Translator : Ariel
Proffreader : Ariel
Volume 2:
Horn of the Holy Dragon King
~Tanduk Raja Naga Suci~
Chapter 1 :Under the Nargol Sky
<Di Bawah Langit Nargol>
Di atas langit yang gelap, Runfled melaju di udara menaiki tunggangannya, seekor naga petir.
Di belakangnya, para kesatria kegelapan yang merupakan bawahannya terbang di udara menunggangi wyvern. Membentuk formasi.
“Sangat sepi. Belakangan ini suasana menjadi lebih tenang, ya, Tuan Runfeld,” ujar seorang kesatria kegelapan tepat di belakang Runfeld dengan suara santai. Melihat langit Nargol yang luas dan lebih damai dari sebelumnya.
“Jangan lengah. Ada kemungkinan informasi tentang hancurnya para kesatria suci itu salah. Kita akan terus berpatroli,” jawab Runfeld sambil menerbangkan naganya di atas pegunungan yang menjadi perbatasan Nargol.
Mereka tengah melakukan patroli disana.
Setelah beberapa lama terbang dalam formasi, Runfeld menoleh ke belakang. Dia melihat beberapa kesatria bawahannya mulai tertinggal formasi barisan. Melihat pemandangan itu, hati Runfeld menjadi gelap.
“Sepertinya, membangun kembali kekuatan kita akan sulit...”
Runfeld bergumam, meski tidak ditujukan pada siapa pun. Dalam pertempuran dengan Reiji sang Pahlawan, separuh pasukan kesatria kegelapan tewas, dan mereka yang selamat juga terluka parah.
Memang, hanya sedikit dari kalangan iblis yang memiliki kemampuan untuk menjadi kesatria kegelapan, dan di antara mereka, lebih sedikit lagi yang mampu menunggangi wyvern. Para kesatria berpengalaman sebagian besar telah dikalahkan oleh sang pahlawan. Saat ini, yang tersisa hanyalah mereka yang masih bisa menunggangi wyvern, meskipun itu tidak banyak membantu.
Kini, jumlah kesatria kegelapan yang masih mampu bergerak tidak mencapai 20 orang.
Tugas yang dibebankan pada Runfeld sebagai pemimpin kesatria kegelapan adalah segera membangun kembali pasukan tersebut.
Belakangan ini, pelanggaran wilayah udara oleh para kesatria suci dari Elios semakin sering terjadi.
Memikirkan hal itu membuat kepala Runfeld hampir meledak karena marah.
Menurut mereka, semua langit di dunia ini adalah milik para dewa dari Elios, sehingga meskipun langit diatas wilayah Nargol, mereka menganggap kita melanggar wilayah udara mereka hanya dengan terbang di langit ini.
Tentu saja, Runfeld tidak berniat menerima klaim seperti itu.
Sebelum sang pahlawan datang, para kesatria suci itu kadang-kadang mendekati batas wilayah udara Nargol, namun tidak pernah sampai masuk.
Namun, setelah kekuatan Nargol berkurang, mereka mulai masuk hampir setiap hari.
Mereka menginjak-injak langit Nargol seakan-akan mengejek kami.
Runfeld sempat memperingatkan mereka agar meninggalkan wilayah udara, tapi mereka tidak mendengarkan, dan karena kekuatan kami kurang, kami hanya bisa diam melihat mereka.
Namun, pelanggaran wilayah udara mereka berhenti dua hari lalu.
Saat mengetahui alasannya, di satu sisi Runfeld merasa puas, namun di sisi lain, dia tidak bisa menahan rasa takut terhadap sosok yang menyebabkan hal itu. (TL Note: Kalian tahu lah siapa :v)
“Baiklah, kita kembali ke benteng!!!”
Di bawah komandonya, para wyvern terbang melingkar di udara.
Mereka terbang di atas pegunungan Acheron, yang merupakan perbatasan Nargol.
Saat mereka terus melaju, sebuah benteng mulai terlihat di antara puncak-puncak gunung.
Benteng ini adalah pertahanan utama untuk melindungi Nargol dari Elios.
Runfeld dan yang lainnya mendarat di alun-alun pusat benteng.
“Selamat datang kembali, Tuan Runfeld,” ujar salah satu bawahan, yang kemudian mengurus naga milik Runfeld. Sementara itu, Runfeld berjalan menuju kediamannya.
“Chichiue!” (Ayahanda!)
“Tou-sama!” (Papa!)
Dua anak berlari keluar dari benteng dan mendekat ke arah Runfeld.
“Refaldo dan Leri! Kenapa kalian ada di sini?” Runfeld memiringkan kepalanya melihat kedua anaknya.
Refaldo adalah anak laki-laki berusia 120 tahun, sedangkan Leri adalah anak perempuan berusia 90 tahun. Keduanya adalah anak-anak Runfeld. Seharusnya mereka tinggal di desa iblis dekat istana raja iblis.
“Iya, Haha-sama menyuruh kami membantu Ayah,” kata Refaldo.
“Benar, Hahaue bilang untuk membantu Ayah agar kelak bisa menjadi kesatria,” tambah Leri.
“Begitu ya...”
Runfeld menghela napas. Memang benar bahwa benteng kekurangan tenaga. Dalam pertempuran sebelumnya, bahkan orang-orang yang seharusnya tidak ikut bertempur terpaksa dipekerjakan. Saat ini, mereka butuh bantuan dari siapa saja, bahkan jika itu seekor kucing sekalipun.
Namun, meski begitu, kedua anaknya masih terlalu muda. Runfeld merasa ragu apakah bijaksana membiarkan mereka tinggal di benteng.
“Chichiue, kumohon. Biarkan kami tetap di benteng ini,” pinta Refaldo.
“Leri juga mohon, Tou-sama,” tambah Leri.
Runfeld ragu. Meski mereka tidak akan diikutsertakan dalam pertempuran, ada banyak pekerjaan kecil di benteng yang mungkin bisa dilakukan oleh anak-anak.
Terutama Refaldo, mungkin sudah saatnya ia mulai dilatih menjadi kesatria.
Saat Runfeld memikirkan hal itu, tiba-tiba wyvern di kandang mulai gelisah dan membuat kegaduhan.
“Ada apa ini?! Apa yang terjadi?”
