dengan kedua tangannya. Dia kemudian merobek api itu, dan api hitam tersebut lenyap menjadi kabut.

"Bagaimana mungkin, apiku…"

Runfeld terkulai lemas, berbisik dengan lemah. Teknik itu adalah jurus terkuat Runfeld. Kuroki yang tidak menyadari hal ini hanya bisa kebingungan.

(Perasaan aneh…)

Kuroki melihat telapak tangannya, tetapi tidak ada luka bakar. Ketika dia mengingat kembali sensasi sebelumnya, dari tangannya kembali keluar api hitam.

"!?"

Kuroki terkejut dan buru-buru menghancurkan api hitam di tangannya.

(Apa ini? Kenapa aku bisa mengeluarkan api ini?)

Dari sebelah Kuroki, terdengar suara tepuk tangan.

"Luar biasa, Tuan Kuroki. Lord Runfeld adalah kesatria terkuat di Nargol. Tidak hanya Anda mengalahkannya dengan mudah, tapi juga bisa mengendalikan api hitam. Dengan ini, Anda pasti bisa mengalahkan sang Pahlawan."

Kuroki menoleh dan melihat Modes bertepuk tangan sambil tersenyum.

(Api hitam? Apa yang baru saja aku keluarkan itu?)

Kuroki teringat pada Reiji dan teman-temannya yang muncul di rekaman sebelumnya, mereka juga mengeluarkan cahaya dan api dari tangan mereka.

(Mungkin? Apakah aku juga mendapatkan kekuatan aneh setelah datang ke dunia ini? Tidak, aku tidak bisa memahaminya. Apa aku benar-benar harus bertarung melawan Reiji?)

Modes tampak puas, mengangguk-angguk.

(Tampaknya, mereka benar-benar ingin aku dan Reiji bertarung. Tapi, aku tidak punya alasan untuk bertarung. Aku harus menolak…)

Kuroki berpikir demikian, lalu berniat memberitahukan hal itu kepada Modes.

"Uhm, tunggu sebentar..."

Namun, saat akan berbicara, Kuroki menyadari sesuatu.

(Apa yang akan terjadi jika aku tidak bertarung? Apakah aku tidak akan bisa kembali ke dunia asalku jika aku tidak bertarung?)

Kemungkinan itu sangat mungkin terjadi.

Mereka memanggilku untuk bertarung melawan pahlawan. Jika aku tidak bertarung, mungkin aku tidak akan diizinkan kembali.

Kuroki berpikir demikian, lalu melirik ke arah Modes.

"Uhm... Apakah aku tidak bisa kembali ke dunia asal jika aku tidak mengalahkan mereka?"

Kuroki bertanya untuk memastikan.

"Eh...?"

Namun, pertanyaan itu tampaknya mengejutkan Modes, yang mengeluarkan suara aneh.

"Apakah maksudmu, cara untuk memulangkanmu, Kuroki-dono?"

Modes berpikir sejenak, lalu mengeluarkan sesuatu yang tampak seperti selembar kertas dari dalam sakunya.

Kuroki merasakan firasat buruk.

Modes membaca tulisan di kertas itu, lalu mulai berbicara.

"Apakah mungkin... kau tidak tahu cara untuk memulangkanku?"

Atas pertanyaan itu, Modes hanya terdiam.

Keheningan canggung pun menyelimuti sekeliling mereka.

"Tampaknya, dalam ritual pemanggilan ini, tidak ada cara untuk memulangkanmu."

Ini adalah yang terburuk.

"Tunggu, tunggu dulu―――!"

Kuroki berteriak tanpa sadar.

"Apa-apaan ini!? Apa maksudnya!?"

Mungkin aku tidak bisa kembali ke dunia asal. Kuroki merasa seakan-akan akan pingsan dengan kenyataan itu.

"Aku sangat menyesal,"

Modes menundukkan kepala, meminta maaf.

Walaupun bertubuh besar, Kuroki berpikir bahwa Modes sebenarnya cukup pengecut.

"Tunggu sebentar, Kuroki-sama,"

Mona, yang berdiri di sampingnya, maju ke depan Modes. Dengan wajah hampir menangis, dia menatap Kuroki.

Tatapan itu membuat Kuroki tidak bisa berkata apa-apa. Sebagai seseorang yang tidak terbiasa dengan perempuan, tatapan itu seperti senjata mematikan bagi Kuroki.

"Tolonglah, Kuroki-sama. Dengarkanlah penjelasan dari Modes-sama."

Kuroki kemudian melihat ke arah Modes.

"Baiklah, Kuroki-dono. Izinkan aku menjelaskan mengapa kami bertarung."




Chapter 3:

Reason to Fight

<Alasan untuk Bertarung>


Di dunia ini, terdapat banyak dewa yang menghuni. Para dewa tersebar di seluruh dunia, menjaga dan mengawasi alam semesta ini. Namun, tempat yang paling banyak dihuni oleh dewa-dewa tersebut adalah di puncak gunung tertinggi di dunia, yaitu di langit Elios .

Di Elios , dewa-dewa cahaya yang berpenampilan indah dan dewa-dewa kegelapan yang berwujud buruk rupa hidup berdampingan. Meskipun hidup bersama, hubungan antara dewa-dewa cahaya dan dewa-dewa kegelapan tidaklah baik. Dewa-dewa cahaya tidak menyukai penampilan buruk rupa dewa kegelapan, sedangkan dewa kegelapan merasa tidak bisa bersahabat dengan dewa-dewa cahaya.

Tentu saja, ada beberapa dewa yang ingin hidup damai dan bersahabat dengan pihak lainnya, meskipun jumlahnya sedikit. Salah satu dari mereka adalah Modes, seorang dewa kegelapan. Modes yang belum menikah ingin menjadikan seorang dewi cahaya yang cantik sebagai istrinya dan sering kali melamar mereka. Namun, tidak ada satu pun yang mau menerimanya karena Modes adalah salah satu dewa kegelapan yang paling buruk rupa.

Modes terus berusaha menarik perhatian dengan memberikan hadiah, tetapi hal itu justru membuatnya semakin dibenci oleh para dewi. Meskipun tidak memaksa, para dewi tetap merasa jijik hanya karena dilamar oleh dewa yang buruk rupa.

Kemudian, terjadi sebuah insiden. Beberapa dewa cahaya bersekongkol untuk mengusir Modes setelah menerima pengaduan dari para dewi. Suatu hari, sejumlah besar pakaian dalam dewi cahaya ditemukan di kediaman Modes. Sidang dewa segera digelar, dan Modes diadili.

Modes mengaku tidak bersalah, namun rencana yang telah diatur sebelumnya membuatnya diputuskan bersalah melalui suara mayoritas. Bahkan ada dewa kegelapan yang berpihak pada dewi cahaya karena terpengaruh oleh mereka. Meski begitu, Modes tetap bersikeras bahwa ia tidak bersalah, sehingga beberapa dewa mulai meragukan keputusan tersebut dan menyarankan untuk melakukan sidang ulang.

Hal ini membuat para perencana khawatir, karena bukti palsu yang mereka buat bisa terungkap. Mereka pun menawarkan negosiasi kepada Modes untuk menerima hukuman. Meskipun Modes bisa menolak, ia akhirnya setuju dengan syarat ia diberikan sehelai rambut dari dewi tercantik, Rena. Awalnya Rena enggan, namun ia akhirnya memberikan sehelai rambut dengan harapan Modes akan pergi.

Modes kemudian meninggalkan Elios bersama para pengikutnya dan menetap di tanah Nargol. Karena tidak ada dewi yang mau menikah dengannya, Modes memutuskan untuk menciptakan seorang dewi sebagai istrinya. Dengan berbagai percobaan, akhirnya Modes berhasil menciptakan dewi bernama Mona dari rambut Rena.

Modes hidup bahagia bersama Mona di Nargol, namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Rena, yang mengetahui keberadaan Mona, menuntut agar salinan dirinya diserahkan kepadanya. Modes menolak permintaan tersebut dan mengatakan bahwa jika Rena menginginkan Mona, ia harus mengalahkannya.

Rena kemudian meminta bantuan dari para dewa laki-laki yang tertarik padanya untuk mengalahkan Modes. Banyak dewa yang berusaha melawan Modes, namun Modes yang tidak ingin kehilangan Mona berhasil mengalahkan mereka semua. Meskipun penampilannya buruk rupa, Modes sangat kuat, dan karena kekuatannya, ia dikenal sebagai Raja Iblis.

Rena yang menyadari bahwa ia tidak bisa menang meminta nasihat dari dewi bernama Casa, yang memiliki kemampuan prediksi masa depan. Casa meramalkan bahwa hanya seorang pahlawan dari dunia lain yang bisa mengalahkan Modes. Rena kemudian memanggil pahlawan dari dunia lain, yaitu Reiji Sang Pahlawan Cahaya beserta kelompoknya.

Awalnya, Modes tidak mengetahui ramalan tersebut. Namun, setelah melihat Reiji dan kelompoknya dengan kekuatan luar biasa berhasil menembus barisan pertahanan, Modes mulai menyelidiki mereka dan akhirnya mengetahui ramalan itu. Modes sangat terkejut karena ia akan dikalahkan jika melawan pahlawan tersebut, sehingga ia memutuskan untuk tidak bertarung dengan mereka.

Modes kemudian mengumpulkan informasi lebih lanjut dan menemukan bahwa orang yang bisa menghentikan pahlawan tersebut juga berasal dari dunia lain, sesuai dengan ramalan Casa. Modes pun meminta bantuan teman lamanya, seorang dewa cahaya, untuk memperoleh informasi tentang seni pemanggilan. Berkat bantuan temannya, Modes berhasil memanggil seseorang yang bisa melawan pahlawan tersebut, yaitu Kuroki.



Itulah kira-kira ringkasan dari cerita Raja Iblis Modes yang didengar oleh Kuroki.

(Kenapa aku dipanggil untuk hal sepele seperti ini?)

Kuroki merasa kepalanya mulai pusing. Saat ini, Kuroki berada di taman dalam istana Raja Iblis. Taman ini dibuat berdasarkan kediaman Modes di Elios . Tempat ini tidak terlalu mewah, tetapi sangat nyaman. Hanya Modes, Mona, dan beberapa orang terpilih yang diizinkan masuk ke tempat ini.

Kuroki duduk di kursi melingkar sambil mendengarkan cerita Modes tentang kejadian yang telah terjadi. Setelah berpindah tempat, ia diberikan pakaian, jadi ia tidak lagi telanjang. Pakaian wol dari domba hitam yang ia kenakan terasa sangat nyaman.

Di hadapan Kuroki terdapat teh yang diseduh oleh Mona dan kue yang terbuat dari raspberry. Teh tersebut memiliki aroma yang khas. Ketika ia menyesapnya, rasanya agak pahit tetapi cukup enak, dan sangat cocok dengan rasa asam manis dari raspberry.

Kuroki menahan keinginannya untuk meminta teh tambahan dari Mona yang cantik. Ia kemudian merenungkan apa yang telah terjadi. Sumber dari perselisihan ini adalah ketika Modes menciptakan Mona. Setelah melihat penampilan Modes, Kuroki merasa itu tidak bisa dihindari. Menurutnya, standar kecantikan di dunia ini tampaknya tidak berbeda dengan Jepang. Modes memiliki penampilan yang sangat mengerikan dan buruk rupa, sehingga tidak ada dewi yang mau jatuh cinta padanya.

Namun, Kuroki juga bisa memahami perasaan para dewi yang mengusir Modes.

Dibayangi oleh lamaran yang datang dari seseorang yang tidak disukai berkali-kali tentu merupakan hal yang tidak menyenangkan.

(Jika tak bisa dicintai, lebih baik menyerah. Lalu, diam-diam mendoakan kebahagiaan orang itu dari kejauhan. Tidak ada pilihan lain selain itu, bukan...?)

Kuroki mengingat Shirone dan merasa menangis dalam hati. Ia pun mulai merasakan kedekatan emosional dengan Modes.

(Tapi sebenarnya, kenapa Shirone dan yang lainnya bertarung?)

Pada dasarnya, perselisihan ini tidak ada hubungannya dengan Kuroki dan teman-temannya. Memikirkan betapa tidak masuk akalnya bertarung untuk sesuatu yang tidak berkaitan dengan mereka, Kuroki merasa hal ini bodoh.

(Pasti, karena Reiji ingin melindungi seorang wanita cantik, bukan? Lalu, Shirone dan yang lainnya pun terseret ke dalamnya.)

Kuroki menekan pelipisnya, merasa pusing.

"Jika kami kalah, Mona akan dihapuskan. Itu adalah hal yang paling ingin kuhindari, Kuroki-dono! Aku akan memberikan imbalan sebanyak yang kau inginkan! Aku bahkan akan menemukan cara untuk memulangkanmu!" ucap Modes dengan mata yang berkaca-kaca.

Ternyata, dalam catatan sihir pemanggilan yang dicuri Modes, tidak ada cara untuk kembali ke dunia asal. Entah metode untuk kembali memang tidak ada, atau mereka belum menemukannya. Jadi, kemungkinan besar Reiji dan kelompoknya juga tidak tahu cara untuk kembali.

Kuroki merasa bahwa Modes tidak sedang berbohong. Lagipula, jika Modes ingin memaksanya mengikuti perintah, ia bisa saja mengancam Kuroki dengan mengatakan bahwa ia tidak akan dikembalikan ke dunia asal jika tidak menuruti perintahnya.

Namun, kejadian ini begitu di luar nalar, membuat Kuroki sulit untuk sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.

Sebagai salah satu bentuk imbalan, Modes berjanji akan menciptakan satu lagi dewi untuk Kuroki. Menciptakan dewi memang tidak mudah, tapi Modes yakin ia masih bisa menciptakan satu lagi.

Bagi Kuroki, tawaran ini adalah imbalan yang sangat menarik. Sejak dulu, Kuroki tidak pernah punya kesempatan untuk dekat dengan wanita. Sebaliknya, ia sering dijauhi karena dianggap memiliki tatapan yang cabul.