“Tidak tahu, Tuan! Tiba-tiba wyvern-wyvern itu menjadi liar!!”
Runfeld bertanya kepada bawahannya, namun mereka sibuk menenangkan wyvern yang panik.
“Tuan Runfeld! Ada masalah!!”
Salah satu kesatria di menara pengawas berteriak dengan suara panik.
“Apa yang terjadi?!”
“Naga! Seekor Naga besar mendekat ke arah kita!”
Runfeld menatap langit ke arah yang ditunjukkan oleh ksatria.
Di kejauhan, ada sesuatu yang terbang menyerupai burung.
Meski masih jauh, cara terbangnya berbeda dengan wyvern. Itu jelas seekor naga.
“Apa yang harus kita lakukan, Tuan Runfeld?!”
Runfeld melihat bahwa para ksatria di benteng sedang bersiap dengan busur dan panah mereka, bersiap melawan naga tersebut.
Namun, itu adalah kesalahan besar.
“Jangan ambil senjata! Jangan arahkan ke naga itu!”
“Mengapa, Tuan Runfeld?”
“Tidak usah banyak tanya! Kumpulkan semua orang!”
Mengarahkan senjata ke naga itu adalah tindakan yang keliru.
Runfeld panik.
(Jika naga itu adalah yang aku bayangkan, kita tidak boleh menunjukkan sikap bermusuhan.)
Runfeld segera memberikan perintah, dan semua orang di benteng segera berkumpul.
Naga yang berada di kejauhan mendekati benteng dengan kecepatan luar biasa.
Ketika sudah sampai di dekat benteng, naga itu mengeluarkan raungan yang menggelegar. Semua orang ketakutan dan panik mendengarnya.
“Aaah!!”
“Chichiue!!”
“Tou-sama!!”
Beberapa prajurit terjatuh ketakutan, dan Refaldo serta Leri memeluk kaki Runfeld.
Raungan naga sejati mengandung sihir ketakutan. Mereka yang tidak memiliki daya tahan akan lumpuh karena ketakutan.
Yang mendekat adalah seekor naga besar, Greater Dragon, naga sejati yang jauh lebih tinggi kelasnya dibandingkan wyvern yang ditunggangi ksatria-ksatria benteng ini.
(TL Note: Naga Petir Runfeld tergolong jenis naga kecil yang tidak terlalu jauh berbeda dengan wyvern, berbeda dengan Greater Pure Dragon yang tergolong naga tingkat tinggi, yang mendekati Raja Naga :v)
Naga ini, yang jauh lebih besar daripada wyvern, mendarat dan memenuhi seluruh alun-alun tengah.
Greater Dragon ini dahulu dikenal sebagai naga iblis yang tinggal di Pegunungan Acheron.
Sifatnya sangat garang, dan jika ada yang mendekat dengan ceroboh, mereka akan hangus oleh napas api yang dikeluarkannya.
Namun, itu dulu.
Runfeld menatap punggung naga tersebut, di mana terdapat seorang ksatria kegelapan.
Dark Knight Kuroki.
Dia adalah pahlawan Nargol yang dipanggil dari dunia lain oleh Raja Iblis Modes yang dihormati Runfeld, dan baru-baru ini telah menghancurkan ordo ksatria suci.
Sebagai pemegang gelar The Dark Knight, Kuroki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Runfeld.
Dan kini, Kuroki telah tiba di benteng ini.
“Semua, beri hormat!”
Runfeld memberikan perintah.
Beberapa orang masih terjatuh karena ketakutan, tetapi dia tidak peduli lagi.
Menghadapi Kuroki tanpa merasa takut adalah hal yang tidak wajar.
“Lord Runfeld, tidak perlu seperti itu...”
Kuroki berkata sambil membuka helmnya.
Rambutnya hitam, kulitnya pucat, dan wajahnya terlihat halus.
Secara jujur, dia terlihat seperti pria lembut yang sama sekali tidak terlihat kuat. Dia tampak seperti manusia yang lemah tanpa tanduk.
Namun, tidak boleh tertipu oleh penampilan. Meski terlihat lemah, dia sebenarnya adalah monster.
Runfeld tahu itu lebih baik daripada siapa pun.
Pria ini telah mengalahkan Pahlawan yang sangat menakutkan dan menghancurkan Pasukan Ordo Ksatria Suci. (TL Note: gara-gara patah hati, pasukan Malaikat ku libas :v)
Runfeld melihat baju zirah yang dikenakan Kuroki.
Baju zirah Kuroki adalah baju zirah iblis hitam. Semua ksatria kegelapan mengenakan tiruan dari baju zirah ini.
Karena kekuatan sihirnya yang begitu besar, baju zirah ini tidak dapat dikenakan oleh siapa pun sampai Kuroki muncul, tetapi dia memakainya dengan santai, tenang, & tanpa beban.
Runfeld merasa iri bahwa sesuatu yang bahkan ras iblis tidak bisa lakukan, berhasil dilakukan oleh seorang manusia tanpa tanduk.
Sekarang, Kuroki adalah sosok yang setara dengan Raja Iblis.
“Tidak, Yang Mulia adalah pahlawan, penyelamat kami bangsa iblis!”
Runfeld berkata dengan rasa hormat.
Namun, Kuroki terlihat sedikit tidak nyaman.
Kuroki tidak suka diperlakukan sebagai atasan.
Namun, bagi Runfeld dan yang lainnya, bersikap tidak sopan kepada sosok yang bisa menghancurkan ordo ksatria suci adalah tindakan yang mustahil.
“Yang Mulia, apa yang membawa Anda ke sini hari ini?”
Sejujurnya, Runfeld berharap Kuroki tidak datang, jadi suaranya sedikit keras.
“Maaf telah mengganggu, Lord Runfeld. Saya sedang berlatih menunggangi Glorious dan melihat Anda dari kejauhan... Saya ingin berterima kasih karena telah memperkenalkan naga ini kepada saya. Dan saya juga penasaran melihat seperti apa benteng di perbatasan ini.”
Kuroki menjelaskan dengan sedikit canggung sambil melihat ke arah naganya.
Nama “Glorious” berarti kejayaan dalam dunia asal Kuroki.
(Memang nama yang cocok untuk naga yang ditunggangi oleh Yang Mulia.)