Kuroki mengenang masa lalunya. Pada awalnya, ia selalu bersikap normal dengan para gadis, namun entah bagaimana, seiring waktu, mereka menjadi menjauh. Ternyata, tanpa disadari, Kuroki sering memandangi gadis-gadis cantik dengan cara yang tidak nyaman. Bahkan Shirone pernah mengkritiknya tentang ini, terutama saat ia menatap gadis yang mengenakan rok mini dengan tatapan yang menyala-nyala.

(Tapi apa boleh buat, itu insting alami, kan...?)

Kuroki menyadari bahwa jika terus seperti ini, ia mungkin tidak akan pernah bisa menjalin hubungan dengan siapa pun. Memikirkan hal itu membuatnya merasa sedih.

(Lebih baik berhenti memikirkannya...)

Kemudian, pikirannya beralih kepada dewi Alrena yang tadi diperlihatkan kepadanya. Dewi yang dikenal dengan nama panggilan "Rena" itu sangat cantik, mirip dengan Mona meskipun ada sedikit perbedaan. Dewi yang akan diciptakan berikutnya kemungkinan besar juga akan sama cantiknya seperti Mona. Mendapatkan dewi seperti itu jelas menggoda, terutama karena dewi itu akan mencintainya tanpa syarat, meskipun Kuroki sendiri bukan pria yang menarik.

(Aku juga ingin mesra dengan gadis cantik.)

Kuroki berpikir kuat tentang hal itu. Tidak seperti Reiji yang dikelilingi oleh banyak wanita, Kuroki hanya menginginkan satu saja. Jika ia bisa memiliki seorang gadis yang sangat cantik sebagai kekasih, dunia ini pasti akan terasa penuh kebahagiaan.

(Tapi... Untuk mendapatkannya, aku harus melawan Reiji dan menang.)

Namun, Kuroki tidak yakin bisa menang. Sebenarnya, ia pernah bertarung melawan Reiji di masa lalu, ketika Shirone membawa Reiji ke dojo keluarganya. Saat itu, Reiji yang tertarik dengan ilmu pedang meminta Shirone untuk membawanya ke dojo. Setelah melihat-lihat, Reiji bertarung dalam pertandingan latihan melawan Kuroki. Hasilnya, Kuroki kalah telak.

Reiji tidak pernah belajar ilmu pedang, tapi Kuroki tidak mampu melawannya.

(Bagaimana mungkin dia bisa bergerak seperti itu padahal kami sebaya?)

Kuroki tidak bisa mempercayainya dan sangat iri. Ia masih ingat kata-kata Shirone yang menyaksikan pertandingan itu.

"Apakah kamu baik-baik saja, Kuroki? Reiji-kun memang istimewa, jadi wajar saja jika kamu kalah."

Meskipun Shirone berusaha menghiburnya, Kuroki merasa sangat malu saat itu. Sebenarnya, ia sempat berpikir untuk berhenti berlatih kendo. Namun, entah kenapa, hingga sekarang ia masih melanjutkannya. Kuroki telah berlatih keras, merenungkan apa yang salah, dan terus mengasah kemampuannya. Ia merasa telah menjadi lebih kuat daripada saat itu, tetapi ia juga yakin bahwa Reiji telah menjadi jauh lebih kuat.

Kuroki tahu bahwa ia harus menolak permintaan Modes. Bertarung sungguh-sungguh bisa membuatnya terbunuh. Meskipun imbalannya menggiurkan, tidak ada gunanya jika harus kehilangan nyawanya. Lagipula, Kuroki tidak punya kewajiban untuk berjuang demi Modes.

Ia bisa saja meninggalkan Modes begitu saja. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati Kuroki. Perasaan itu, meski tampak sepele, sulit diabaikan.

(Aku tahu aku tidak akan bisa mengalahkan Reiji... Tapi tetap saja...)

Kuroki menatap Modes dan Mona. Bagi Modes, Mona adalah pasangan yang ia ciptakan dengan susah payah. Kuroki merasa iba jika Modes harus kehilangan Mona.

"Tolonglah, Kuroki-dono! Aku hanya bisa bergantung padamu!" kata Modes sambil menggenggam tangan Kuroki dengan mata berkaca-kaca.

"Eh, um..."

Kuroki memalingkan wajah, merasa tidak nyaman dengan kedekatan Modes.

Saat itu, matanya tertuju pada baju zirah hitam yang tergantung di dekatnya. Itu adalah baju zirah sihir yang diberikan Modes kepadanya. Modes ingin Kuroki mengenakan baju zirah itu dan bertarung sebagai Dark Knight. Mata merah dari helm baju zirah itu seolah menatap lurus padanya.

(Apakah aku benar-benar akan bertarung lagi melawan Reiji? Ini seperti mimpi.)

Seharusnya, ia tidak bertarung.

(Tapi... aku tidak bisa meninggalkannya...)

Kuroki merasakan bahwa ia tidak bisa menolak permintaan Modes. Sebuah perasaan yang terpendam dalam hatinya mulai bangkit, sesuatu yang bahkan Kuroki sendiri tidak sadari.

Dia mengulurkan tangan ke arah baju zirah itu.

Di dalam diri pemuda yang pemalu ini, seekor naga mulai bangkit.



Chapter 4:

The Mysterious Dark Knight Appears

<Ksatria Kegelapan Misterius Muncul>


Pahlawan Reiji dan teman-temannya melanjutkan perjalanan mereka menuju istana Raja Iblis di Nargol.

Di langit, bintang-bintang berkelap-kelip menerangi dataran. Mereka belum merasakan sinar matahari setelah melewati Pegunungan Acheron, batas wilayah Nargol.

Nargol adalah dunia yang terjaga dalam kegelapan abadi, di mana matahari tidak pernah bersinar di langit.

Salah satu teman pahlawan, Chiyuki, saat memandang bintang-bintang menyadari bahwa benda langit di dunia ini berbeda dengan Bumi.

Sebagai pengganti matahari, bulan Orgis yang putih bersinar di langit.

Dewi Matahari Mina dan Dewa Bulan Orgis adalah pencipta para dewa cahaya.

Dan, Raja Iblis Modes yang memerintah tanah ini adalah dewa kegelapan yang tidak mewarisi darah Dewi Matahari.

Oleh karena itu, tanah ini tetap gelap.

"Sedikit lagi, Chiyuki-senpai," kata Rino sambil menari-nari.

Kucir dua Rino berputar mengikuti gerakannya. Sangat ceria.

Menurut Chiyuki, Rino dulunya adalah seorang model di dunia asalnya dan juga bercita-cita menjadi idola yang bisa bernyanyi dan menari.

Mungkin itulah sebabnya dia sangat pandai menari.

(Apakah dia menyadari bahwa dia mulai dipanggil Dewi Tari di dunia ini?)

Chiyuki memikirkan hal itu.

Rino menjadi pusat perhatian setiap kali dia berjalan di kota karena dia selalu menari di mana saja.

Masalahnya adalah dia suka memakai pakaian bergaya rok mini.

Oleh karena itu, dia sering menjadi sasaran tatapan bejat dari banyak pria.

Saat Chiyuki mengungkapkan hal ini, Rino mengatakan bahwa dia sudah terbiasa dan tidak terlalu peduli.

Menjadi model mungkin memerlukan kemampuan untuk terbiasa dengan tatapan seperti itu. Bagi Chiyuki yang serius, itu sangat sulit untuk ditahan.

"Ya, benar, sedikit lagi, Rino-san."

Chiyuki mengangguk pada kata-kata Rino.

Mereka seharusnya hampir tiba di istana tempat Raja Iblis tinggal.

Jika mereka mengalahkan Raja Iblis Modes di sana, mereka seharusnya bisa kembali ke dunia asal mereka.

Dengan begitu, perjalanan panjang ini akan berakhir.

"Ah, akhirnya perjalanan yang sulit ini akan berakhir. Maaf telah melibatkan semua orang."

Reiji, yang berjalan di depan, menoleh dan meminta maaf.

Sebenarnya, mereka datang ke dunia ini karena Reiji dipanggil sebagai pahlawan.

Chiyuki dan teman-temannya hanya terlibat karena itu.

"Ya, tapi cukup menyenangkan."

Chiyuki berkata demikian, dan Reiji tersenyum.

"Benar, cukup menyenangkan."

Chiyuki berpikir bahwa dunia ini mungkin memang menyenangkan bagi Reiji yang dipanggil sebagai pahlawan cahaya.

Bukan hanya Reiji. Semua orang menikmatinya.

Chiyuki dan teman-temannya dipanggil ke dunia ini oleh seorang wanita yang menyebut dirinya dewi bernama Alrena, sekitar setahun yang lalu.

Dewi yang akrab dipanggil Rena meminta mereka untuk mengalahkan Raja Iblis.

Situasinya mirip dengan dalam manga.

Sebenarnya, Chiyuki merasa tidak puas. Apa yang dilakukan Rena adalah penculikan. Itu adalah tindakan yang sangat tidak bisa diterima. Akan menjadi keributan besar di dunia asal mereka.

Namun, dia tidak bisa meminta untuk dikembalikan ke dunia asalnya kepada Rena.

Karena Reiji dengan mudah menerima permintaan Rena untuk mengalahkan Raja Iblis.

Akibatnya, gadis-gadis lain juga terlibat.

Namun, hanya Chiyuki yang tidak puas, sedangkan Reiji, Rino, dan Nao sangat senang karena bisa memasuki dunia yang mirip dengan permainan. Sahoko dan Shirone sedikit bingung, tetapi akhirnya tidak menolak.

Meski begitu, Chiyuki setuju karena dia mendengar bahwa mereka bisa pulang pada hari yang sama dengan saat mereka dipanggil.

Jika demikian, tidak masalah jika mereka tinggal sebentar dan kemudian memutuskan untuk setuju.

Dengan begitu, Chiyuki juga ikut dalam petualangan.

Namun, dia merasa cemas pada awalnya.

Dunia di mana Raja Iblis berada. Chiyuki khawatir itu mungkin berbahaya.

Tetapi kekhawatirannya terbukti tidak berdasar.

Di dunia ini, Chiyuki dan teman-temannya sangat kuat.

Pertama, sejak mereka datang ke dunia ini, kemampuan fisik mereka meningkat drastis, hampir seperti manusia super.

Peningkatan kemampuan fisik ini tampaknya berkaitan langsung dengan kemampuan mereka di dunia asal, menurut Chiyuki.

Dia berpikir demikian karena Reiji dan Nao yang memiliki kemampuan fisik tinggi di dunia asal adalah yang paling kuat di antara mereka.

Bahkan Sahoko, yang memiliki kemampuan fisik terendah di kelompok mereka, bisa melempar beberapa pria dewasa rata-rata di dunia ini.

Dan ada satu hal lagi, sihir.

Menurut informasi yang Chiyuki temukan, sihir hanya bisa digunakan oleh segelintir orang di dunia ini.

Namun, Chiyuki dan teman-temannya semua bisa menggunakan sihir. Bahkan, mereka bisa menggunakan sihir tingkat tertinggi yang tidak bisa ditandingi oleh manusia dunia ini.

Menurut Rena, Chiyuki dan teman-temannya memiliki kekuatan sihir yang setara dengan ras dewa terkuat di dunia ini.

Mengapa demikian, Chiyuki tidak tahu karena tidak ada sihir di dunia asalnya.

Ada juga hal-hal yang tidak dipahami tentang sihir ini.

Tidak semua orang bisa menggunakan sihir yang sama.

Chiyuki tidak bisa menggunakan sihir berbasis roh seperti Rino, dan tidak mahir dalam sihir penyembuhan seperti Sahoko. Sebaliknya, Rino dan Sahoko tidak bisa menggunakan sihir teleportasi seperti yang bisa dilakukan Chiyuki.

Itu juga merupakan misteri bagi Chiyuki.

Menurut Nao, yang berpengetahuan tentang game, Rino adalah pengguna sihir roh (Spirit Wizard/Spirit Bender), Sahoko adalah pengguna sihir penyembuhan (Healing Wizard/Priestess), dan Chiyuki adalah pengguna sihir berbasis kekuatan mana (Magic Wizard/Mage).

Alasan pastinya tidak diketahui, tetapi Chiyuki dan teman-temannya, yang bisa memanfaatkan kemampuan ini, menjadi entitas terkuat di dunia ini.

Terutama, kemampuan bertarung Reiji, yang dikenal sebagai pahlawan cahaya, sangat luar biasa. Bahkan jika lima orang termasuk Chiyuki bergabung, mereka tidak bisa mengalahkan Reiji. Menurut Rena, kekuatan tempur Reiji setara dengan Raja Dewa Cahaya Odis.

Dunia ini adalah Tempat yang berbahaya jika hanya ada mereka para gadis, tetapi dengan adanya Reiji, mereka bisa mengatasi semuanya dengan mudah.

Akhirnya, petualangan menjadi menyenangkan, dan mereka telah menghabiskan satu tahun di dunia ini.

Perjalanan itu juga akan segera berakhir.

Sekarang, Chiyuki berpikir bahwa mungkin seharusnya mereka meminta lebih banyak.

Meskipun kembali ke dunia asal adalah hal yang pasti, mungkin mereka juga bisa meminta hadiah.

Karena Reiji segera menerima tawaran tersebut, mereka tidak bisa menjamin hadiah apapun. Namun, apakah masih mungkin untuk meminta hadiah kemudian?

Saat Chiyuki berpikir tentang hal itu, dia menggelengkan kepala.

Karena Reiji mungkin akan menolak.

Chiyuki berharap dia akan menunjukkan kebaikannya juga kepada sesama jenis, tetapi tampaknya dia tidak berniat demikian.

Menurut Reiji, pria harus menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Namun, di mata Chiyuki, tampaknya Reiji hanya membantu gadis-gadis imut.

Meskipun mungkin itu hanya perasaannya saja.

"Aku sudah kembali dari memeriksa keadaan istana Raja Iblis~"

Nao, yang telah pergi untuk melakukan pengintaian, kembali.

Nao adalah ace dari klub atletik di sekolah yang sama dengan Chiyuki, dan memiliki kemampuan fisik setara dengan Reiji.