Runfeld tanpa sadar berpikir seperti itu.
Naga yang dinamai Glorious ini hingga kemarin masih ditakuti sebagai naga iblis.
Pria di depannya telah berhasil menjinakkan naga yang sangat menakutkan ini sebagai tunggangannya.
Runfeld mengingat kembali kejadian sebelumnya.
Ketika Kuroki menginginkan wyvern sebagai tunggangannya, Runfeld memperkenalkan naga iblis yang tinggal di Pegunungan Acheron.
Hal itu dilakukan dengan niat buruk.
Bahkan di antara ras iblis, mengendarai wyvern adalah hal yang sulit, apalagi naga sejati yang jauh lebih sulit.
Runfeld berpikir bahwa Kuroki pasti tidak akan bisa menungganginya.
Saat itu, Runfeld dengan nada sinis berkata, “Yang Mulia pasti bisa menjinakkan naga iblis dari Acheron.”
Namun, Kuroki dengan mudah menjinakkan naga tersebut.
Kini, Runfeld merasa malu karena ucapan sinisnya itu.
Dan sekarang, pria yang dia sinisi datang untuk berterima kasih.
Runfeld hampir menangis karena rasa malu.
“Tidak... tidak perlu berterima kasih…”
Runfeld berkata sambil melihat wajah Kuroki.
Entah kenapa, Kuroki menundukkan pandangannya.
Runfeld mengikuti arah pandangan Kuroki dan melihat Refaldo dan Leri yang berada di kakinya.
“Anak-anak?”
Suara Kuroki terdengar penuh pertanyaan.
“Ya, anak-anak ini membantu di benteng…”
Runfeld tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.
Aura kuat tiba-tiba menyebar ke seluruh area benteng. Rasa dingin menyebar ke punggung setiap orang. Kuroki menatap Runfeld dengan tajam.
“Anda membiarkan anak-anak berada di medan pertempuran?”
Nada suara Kuroki yang sebelumnya canggung kini berubah menjadi sangat dingin, membuat Runfeld merasa merinding.
“Maafkan saya, Yang Mulia! Karena pertempuran dengan para pahlawan, kami kekurangan prajurit di benteng ini... Maafkan saya!!”
Runfeld menundukkan kepala, mencoba meminta maaf.
(Ini buruk, aku akan dibunuh.)
Sebagai pemimpin ksatria kegelapan, Runfeld selalu bangga bertempur tanpa rasa takut akan kematian.
Namun, di hadapan hawa dingin yang dipancarkan Kuroki, dia merasa takut dan siap menghadapi kematiannya.
Tetapi, bertentangan dengan perasaan Runfeld, hawa dingin dari Kuroki perlahan menghilang.
“Tidak, maafkan aku. Aku tidak mengerti situasimu, dan mengeluarkan pernyataan yang tidak seharusnya.”
Kuroki berkata dengan nada menyesal.
Merasa ketegangan menurun, Runfeld bisa bernapas lega.
(Pria ini lebih menakutkan daripada naga iblis di belakangnya.)
Runfeld benar-benar berpikir demikian.
“Ngomong-ngomong, Lord Runfeld, siapa anak-anak ini?”
“Dua anak ini adalah putra-putriku, Refaldo dan Leri. Ayo, beri salam kepada Yang Mulia.”
“Sa-saya Refaldo, Yang Mulia!”
“Sa-saya Leri, Yang Mulia!”
Refaldo dan Leri menyapa dengan sedikit terbata-bata.
“Kalian anak-anak yang baik...”
Kuroki tersenyum lembut saat melihat mereka berdua.
Namun, bagi Runfeld, senyum itu tampak seperti wajah pemangsa yang melihat mangsanya, dan dia merasa lega saat Kuroki menjauh dari anak-anaknya.
“Selain itu, semuanya boleh kembali ke pos masing-masing, aku tahu kalian sibuk.”
Mengabaikan kekhawatiran Runfeld, Kuroki mulai berjalan mengelilingi benteng.
“Yang Mulia, izinkan saya untuk memandu Anda.”
“Tidak, tidak perlu. Aku hanya ingin melihat-lihat sebentar, kemudian akan pergi.”
Kuroki menolak tawaran Runfeld dan berjalan sendirian di sekitar benteng.
◆
Setelah selesai melihat-lihat benteng, Kuroki meninggalkan benteng dengan menunggangi Glorious.
“Sepertinya mereka terganggu karena kedatanganku…”
Kuroki bergumam.
“Tidak, bukan begitu, Tuan Kuroki. Mereka sangat beruntung memiliki Anda, Tuan!”
Suara marah Natt terdengar dari dalam baju zirah.
Para penghuni benteng jelas-jelas merasa terganggu dengan kehadiran Kuroki, dan Natt merasa kesal dengan hal itu
Seperti yang dikatakan oleh Natt, Kuroki dipanggil ke Dunia ini untuk membantu mereka. Faktanya, Dia telah mengalahkan Pahlawan dan menyelamatkan mereka dari kehancuran. Meskipun Kuroki dipanggil ke Dunia ini tanpa izin.
Diperlakukan dengan buruk bukanlah hal yang menyenangkan.
Kuroki merasa dia sudah memperlakukan para iblis dengan sopan.
Namun, dia tidak diterima dengan baik dan malah dianggap mengganggu.
Jujur saja, hanya Modes dan Natt yang benar-benar menyambut Kuroki di dunia ini. Jika orang yang memanggilnya bersikap kasar, bahkan Kuroki akan marah.
Mungkin masih ada orang lain yang akan menyambutnya, tapi dia tidak tahu siapa mereka, jadi dia tidak bisa memikirkannya.
Kuroki merasa bahwa ini semua mulai melelahkan.
“Tidak apa-apa, terima kasih, Natt.”
Kuroki berterima kasih kepada Natt yang marah demi dirinya.
“Jadi, kemana kita akan pergi, Glorious?”
Kuroki mengelus leher Glorious.
Saat mengalami hal-hal buruk, cara terbaik untuk mengatasinya adalah menyibukkan diri dengan sesuatu yang lain. Di dunia sebelumnya, Kuroki akan melampiaskannya dengan mengayunkan pedang, tetapi sekarang dia bisa melakukannya dengan terbang bersama naganya.