Dia dikenal sebagai "anak liar" di sekolah, tetapi Chiyuki tahu bahwa dia adalah gadis yang cukup imut setelah mengenalnya lebih dekat.

Nao menganggap dirinya sebagai ranger atau thief dalam permainan, dan melakukan pengintaian seperti ini adalah tugasnya.

"Nao-san. Bagaimana keadaannya?"

"Hmm, tidak ada jebakan dan tidak ada tentara yang menguatkan pertahanan. Sepertinya aman untuk terus maju."

"Aneh, meskipun ini adalah markas terakhir?"

"Apakah mereka ketakutan dan bersembunyi dari kita?" kata Rino dengan optimis,

"Mungkin sudah tidak ada lagi tentara yang bisa melindungi? Lihat, kemarin kita mengalahkan pasukan ksatria gelap, kan? Mungkin itu adalah yang terakhir..."

Shirone, yang tampaknya kurang yakin, menjawab.

Shirone berasal dari keluarga yang memiliki dojo kendo, dan dia sendiri juga berlatih kendo. Di dunia ini, dia adalah salah satu pendekar terkuat, dan dalam pertarungan tanpa sihir, dia adalah yang terkuat setelah Reiji.

Chiyuki pernah melihat Shirone bertempur secara langsung, dan ekor kuda Shirone bergerak dengan sangat dinamis seolah-olah dia sedang menari.

Shirone mengenakan baju zirah ringan untuk kemudahan bergerak. Reiji pernah merekomendasikan baju zirah bikini, tetapi dia tampaknya menolaknya.

Pasukan ksatria gelap yang dibicarakan Shirone adalah lawan yang mereka hadapi empat hari yang lalu. Pada saat itu, Reiji bertindak sendiri, jadi Chiyuki dan teman-temannya kesulitan bertempur tanpa kehadiran Reiji. Terutama, pemimpin pasukan yang mengaku sebagai Runfeld adalah musuh yang kuat, sebanding dengan Shirone dalam hal kemampuan pedang, dan dia juga memiliki ketahanan sihir yang kuat.

Namun, setelah Reiji datang dan menyadari bahaya, keadaan berubah. Runfeld melarikan diri nyaris dengan nyawanya.

Dengan usaha Reiji, pasukan ksatria gelap yang tersisa hancur hampir sepenuhnya, dan hanya tersisa sisa-sisa kecil dari mereka.

"Saya juga berpikir tidak ada apa-apa adalah yang terbaik..." kata Sahoko.

Sahoko adalah orang yang paling tidak suka dengan konflik di antara teman-temannya. Dengan keterampilan penyembuhan yang sangat baik, Sahoko sering menyembuhkan orang yang sakit atau terluka jika dia ada waktu. Karena itu, Chiyuki tahu bahwa Sahoko dijuluki banyak orang sebagai seorang Saint.

"Memang benar, lebih baik tidak ada perlawanan. Jika musuh yang datang lemah, hanya akan merepotkan saja," kata Chiyuki setuju dengan Sahoko.

"Ya, kita hanya perlu pergi dan melihat. Ayo semuanya!!"

““Oo!!””

Dengan seruan Reiji, Rino dan Nao menyetujui. Dengan demikian, Chiyuki dan teman-temannya melanjutkan langkah mereka menuju istana tempat tinggal Raja Iblis.

Beberapa menit kemudian, sebuah bangunan raksasa muncul di depan mereka.

"Apa itu? Sangat besar," kata Rino dengan mata membelalak.

Chiyuki juga berpikir bahwa itu memang sangat besar. Bangunan hitam yang mengapung di atas danau besar itu memantulkan bintang-bintang, seolah-olah malam turun begitu saja.

Ketika mereka melanjutkan, mereka sampai di jembatan besar yang mengarah ke gerbang utama raksasa. Jembatannya sangat besar, tampaknya bahkan raksasa pun bisa melaluinya. Namun, tidak ada penjaga di depan jembatan besar itu.

"Sepertinya tidak ada orang di sini? Apakah mereka berniat bertahan di dalam? Lagipula, suasananya sangat tenang. Tampaknya tidak ada orang di atas tembok kastil juga. Apa maksudnya ini?" Chiyuki bertanya-tanya.

"Tunggu, Chiyuki-san! Ada seseorang di sana!" kata Nao, yang memiliki penglihatan tajam, sambil menunjuk.

Ketika diperhatikan, di tempat yang ditunjuk Nao, berdiri seseorang mengenakan baju zirah hitam dan jubah hitam.

"Dark Knight...?" Chiyuki bergumam. Penampilannya mirip dengan ksatria gelap yang mereka hadapi sebelumnya.

"Dia tertutup helm sehingga wajahnya tidak terlihat, tetapi sepertinya bukan Runfeld," kata Reiji, dan Chiyuki mengangguk. Baju zirah ksatria gelap semuanya berbeda bentuknya. Baju zirah ksatria gelap di depan mereka bukan milik Runfeld. Dan lebih menakutkan dibandingkan baju zirah ksatria gelap yang pernah mereka lihat sebelumnya.

"Namun, dia tampak lebih kuat daripada Runfeld... Rasanya sangat menakutkan. Suasana di sini terasa sangat tegang," kata Shirone sambil menatap ksatria gelap itu.

Ksatria gelap itu berdiri diam di depan mereka, dan karena helmnya, ekspresinya tidak terlihat. Di bagian mata helmnya, tampak ada permata merah yang bersinar. Cahaya merah dari permata itu menangkap perhatian Chiyuki dan teman-temannya.

"Tidak perlu takut, Shirone. Kita kuat. Lagipula, hanya ada satu ksatria gelap di sini," kata Reiji. Seperti yang dikatakan Reiji, hanya ada satu ksatria gelap dan tidak ada orang lain di sekitar mereka. Meskipun ksatria gelap di depan mereka sangat kuat, dia tidak akan bisa mengalahkan Reiji, pahlawan cahaya.

Chiyuki merasa tenang dengan pemikiran itu.

"Benar. Tapi, mengapa hanya satu?" Semua orang, termasuk Chiyuki, merasa heran.

(Apa yang dipikirkan Raja Iblis?)

Saat Chiyuki berpikir demikian, ksatria gelap mengarahkan pedangnya.

"Pahlawan Reiji! Aku menantangmu untuk duel satu lawan satu!"



"Pahlawan Reiji! Aku menantangmu untuk duel satu lawan satu!"

Kuroki, yang mengenakan baju zirah ksatria gelap, berdiri di depan Reiji dan teman-temannya. Kuroki memegang sebuah pedang.

Pedang itu adalah Black-blooded magic sword (pedang sihir hitam darah). Itulah nama pedang itu.

Pedang ini juga, sama seperti baju zirah, diberikan oleh Modes. Pedang ini adalah pedang besar yang digunakan dengan dua tangan, dengan bilah hitam yang dihiasi dengan pola merah. Pola merah itu tampak bergerak seolah-olah hidup.

(Sungguh pedang yang aneh. Mengubah ukuran sesuai pemiliknya...)