Nama Glorious, yang berarti kemuliaan, diberikan oleh Kuroki.
(Meskipun kata itu jauh dari deskripsi diriku, nama itu cukup bagus, kan?)
Kuroki tersenyum sinis di atas Glorious.
Kuroki teringat, meskipun dia pernah mendengar bahwa sulit untuk menaklukkan naga, ternyata naga itu dengan mudah tunduk padanya.
(Jadi, kemana kita akan terbang hari ini?)
Kuroki memerintahkan Glorious untuk terbang di atas puncak Pegunungan Acheron.
Terbang dengan naga sendiri jauh lebih menyenangkan daripada menumpang naga orang lain.
Langit Nargol memang tidak indah karena dipenuhi awan yang mengandung sihir, tetapi itu tetap memberikan perasaan yang menyenangkan.
(Tapi, hari ini aku ingin terbang di bawah langit yang berbeda.)
Dengan pikiran itu, Kuroki memutuskan untuk terbang lebih tinggi melintasi puncak Pegunungan Acheron hingga mendekati tanah tempat manusia tinggal.
Menurut Natt, Pegunungan Acheron adalah batas antara Nargol dan dunia manusia.
Namun, batasnya tidak begitu jelas.
Oleh karena itu, batas ini sering kali menjadi sumber konflik antara Ksatria Suci Elios dan pihak Nargol.
Pegunungan Acheron juga merupakan habitat terbesar goblin di dunia ini, dengan banyak kerajaan goblin tersebar di sana.
Saat terbang, Kuroki melihat banyak goblin.
Meskipun kerajaan goblin di pihak Nargol sebagian besar berada di bawah kendali Modes, kerajaan goblin di pihak manusia tidak tunduk pada Modes dan dapat bersikap bermusuhan.
Mereka mungkin tidak akan menyerang naga, tetapi Kuroki memutuskan untuk terbang lebih tinggi sebagai tindakan pencegahan.
Saat itulah dia melihat sesuatu yang tidak masuk akal di lereng gunung.
“Natt! Bukankah itu manusia?”
Kuroki melihat ke arah lereng Pegunungan Acheron dan melihat beberapa orang yang tampaknya manusia.
Orang-orang itu sedang diserang oleh goblin.
“Glorious!”
Tanpa berpikir panjang, Kuroki memerintahkan Glorious untuk turun.
Begitu para goblin melihat naga, mereka berteriak dan melarikan diri.
Kuroki menatap orang-orang itu. Ada sekitar dua puluh orang, kebanyakan wanita dan anak-anak, tanpa laki-laki dewasa di antara mereka.
Wajah mereka semua tampak ketakutan, mungkin karena raungan naga.
“Katakan, Siapa Kalian?”
Dari punggung Glorious, Kuroki memanggil mereka.
Namun, orang-orang itu hanya gemetar ketakutan dan tidak memberikan jawaban.
Kuroki merasa sedikit kesal.
(Apa yang mereka pikirkan? Bukankah sudah jelas bahwa mereka akan diserang jika masuk ke wilayah goblin? Betapa cerobohnya mereka. Atau apakah ini disengaja?)
Kuroki merasa mungkin dia telah melakukan sesuatu yang tidak perlu, sama seperti di benteng sebelumnya.
Namun, karena dia sudah terlibat, dia memutuskan untuk mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
Kuroki turun dari punggung Glorious dan membuka helmnya.
Orang-orang itu mulai bergumam terkejut.
“Manusia...?”
“Dark Knight adalah... manusia?”
Wajah mereka tampak sedikit lebih tenang setelah melihat wajah Kuroki.
“Adakah di antara kalian yang bisa menjelaskan situasinya?”
Orang-orang itu mulai berbisik satu sama lain.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita muda keluar.
Mungkin dia masih remaja akhir. Dia adalah orang yang paling berpakaian baik di antara kelompok itu.
“A-Aku... Aku adalah Putri Regena dari Kerajaan Algoa. Orang-orang ini adalah keluargaku...”
Wanita yang mengaku bernama Regena menjawab dengan gugup.
“Putri? Kenapa seorang putri berada di sini?”
Kuroki tidak mengerti. Bukankah seorang putri seharusnya tinggal di istana kerajaan?
Kenapa dia berada di tempat seperti ini?
Dengan suara pelan, Kuroki bertanya pada Natt, tapi Natt tidak tahu apa-apa tentang Kerajaan Algoa.
Natt hanya tahu tentang kerajaan manusia yang besar, jadi Kuroki menyimpulkan bahwa Kerajaan Algoa mungkin bukan kerajaan yang besar.
“Kami... kami diusir dari kerajaan kami dan datang ke sini...”
Regena menjelaskan dengan takut-takut.
Ternyata Kerajaan Algoa terletak di dekat perbatasan Nargol.
Kerajaan itu memilih rajanya dari beberapa keluarga bangsawan kuat yang tinggal di sana.
Selama beberapa dekade, keluarga Regena yang berkuasa, tetapi hal ini tidak diterima dengan baik oleh keluarga bangsawan lainnya, yang akhirnya memberontak. Keluarga Regena kalah dan diusir dari kerajaan.
“Diusir, ya...”
Bagi Kuroki, lebih tepat disebut dieksekusi.
Pemberontak tampaknya khawatir bahwa keluarga Regena akan memulihkan kekuatannya di tempat lain dan kembali untuk membalas dendam. Itulah sebabnya mereka memaksa Regena dan keluarganya ke arah Nargol, berharap mereka akan menjadi mangsa goblin. Ini adalah bentuk eksekusi yang kejam.
Sambil menangis, Regena melanjutkan ceritanya. Awalnya, mereka berjumlah sekitar seratus orang, tetapi sebagian besar telah dibunuh oleh goblin. Yang tersisa hanyalah orang-orang ini. Para pria dewasa, termasuk ayahnya yang adalah raja dan saudara laki-lakinya yang adalah pangeran, telah menjadi korban pertama saat mencoba melindungi wanita dan anak-anak.
“Tolong... selamatkan kami...”
Regena memohon kepada Kuroki. Dia menjelaskan bahwa Kerajaan Algoa tidak memiliki hubungan baik dengan negara-negara tetangganya, jadi tidak ada negara yang akan menerima keluarga kerajaan seperti mereka. Mereka benar-benar tidak memiliki tempat tujuan.