Awalnya, saat pedang itu diberikan kepada Kuroki, ukurannya hampir mencapai tiga meter. Namun, ketika dipegang oleh Kuroki, ukurannya berubah dan akhirnya menjadi sedikit lebih dari satu meter.

(Tentu saja berbeda dari shinai.)

Kuroki pernah memegang katana sebelumnya, dan pedang ini mirip dengannya.

Reiji, yang mengarahkan pedangnya, tersenyum ganas. Melihat itu, Kuroki merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya.

(Sangat menakutkan! Apa yang harus aku lakukan? Aku mungkin akan kalah dengan memalukan lagi.)

Meskipun Kuroki tidak bisa melihat wajahnya di cermin, dia yakin wajahnya pasti tampak memalukan. Kuroki bersyukur karena helmnya menutupi wajahnya. Helm yang diberikan Modes sebagai bagian dari pelindung ksatria gelap menutupi seluruh kepala, jadi wajahnya tidak terlihat.

Dengan begitu, Shirone seharusnya tidak bisa mengenali Kuroki. Selain itu, Kuroki juga menggunakan sihir untuk mengubah suaranya. Jadi, suara Kuroki tidak akan dikenali.

Dia melakukan hal bodoh. Dia tidak ingin Shirone mengetahui hal itu.

Dari balik helm, Kuroki mengamati para pahlawan. Semua pengikut Reiji adalah gadis-gadis cantik.

Shirone berdiri di samping Reiji. Kuroki sebenarnya tidak ingin melihatnya berdiri di samping Pria itu.

Kuroki kemudian melihat Reiji. Reiji mengenakan baju zirah putih bersih dengan pola emas dan mantel mahal di punggungnya. Penampilannya benar-benar cocok dengan pahlawan cahaya yang dipanggil oleh dewi.

Sejujurnya, Kuroki merasa Reiji terlihat keren. Di sisi lain, Kuroki adalah tangan kanan Raja Iblis, dan dia sendiri tanpa teman. Hanya sendirian.

(Apa ini perbedaannya? Sejujurnya, rasanya ingin menangis.)

Kuroki diam-diam meneteskan air mata di balik helmnya.

"Semua mundur. Aku sendirian sudah cukup."

Reiji memerintahkan gadis-gadis temannya untuk mundur ke belakang. Kuroki merasa lega melihat itu. Dia tidak ingin bertempur melawan gadis-gadis.

Reiji juga mengeluarkan pedangnya, pedang panjang yang dapat digunakan dengan kedua tangan. Pedang itu bersinar terang.

Kuroki berpikir bahwa pedang Reiji juga merupakan pedang sihir.

Ketika berhadapan, Kuroki merasakan tekanan.

(Mengapa aku tidak menolak? Ini adalah pertarungan hidup dan mati! Aku belum siap mati! Bodoh! Aku sangat bodoh! Bahkan sekarang, buang pedang ini dan tundukkan kepalamu pada lawan! Atau mungkin lebih baik melarikan diri!)

Kini, Kuroki merasa menyesal dan hatinya hampir hancur oleh ketakutan. Namun, meskipun pikirannya demikian, tubuhnya entah kenapa tetap memposisikan pedangnya.

Kuroki sendiri tidak tahu mengapa dia melakukan itu.

"Satu pukulan untuk menyelesaikannya."

Reiji tersenyum cerah. Senyumnya menunjukkan keyakinan bahwa dia pasti tidak akan kalah.

Ini adalah kali kedua Kuroki bertarung melawan Reiji. Kuroki ingat bahwa Reiji juga tersenyum seperti ini pada pertarungan sebelumnya.

Beberapa detik berlalu saat mereka saling berhadapan. Waktu yang sangat singkat itu terasa sangat lama bagi Kuroki.

"Kalau kamu tidak datang, aku yang akan maju!"

Reiji yang pertama kali bergerak. Dia melompat ke depan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat daripada Runfeld. Namun, bagi Kuroki, kecepatan itu tampaknya tidak berubah dari sebelumnya.

Reiji tiba-tiba menghilang di depan Kuroki.

(Apakah dia datang dari sebelah kanan?)

Kuroki cepat-cepat memutar tubuhnya dan mengayunkan pedangnya ke kanan.

Kling!

Gelombang kejut terasa di bilah pedangnya. Segera, Kuroki menggunakan langkah kaki samping, rotasi pinggang, dan putaran pergelangan tangan untuk memblokir serangan Reiji dengan pedangnya.

Reiji tampaknya hampir kehilangan keseimbangan.

"Ah!"

Biasanya, seseorang akan kehilangan keseimbangan pada titik itu. Namun, Reiji tidak disebut pahlawan dengan sia-sia. Dia berputar secara vertikal tanpa melawan kekuatan dan berdiri kembali, mengatur posisinya.


(Sungguh gerakan seperti monyet! Apa jenis keterampilan motorik yang dimilikinya?)

Kuroki terkesima oleh keterampilan motorik lawannya.

Reiji mengatur posisinya dan langsung menyerang dari depan. Kuroki tidak hanya menerima serangan itu, tetapi juga bergerak ke samping dengan langkah kaki samping untuk menjaga keseimbangan, lalu memutar pedangnya untuk menangkis.

Gerakan seperti meluncur di tanah ini adalah sesuatu yang baru saja dia kuasai setelah latihan panjang.

Reiji hampir kehilangan posisinya, tetapi berputar ke samping dan memperbaiki posturnya. Dia kemudian kembali mempersiapkan pedangnya.

"Keparat! Jangan menghindar! Kalau begitu, bagaimana dengan ini!"

Ketika seluruh tubuh Reiji bersinar terang, gerakannya menjadi semakin cepat.

Reiji dengan cepat mengayunkan pedangnya, dan beberapa bilah cahaya menyerang Kuroki.

(Oh, Apa? Apa itu!?)

Kuroki mengayunkan pedang sihirnya, memutar tubuhnya, dan berhasil menghindari bilah cahaya dengan susah payah.

"Menghindar terus-menerus! Hanya bertahan saja kau?!"

Reiji merasa frustrasi.

Namun, itu tidak bisa dihindari; Kuroki tidak memiliki kesempatan untuk membalas. Reiji terus menyerang tanpa henti. Kuroki hanya bisa bertahan.

Namun, Kuroki menyadari bahwa serangan Reiji semakin sembarangan.

Suara benturan pedang bergema keras.

Di bawah Langit berbintang Nargol, kegelapan dan cahaya saling berpotongan.

"Terima ini!"

Dengan suara yang terdengar sedikit panik, Reiji melancarkan serangan.

Serangan itu sangat sembarangan.

Kuroki berhasil menghindari serangan tersebut dengan sangat tipis, menjaga keseimbangan tubuhnya sambil menggeser kaki dan memutar tubuhnya untuk mengayunkan pedangnya dari kiri bawah ke kanan atas.

Kuroki merasakan sensasi memotong sesuatu di tangannya.

Rasanya seolah waktu berhenti.

Pedang yang diayunkan Kuroki memotong tubuh Reiji dari pinggul kanan ke atas secara diagonal.

Meskipun tidak bisa memotong tubuhnya menjadi dua, tapi pasti mengalami luka berat.