Kuroki melihat ke langit dan menghela napas.
Ini bukanlah masalah yang bisa diselesaikan dengan mudah.
Meskipun dia bisa membawa mereka ke wilayah manusia, jika mereka dianggap sebagai pengungsi, tidak ada negara yang akan menerima mereka. Jika mereka tidak diterima di dalam tembok kota, mereka akan menjadi mangsa monster lain.
Jika dia membawa mereka ke negara besar yang memiliki permukiman di luar tembok kota, mungkin mereka bisa bertahan, tetapi dia tidak bisa membawa mereka semua sendirian.
“Tolong... aku akan melakukan apa saja...”
Sambil terisak, Regena memohon dengan suara yang nyaris habis. Penderitaan yang mereka alami dalam perjalanan ini pasti sangat berat. Regena rela mengorbankan segala yang dia miliki demi keselamatan keluarganya.
Orang-orang lainnya juga menundukkan kepala mereka kepada Kuroki, memohon belas kasihan.
Kuroki merasa ini menjadi semakin rumit.
(Apa yang harus aku lakukan? Meninggalkan mereka di sini memang akan lebih mudah...)
Jika dia meninggalkan mereka, goblin akan menyelesaikan masalahnya dengan membunuh mereka.
Tidak ada yang akan tersisa untuk membuatnya merasa bersalah.
Dia teringat pada Reiji. Apa yang akan Reiji lakukan dalam situasi ini?
Kuroki melihat Regena. Dia adalah wanita yang cukup cantik.
Reiji pasti akan menyelamatkan mereka. Lalu, dia akan menggunakan kekuasaannya sebagai pahlawan untuk menyerahkan mereka kepada seseorang yang mau merawat mereka, dan tidak ada yang bisa menolak.
Kuroki kembali melihat Regena dan mulai ragu.
Reiji tidak akan ragu, dan itulah yang akhirnya mempengaruhi keputusan Kuroki.
◆
“Yang Mulia!! Apa maksud dari semua ini!!”
Ketika Kuroki kembali ke benteng bersama Regena dan yang lainnya, Runfeld mengangkat suaranya dalam protes.
“Aku tahu kekurangan personel di benteng ini cukup mendesak, jadi aku membawa beberapa budakku, Tuan Runfeld,” kata Kuroki sambil menunjuk ke arah Regena dan yang lainnya.
Pada akhirnya, Kuroki membawa mereka ke pos pertahanan terdekat dan menggunakan sihir untuk memindahkan mereka ke benteng. Tentu saja, tujuannya adalah agar mereka bekerja di benteng ini. Kuroki menyebut mereka budak dengan harapan bahwa jika mereka dianggap sebagai miliknya, mereka tidak akan diperlakukan dengan kasar.
“Ada anak-anak juga di sini!!!”
Runfeld menyiratkan bahwa mereka tidak akan banyak membantu.
“Oh, jadi benteng ini benar-benar kekurangan personel sampai-sampai perlu memanfaatkan bantuan anak-anak?” balas Kuroki dengan sindiran, menyinggung tentang anak-anak di benteng ini.
Suara ketidakpuasan terdengar dari para iblis di benteng. Mereka memandang rendah manusia sebagai makhluk inferior, jadi tidak heran mereka merasa tidak puas ketika diperintahkan untuk membuat manusia bekerja di benteng ini. Namun, Kuroki mengabaikan keluhan tersebut.
“Jangan khawatir, Tuan Runfeld. Gunakan budak-budakku sesukamu. Untuk mencuci piring, membersihkan, atau apa pun yang kau perlukan. Hanya saja, setidaknya berikan mereka tempat tidur dan makanan,” katanya dengan tenang.
Seolah-olah dia mempertimbangkan kebutuhan benteng, padahal sebenarnya dia hanya ingin menyerahkan tanggung jawab atas Regena dan yang lainnya kepada Runfeld dan para iblis. Dia bisa mendengar bisikan di antara para iblis yang tidak setuju dengan tindakan sepihaknya. Kuroki menyadari bahwa masalah akan muncul nanti.
Kuroki melihat Regena dan yang lainnya. Meskipun dia telah menjelaskan situasinya, mereka masih tampak cemas. Namun, dia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
(Aku tidak bisa merawat mereka sampai akhir. Setidaknya mereka tidak akan menjadi mangsa goblin.)
Dalam hatinya, Kuroki meminta maaf.
“Yang Mulia!!” Runfeld masih mencoba memprotes.
“Tuan Runfeld. Maaf, tapi aku harus segera kembali ke istana Raja Iblis. Jika kau ingin membicarakan ini lebih lanjut, aku akan mendengarkan di lain waktu. Sementara itu, aku serahkan para budak ini padamu!” kata Kuroki dengan tegas, tidak memberikan ruang bagi Runfeld untuk membalas.
“Baiklah, aku akan kembali ke istana Raja Iblis sekarang,” kata Kuroki, mengabaikan Runfeld yang tampak tidak senang.
Dia menaiki Glorious, dan naga itu meraung saat terbang ke udara.
Orang-orang di benteng berteriak ketakutan.
Saat Glorious terbang, benteng segera terlihat kecil dari ketinggian. Di atas awan, Kuroki merenung.
(Pada akhirnya, aku juga tidak berbeda dengan Reiji, bertindak sesuka hati.)
Ketidakpuasan di antara para iblis pasti akan semakin bertambah. Kuroki tidak tahu apa yang akan terjadi pada Regena dan yang lainnya setelah ini.
Namun, dia tahu bahwa jika dia tidak menolong mereka, dia akan menyesalinya.
(Reiji tidak akan merenung seperti ini. Jadi, aku juga akan berhenti memikirkannya. Sebaliknya, lebih baik aku mulai memikirkan penciptaan dewi besok. Itu jauh lebih penting)
Kuroki terus terbang bersama Glorious, meski Ia merasakan seolah-olah langit Nargol terasa suram sebagaimana isi hatinya.
(TL Note: Princess of Algoa Kingdom, Rijena. Juga dikenal dengan nama Regena. Mantan putri dari kerajaan jatuh. Salah satu Heroine yang cukup berpengaruh di kisah ini. Pelayan Setia Kuroki yang kelak dijuluki sebagai Dragon Priestess, setelah mendapatkan sebagian dari kekuatan Naga Kuroki)
Chapter 2:
Lord Rember’s Melancholy
<Kemurungan Lord Rember>
Seorang Kesatria berjalan dengan murung menyusuri malam. Nama Kesatria itu adalah Rember, Ia berjalan dengan langkah berat di sepanjang jalan utama.
"Ku serahkan padamu, Lord Rember."
Kata-kata Raja yang baru saja diucapkan terasa berat di pundaknya. Rember adalah seorang Kesatria Kerajaan Rox, dan dia harus mematuhi setiap perintah Raja. Rember merasa sangat cemas karenanya.
Meski sudah malam, jalanan kota masih ramai. Semua orang tampaknya sibuk mempersiapkan festival yang akan dimulai besok pagi. Namun, bagi Rember, festival ini tidak membawa kebahagiaan.
Saat berjalan, Rember akhirnya tiba di toko yang hendak ditujunya. Nama toko itu adalah "Penginapan Sisik Putih," sebuah penginapan, restoran sekaligus kedai minuman. Di sini, Rember berharap menemukan seseorang yang tengah Dia cari.
Rember masuk ke dalam toko.
Karena sudah masuk waktu makan malam, tempat itu penuh dengan orang.
Penginapan Sisik Putih ini adalah tempat yang unik di Kerajaan Rox. Keunikan toko ini terletak pada para pelanggannya yang berbeda dari biasanya. Hampir semua orang di sini bersenjata.
Di luar tembok kota ini, banyak makhluk buas, dan bahkan orang biasa pun biasanya membawa setidaknya satu senjata tajam. Namun, sementara orang biasa hanya membawa senjata untuk melindungi diri jika makhluk buas muncul, para pelanggan di sini membawa senjata lengkap seperti baju zirah, perisai, dan beberapa senjata, perlengkapan yang biasanya tidak dimiliki oleh para pelancong biasa.
Selain itu, tubuh mereka dipenuhi otot yang tidak mungkin didapatkan hanya dari kehidupan biasa, menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terbiasa dengan pertarungan keras.
Mereka disebut sebagai Freedom Fighter (Pejuang Bebas).
(TL Note: semacam Tentara Bayaran/Petualang jika diisekai biasanya :v)
Seorang Ksatria adalah sosok yang resmi, mereka juga bisa disebut sebagai ksatria sipil. Menjaga keamanan jalan-jalan yang menghubungkan berbagai negara adalah hal yang penting di semua negara, dan karena itu, Ksatria bertugas membasmi makhluk buas yang mengganggu jalan-jalan ini. Namun, Pada kenyataannya, hanya Ksatria yang terikat pada negara tidak cukup untuk menjaga perdamaian di jalan-jalan tersebut.
Masalah-masalah seperti kurangnya koordinasi antarnegara atau keterbatasan anggaran adalah beberapa contoh kendala yang ada. Selain itu, permintaan masyarakat yang menggunakan jalan antarnegara tidak pernah berhenti, dan sulit bagi negara untuk memenuhi semuanya.
Inilah mengapa keberadaan Freedom Fighter sangat dibutuhkan. Mereka memiliki kebebasan untuk bertindak, berbeda dengan ksatria yang hanya dapat bergerak atas perintah Raja atau negara. Para Pejuang Bebas ini bisa mendengarkan permintaan warga lainnya atau bertindak atas kehendak mereka sendiri ketika dibutuhkan. Sementara Kesatria hanya melindungi negaranya sendiri, pejuang bebas dapat melindungi negara lain jika mereka merasa itu diperlukan.
Penginapan Sisik Putih adalah tempat berkumpulnya para Freedom Fighter. Di Kerajaan Rox, orang yang ingin meminta bantuan kepada para pejuang bebas itu biasanya datang ke tempat ini.
Kebanyakan pejuang bebas yang ada di tempat ini saat ini dikumpulkan oleh permintaan dari Kerajaan Rox. Untuk persiapan festival yang akan diadakan besok, tiga hari lalu, kerajaan memulai pembersihan makhluk buas di sekitar kerajaan, dan hari ini adalah hari terakhir pembersihan itu. Berkat mereka, orang-orang yang akan menggunakan jalan menuju Rox tidak perlu khawatir akan makhluk buas untuk sementara waktu. Para pejuang bebas berkumpul di sini untuk merayakan keberhasilan tugas mereka.
Rember berjalan di dalam toko mencari seseorang yang dicarinya.
Dia mudah ditemukan. Bagaimanapun, pria itu besar, tampak seperti beruang. Meski duduk di bagian belakang, dia tetap terlihat mencolok.
Pria itu membelakanginya. Rember mendekati orang itu. Dia berusia sekitar tiga puluh tahun, berambut hitam pendek, wajahnya terbakar matahari, dan lengan telanjangnya penuh dengan otot dan bekas luka yang tidak dimiliki oleh orang biasa.
Pria itu menyadari kedatangan Rember dan berbalik.
"Oh, Rember, bukan? Wajahmu masih terlihat suram seperti biasanya."
"Maaf, Galios-senpai. Bagaimana dengan lukamu kemarin? Apakah sudah sembuh?"
"Ah, sudah lumayan. Nimri-sensei menggunakan sihir penyembuhannya, jadi aku bisa bergerak sekarang."
Galios menyeringai. Meski hampir mati, sepertinya dia sama sekali tidak terganggu.
(Apakah para pejuang bebas tidak takut mati?)
Rember tersenyum kecut sambil bertanya-tanya.
Galios adalah seorang pejuang bebas yang tinggal di Kerajaan Rox. Dia juga mantan ksatria dan senior Rember. Kemarin, dia hampir mati dalam tugas membasmi makhluk buas.
Rember mendekati meja tempat Galios duduk, dan kemudian dia menyadari seseorang duduk di seberang Galios. Orang ini lebih kurus dibandingkan dengan Galios.
Ketika dia masuk tadi, Rember tidak memperhatikannya karena kehadiran Galios yang begitu besar.
"Kuro-dono juga di sini rupanya. Selamat sore, Kuro-dono."
Rember mengangguk hormat kepada Kuro.