Darah memancar dari luka.

"Eh…"

Reiji memandang dadanya dengan wajah tidak percaya.

Kemudian, ia perlahan-lahan jatuh telentang.

"Bohong! Reiji kalah?!"

"Rei-kun!"

"Reiji-senpai!"

"Reiji-san!"

"Reiji-kun!"

Lima jeritan terdengar.

Teman-teman Reiji mulai bergerak.

Kuroki merasakan aura kematian dan segera mundur.

Saat itu juga, sebuah bola api menghantam tempat di mana Kuroki berdiri sebelumnya.

Tanpa disadari, seorang raksasa api besar berdiri di depan Kuroki.

Di sampingnya, berdiri seorang gadis.

"Raksasa berani dari negara api! Lewati jembatan pelangi dan bantu Rino! Pergi! Raja Api!"

Ketika gadis itu berteriak, raksasa api mulai menyerang.

Merasa bahaya, Kuroki mengulurkan tangan kiri yang tidak memegang pedang ke depan.

"Dark Flame!"

Api hitam keluar dari tangan Kuroki dan melindunginya dari serangan raksasa api.

Ini adalah sihir yang baru dipelajarinya sebelum pertarungan ini.

"Rei-kun! Angin penyembuh! Sembuhkan luka orang itu!"

Yoshino Sahoko berlari ke sisi Reiji yang terjatuh.

"Teman-teman! Kumpulkan diri di sisi Reiji!"

Dengan suara panik Suiouji Chiyuki, para gadis berkumpul di sisi Reiji.

"Teleport!"

Dengan teriakan itu, cahaya terang menyembur.

Ketika cahaya menghilang, raksasa api telah menghilang dan tidak ada lagi orang di sana.

"Aku menang..."

Kuroki bergumam, dan tubuhnya bergetar.

Setelah itu, Kuroki pun berlutut di tanah.

Lalu, dia langsung memuntahkan isi perutnya di dalam helm.



Chapter 5:

The Goddess of Victory and Wisdom, Rena, and the God of Blacksmithing, Heibos

<Dewi Kemenangan dan Kebijaksanaan, Rena, serta Dewa Pandai Besi, Heibos>


Di gunung tertinggi di dunia, Gunung Elios, terdapat istana langit tempat para dewa tinggal.

Di bagian terbawah dari istana langit yang bercahaya itu adalah tempat tinggal Heibos.

Heibos berpikir bahwa tempat ini cocok untuk dirinya, yang merupakan pengecualian di antara dewa-dewa cahaya yang semuanya berparas rupawan.

Di tempat yang agak gelap ini, jarang ada dewa cahaya lain yang mendekat.

Namun, hari ini berbeda.

“Kau adalah Dewa Pandai Besi, Heibos, bukan!?”

Suara penuh amarah bergema di dalam ruangan.

Heibos dikenal sebagai dewa pandai besi dan harta karun di kalangan manusia, dan semua Dwarf (kurcaci) memanggilnya "Ayah".

Ruangan ini juga adalah tempat kerja Heibos.

Di sini, Heibos menerima tamu yang jarang datang.

“Ada apa, Dewi Kemenangan dan Kebijaksanaan, Alrena? Sungguh tidak terduga. Biasanya kau hanya mengirim utusan, tapi kali ini kau sendiri yang datang ke tempat ini.”

Saat Heibos menoleh, di sana berdiri Rena.

Dewi Kemenangan dan Kebijaksanaan, Alrena, lebih dikenal dengan sebutan Rena, adalah dewa cahaya sama seperti Heibos.

Rena memandang Heibos dengan wajah penuh amarah.

Sebagai salah satu dari Tiga Dewi Kecantikan, bahkan saat marah, Rena tetap terlihat cantik.

Sudah lama sejak Heibos terakhir kali bertatap muka dengan Rena.

Biasanya, ketika Rena memerlukan sesuatu darinya, ia akan mengirim seorang utusan.

Terakhir kali seorang utusan datang, permintaannya adalah agar Heibos membuat alat untuk mendukung ritual pemanggilan pahlawan dari dunia lain.

Bahkan saat Heibos membuat alat itu, Rena tidak datang ke tempatnya.

Namun, hari ini Rena datang sendiri. Bagi Heibos, hal itu sangat tidak biasa.

“Malah bertanya ‘ada apa’!”

Rena mengangkat suaranya dengan marah.

“Kau, Heibos! Kau yang memberitahukan tentang pahlawan dan ritual pemanggilan kepada Raja Iblis Modes, bukan!?”

Rena terus menekannya.

Modes adalah dewa kegelapan, tetapi ia juga satu-satunya teman sejati Heibos. Tidak ada alasan untuk tidak memberitahunya apa yang ia ketahui.

“Ya, aku memberitahunya, Rena. Dia bertanya, jadi aku menjawab.”

Saat Heibos membuat alat pendukung ritual pemanggilan, dia belajar semua hal tentang ritual tersebut.

Modes, yang terdesak oleh pahlawan, mengirimkan utusan kepada Heibos.

Saat itulah Heibos memberi tahu segala hal tentang pahlawan dan ritual pemanggilan.

“Modes adalah dewa kegelapan! Dan kau adalah dewa cahaya! Kenapa kau melakukan sesuatu yang merugikan diriku!? Dewa kegelapan seharusnya tunduk pada kita! Jika tidak, mereka adalah musuh!”

Rena berkata demikian sambil menatap tajam ke arah Heibos.

Dewa-dewa cahaya adalah para dewa yang merupakan keturunan dari Dewi Matahari, Mina.

Jika dilihat dari garis keturunan, Heibos juga merupakan dewa cahaya.

“Jadi, dewa kegelapan yang tidak patuh dianggap musuh... Begitukah akhirnya?”

Heibos merasa sedih mendengar hal itu.

Saat ini, dunia surga berada di bawah kekuasaan dewa-dewa cahaya.

Setelah berhasil mengusir Modes, sekelompok dewa cahaya merasa di atas aangin. Meski pada awalnya mereka menggunakan cara yang sah, tapi lama-lama, mereka memakai kekuatan juga, mereka mengusir satu per satu dewa kegelapan dari Negeri Langit Elios. Rena termasuk dalam kelompok itu.

Dibandingkan dengan dewa-dewa cahaya, dewa-dewa kegelapan kurang memiliki persatuan.

Meskipun memiliki perbedaan pendapat, dewa-dewa cahaya tetap bersatu. Sebaliknya, dewa-dewa kegelapan terpecah, bahkan ada yang saling bermusuhan di antara sesama dewa kegelapan.

Karena itu, dewa-dewa kegelapan harus menghadapi dewa-dewa cahaya secara terpisah, yang akhirnya menyebabkan banyak dari mereka diusir.

Heibos tidak menghentikan hal tersebut.

Dia tergoda oleh bujukan manis dewi cahaya dan berpikir bahwa dewa-dewa kegelapan yang tidak membela Modes pantas untuk diusir.

Sekarang, dewa-dewa kegelapan yang tersisa di Elios berada di bawah kekuasaan dewa-dewa cahaya.

“Maaf, Rena. Apa pun yang kau katakan, Modes adalah teman Heibos ini. Aku tidak berniat memutuskan hubungan dengannya.”

“Kau berniat melawanku, Heibos!?”

Suara Rena terdengar penuh amarah.

“Lalu, apa yang akan kau lakukan, Rena? Apakah kau akan membunuh Heibos ini?”

Saat Heibos mengatakan itu, Rena terdiam.

Kekuatan bertarung Rena lebih besar, dan jika dia mau, Heibos mungkin bisa dibunuh.

Namun, Heibos tidak merasa takut.

“Aku tidak bisa membunuhmu... Kekuatannmu diperlukan di Elios.”

Rena berkata dengan nada penuh penyesalan.

Heibos adalah salah satu teknisi paling berbakat di antara para dewa.

Jika Heibos hilang, itu akan menjadi kerugian besar bagi dewa-dewa cahaya.

Karena itu, Rena tidak bisa berbuat apa-apa.

“Tapi, Rena. Bukankah ada alasan lain mengapa kau begitu memusuhi Modes?”

Sebenarnya, Heibos tahu alasan mengapa Rena memusuhi Modes.

Alasannya adalah karena adanya Mona. Namun, hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan.

(Tapi, bagaimana Rena tahu bahwa Mona adalah duplikat dirinya? Modes seharusnya tidak pernah mengungkapkan hal itu. Bagaimana dia tahu tentang pemanggilan yang dilakukan oleh Modes? Apakah ada orang dari pihak Modes yang bersekongkol dengan Rena?)

Heibos mengetahui semuanya karena hubungannya dengan Modes. Namun, dia tidak tahu bagaimana Rena bisa mengetahuinya.

“Apa maksudmu, Heibos? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”

Rena berpura-pura tidak tahu.

“Kau berpura-pura tidak tahu, ya. Baiklah, bagi Heibos ini, tidak masalah. Apakah pembicaraan kita selesai?”

“Ya, pembicaraan kita selesai. Hari ini aku akan pergi. Tapi, Heibos, sekali lagi aku peringatkan. Jika kau tetap membantu Modes, aku akan mengambil tindakan. Ini adalah peringatan.”

Rena berkata demikian sambil bersiap pergi.

“Rena, bolehkah aku bertanya satu hal?”

Heibos menghentikan Rena yang hendak pergi.

“Apa itu, Heibos?”

“Para pahlawan memiliki kekuatan besar. Setelah mereka mengalahkan Modes, apa yang akan kau lakukan pada mereka?”

Heibos tidak pernah bertemu langsung dengan para pahlawan, tetapi dia telah mendengar bahwa mereka memiliki kekuatan yang setara dengan para dewa, yang jika dibiarkan begitu saja, akan berbahaya.

Apakah mereka akan diterima sebagai dewa di Elios?

Namun, untuk itu, persetujuan dewa-dewa lain diperlukan, dan itu tidak akan mudah.

“Mereka berasal dari dunia lain, jadi tentu saja mereka akan dikembalikan ke dunia asal mereka setelah semuanya selesai.”

Heibos mengernyitkan dahi.

Menurut pengetahuan Heibos, ritual pemanggilan itu bisa membawa mereka ke dunia ini dan juga mengirim mereka keluar dari dunia ini, tetapi mengembalikan mereka ke dunia asal seharusnya sangat sulit.

Kemungkinan besar mereka akan berakhir di dunia yang berbeda. Bahkan, ada risiko mereka bisa terjebak di antara dunia dan berkeliaran selamanya.

Itu tidak bisa disebut sebagai "pulang". Setidaknya, itulah yang dipikirkan Heibos.

“Mereka berasal dari luar dunia ini, jadi setelah semuanya selesai, mereka akan dipulangkan dari dunia ini.”

“Apakah kau sudah memberi tahu para pahlawan tentang hal itu?”

“Tentu saja, Heibos. Aku telah memberi tahu mereka bahwa mereka bisa kembali ke dunia asal mereka dan kembali ke waktu yang sama.”

Heibos mendengar kata-kata itu dan tersenyum kecut.

Memang, mungkin saja mereka bisa kembali ke dunia asal mereka dan ke waktu yang sama.

Namun, itu hanya kemungkinan, terutama karena sepertinya belum pernah dicoba.

Lagi pula, bagaimana cara mencobanya? Tidak mungkin untuk melakukan eksperimen semacam itu.

Heibos merasa ragu, tetapi tidak mengungkapkannya.

"Jika tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, aku akan pergi, Heibos."

Rena keluar.

"Hmph, para pahlawan hanyalah alat sekali pakai. Modes mungkin buruk rupa, tetapi dia tidak sekejam kalian."

Heibos bergumam sambil menatap pintu yang baru saja dilewati Rena.

Heibos tahu bahwa Rena sangat terlibat dalam rencana untuk mengusir Modes.

Meskipun cabul, Modes adalah orang yang baik hati. Jauh lebih baik daripada sesama dewa yang tidak disukainya.

Heibos berjalan ke meja kerjanya dan membaca surat yang ada di atasnya.

Itu adalah surat ucapan terima kasih dari Modes.

Dalam surat itu, tertulis bahwa Modes berhasil mengusir para pahlawan berkat bantuan dari alat yang dibuat Heibos, dan ada ucapan terima kasih atas hal itu.

"Orang yang sopan."

Heibos tak bisa menahan senyum.

Heibos telah membuat banyak barang untuk banyak orang, tetapi hanya Modes yang mengirim surat terima kasih.

"Aku berharap para pahlawan juga bisa berterima kasih. Apa yang akan terjadi jika mereka berhasil mengalahkan Modes?"

Heibos berpikir bahwa Rena pasti akan menyingkirkan para pahlawan jika mereka tidak lagi berguna.

Namun, Raja Iblis Modes masih hidup.

Selama para pahlawan masih berguna, Rena tidak akan menyingkirkan mereka.

Dan Heibos tahu bahwa tidak akan ada lagi pemanggilan pahlawan baru.

Karena setelah melihat kekuatan para pahlawan, para dewa cahaya memutuskan untuk melarang penggunaan ilmu pemanggilan.

Jika lebih banyak orang kuat dipanggil, mereka bisa menjadi musuh para dewa cahaya.

Oleh karena itu, Rena seharusnya tidak dapat lagi menggunakan ilmu pemanggilan.

Selain itu, ritual pemanggilan itu tidak mudah dilakukan. Diperlukan berbagai media langka.

Heibos tahu bahwa baik Rena maupun Modes telah berusaha keras mengumpulkan bahan-bahan itu.

Karena itu, keduanya tidak akan bisa melakukan pemanggilan berkali-kali.

Dengan demikian, kemungkinan besar tidak akan ada lagi makhluk dari dunia lain yang datang ke dunia ini.

Heibos memikirkan orang yang dipanggil oleh Modes.

Kuroki.

Itulah nama orang yang dipanggil oleh Raja Iblis Modes.

"Setelah semua ini, Apa yang akan terjadi selanjutnya?"

Di dalam bengkel yang gelap, Heibos memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan.


Ilustration | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Join the conversation