Kuro adalah pemuda yang memiliki aura misterius, berbeda dari orang-orang yang biasa terlihat di sekitar sini. Rambutnya hitam legam, hampir menyatu dengan kegelapan, dan wajahnya sangat tampan. Jika dia sedikit lebih mempercantik diri, para gadis muda tidak akan bisa mengabaikannya.
Namun, menurut Rember, pemuda ini tampaknya tidak suka mendapat perhatian.
(Kebetulan sekali, Aku punya permintaan untuk Kuro-dono terkait masalah ini. Bersama dengan Galios-senpai, ini waktu yang tepat.)
Rember tersenyum puas dalam hatinya.
"Selamat sore, Lord Rember."
Kuro membalas dengan anggukan. Meskipun dia bukan seorang pejuang bebas, Kuro berada di toko ini.
Rember bertemu Kuro tadi malam. Saat itu, istri Galios, yang juga adalah kakak perempuan Rember, memberitahunya bahwa Galios belum kembali dari tugas membasmi makhluk buas.
Sebagian besar makhluk buas adalah makhluk malam, sementara manusia tidak bisa melihat dalam kegelapan. Jika seseorang terjebak di luar tembok kota pada malam hari, itu sama saja dengan kematian, bahkan untuk seorang prajurit berpengalaman.
Saat Rember bingung apakah harus pergi mencari Galios, Kuro muncul dengan membawa Galios di punggungnya.
Galios ceroboh dan terjatuh dari tebing kecil saat bertarung melawan goblin dan orc, sehingga kakinya terluka. Dia berusaha kembali, tetapi kakinya tidak bisa bergerak, dan malam pun tiba. Saat itulah Kuro kebetulan lewat dan menyelamatkannya.
Berkat Kuro, Galios selamat, dan Kakak Perempuan Rember sangat bersyukur. Kuro membawa Galios ke Nimri-sensei (Dokter) yang bisa menggunakan sihir penyembuhan, dan Galios pulih.
Tubuh Kuro terlihat kurus, sehingga sulit dipercaya dia mampu menggendong Galios, yang terkenal dengan tubuh raksasanya, dan berjalan melewati hutan dengan medan yang sulit. Dari cerita Galios, Kuro berjalan di dalam hutan tanpa tersesat meskipun sudah gelap, dan tanpa menggunakan penerangan.
Menurut Nimri-sensei, Kuro mungkin bisa menggunakan sihir penglihatan malam (Night Vision), yang berarti dia adalah seorang penyihir. Jika benar, masuk akal bagaimana dia bisa membawa Galios dengan mudah melalui hutan; dia mungkin menggunakan sihir yang tidak diketahui oleh Rember.
Keberadaan penyihir sangatlah langka.
Jika Kuro benar seorang penyihir, Rember sangat berharap dia mau menetap di negara ini. Saat ini, hanya Nimri-sensei yang bisa disebut penyihir di kerajaan ini. Ada seorang wanita ahli obat yang tinggal di kota ini sejak dua minggu lalu, tetapi meskipun dia bisa menggunakan sedikit sihir, kemampuannya tidak cukup untuk disebut penyihir.
Keluarga Galios merawat Kuro sebagai tanda terima kasih selama dia tinggal di sini. Kuro tampaknya tidak banyak menuntut, sehingga merawatnya tidak sulit. Malah, Kuro terlihat lebih menyukai kehidupan sederhana. Bahkan saat ini, ketika mereka sedang makan, makanan yang dia pilih sangat sederhana. Sementara Galios minum bir, Kuro memilih teh herbal. Ketika Galios berusaha membelikan alkohol sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkannya, Kuro menolaknya karena dia tidak minum minuman keras.
(Aku tidak tahu apa maksud dari Misenen yang dikatakan Kuro-dono, mungkin semacam ajaran atau aturan?)
(TL Note: Misenen=dibawah umur :v)
Rember berpikir bahwa pria itu seperti seorang biksu yang sedang berlatih. Tidak gemar dengan kemewahan Duniawi.
(Kalau dipikir-pikir, cara berjalan Kuro-dono tidak memiliki celah. Apakah dia telah melalui semacam pelatihan?)
Rember mengingat kembali kejadian sebelumnya.
Di siang hari, Kuro ikut serta dalam perburuan monster bersama para Freedom Fighter lainnya. Sebagai seorang ksatria kerajaan, Rember juga bergabung dengan para pejuang bebas dalam misi tersebut, dan cara bertarung Kuro sungguh luar biasa.
Dia bisa bertarung hanya dengan satu pedang kecil. Bahkan jika dia menggunakan sihir, gerakannya tetap tidak bisa dipercaya. Dari cara dia bertarung, sepertinya dia telah mempelajari beberapa teknik pertempuran.
Tidak serakah, bisa menggunakan sihir, dan juga ahli dalam bertarung, menurut Rember, Kuro adalah orang yang tepat untuk misi ini.
"Ngomong-ngomong, ada apa, Rember? Bukankah kamu sedang tidak bertugas hari ini?"
Galios bertanya dengan penasaran.
Di dalam benteng, para penjaga bertanggung jawab menjaga keamanan. Namun, beberapa ksatria tetap harus berjaga di istana kerajaan untuk keadaan darurat. Seharusnya saat ini Rember sedang berada di istana.
"Sebenarnya, aku datang ke sini karena ada sesuatu yang ingin aku minta kepada Galios-senpai..."
Rember akhirnya mengutarakan maksud kedatangannya.
"Hmm, kelihatannya ini bukan masalah sepele. Ceritakan saja."
Saat itu, Kuro berdiri.
"Kalau ini percakapan yang pribadi, saya akan keluar sebentar."
"Tidak, ini juga terkait denganmu, Kuro-dono."
"Dengan diriku?"
"Ya, benar, ini juga terkait denganmu, Kuro-dono."
Setelah mendengar itu, Kuro kembali duduk. Wajahnya menunjukkan ekspresi curiga, tetapi Rember melanjutkan pembicaraannya tanpa memperdulikan hal itu.
"Sebenarnya, aku ingin meminta kalian berdua untuk mengawal seseorang."
"Mengawal?"
"Ya, beberapa orang penting akan tiba di negara ini secara mendadak. Aku diperintahkan oleh Yang Mulia untuk melindungi mereka, tetapi aku sedikit khawatir jika harus melakukannya sendirian. Aku ingin meminta bantuan dari Tuan Galios."
"Seseorang yang penting? Apakah mereka anggota keluarga kerajaan dari negara lain?"
Rember menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Galios. Menurutnya, lebih baik jika mereka adalah anggota keluarga kerajaan.
"Tidak, bukan begitu. Tapi mereka setara dengan keluarga kerajaan."
"Oh, siapa mereka?"
Galios bertanya dengan penasaran.
"Sebenarnya, besok Pahlawan Reiji dan para istrinya akan datang... Tunggu, Kuro-dono, ada apa!?"
Tiba-tiba Kuro menyemburkan teh yang sedang diminumnya, dan teh itu mengenai Galios yang duduk di depannya.
"Ma... maafkan aku, Tuan Galios..."
Kuro meminta maaf kepada Galios.
"Tidak apa-apa, tapi... ada apa denganmu, Kuro?"
Melihat sikap Kuro, baik Rember maupun Galios terkejut. Wajah Kuro tampak tidak seperti biasanya.
"Maaf, aku hanya tersedak... Silakan lanjutkan pembicaraan."
Kuro batuk kecil sambil meminta maaf.
"Baiklah, kembali ke pembicaraan, kenapa Pahlawan datang ke sini? Apakah dia ingin melihat festival yang akan dimulai besok?"
Galios bertanya sambil mengelap wajahnya dengan kain.
"Ya, itu juga salah satu alasannya... Galios-senpai, apakah Anda tahu bahwa Pahlawan Reiji terluka?"
"Ya, aku dengar dia diserang oleh seorang Dark Knight yang sangat kuat. Jujur saja, aku pikir hanya para dewa yang bisa melukai Pahlawan, tapi ternyata dunia ini lebih luas dari yang kita kira."
"Aku juga berpikir begitu. Karena itulah Pahlawan Reiji datang ke Rox untuk menyembuhkan lukanya."
Kerajaan Rox terkenal dengan pemandian air panasnya. Pariwisata dari pemandian ini merupakan salah satu sumber pendapatan utama negara.
"Jadi, aku ingin kalian berdua membantu mengawal Pahlawan."
Rember memandang ekspresi keduanya. Galios dan Kuro tampak ragu.
"Tuan Rember, kenapa Pahlawan membutuhkan pengawalan? Bukankah Pahlawan sangat kuat?"
Rember menduga bahwa Kuro telah mendengar tentang Pahlawan dari pengalamannya.
"Sebenarnya, pengawalan ini hanyalah formalitas. Aku hanya ingin memastikan tidak ada orang yang mencoba mendekati istri-istri Pahlawan dengan niat buruk..."
Istri-istri Pahlawan Reiji semuanya adalah wanita cantik, sehingga kemungkinan ada orang yang tertarik kepada mereka.
Rember mengingat bagaimana, pada kunjungan sebelumnya, ada seseorang yang mencoba mendekati istri Pahlawan, dan akhirnya hal itu menyebabkan masalah besar.
"Kami tidak bisa membuat Pahlawan marah. Dan kami juga tidak bisa membiarkan tembok kastil hancur lagi."
"Aku mengerti."
"Aku juga mulai paham..."
Ketika Rember memandang mereka, Galios mengangguk, dan Kuro tampaknya juga mulai mengerti.
Tembok sisi barat Kastil Rox saat ini setengah hancur. Penyebabnya adalah serangan sihir yang sangat kuat.
Ini adalah kedua kalinya Pahlawan mengunjungi negara ini. Pada kunjungan sebelumnya, salah satu wanita Pahlawan yang marah menghancurkan tembok itu dengan sihir setelah ada seseorang yang mencoba mendekatinya.
Saat mendengar bahwa kejadian serupa juga terjadi di Republik Suci Lenaria, tempat Pahlawan tinggal, para ksatria Kuil Rena selalu bertugas mengawal Pahlawan saat berada di kota.
Untuk menghindari kejadian seperti itu terjadi lagi, Kerajaan Rox memutuskan untuk menempatkan pengawal bagi Pahlawan. Rember adalah orang yang bertanggung jawab atas tugas tersebut.
Namun, tidak seperti Republik Suci Lenaria, Kerajaan Rox hanya memiliki kurang dari 20 ksatria. Mereka juga harus menjaga keamanan jalan dan memimpin penjagaan selama festival yang akan dimulai besok. Itu membuat jumlah orang yang bisa dikerahkan menjadi sangat terbatas.
Para penjaga diambil dari warga biasa, yang tentunya tidak akan mampu menghadapi musuh yang terampil. Oleh karena itu, pengawal yang terampil dan bisa dipercaya perlu dipilih untuk tugas ini.
Galios adalah orang yang bisa dipercaya karena hubungan lama mereka. Meskipun Rember baru mengenal Kuro, dia tahu bahwa Kuro memiliki keterampilan bertarung yang baik, bersikap tenang, dan tampaknya tidak memiliki niat buruk terhadap Pahlawan atau wanita-wanitanya.
Karena itu, Rember berharap kedua orang ini bisa membantu.
Rember menjelaskan situasinya dan membungkukkan badan.
"Itulah sebabnya, kumohon, tolong bantu aku."
Namun, Galios tampak tidak bersemangat.
"Aku tidak terlalu tertarik... Lagipula, aku tidak yakin bisa berurusan dengan orang-orang penting seperti itu."
Galios tidak peduli dengan siapa dia berbicara, entah itu keluarga kerajaan atau bukan. Dia selalu menggunakan bahasa yang sama. Meskipun Raja Rox tidak terlalu mempermasalahkannya, di negara lain itu bisa dianggap sangat tidak sopan.
"Tenang saja. Tugas kita adalah menjaga mereka dari kejauhan, agar tidak ada orang yang mendekat. Yang akan langsung berbicara dengan mereka adalah sang putri."
Rember menjelaskan tugasnya.
"Putri? Maksudmu Putri Almina?"
Galios bertanya, dan Rember mengangguk. Putri Almina adalah putri bungsu Kerajaan Rox yang berusia 17 tahun.
Pahlawan dikenal lembut kepada wanita, jadi diputuskan bahwa Putri Almina yang berpengetahuan tentang etiket akan bertugas melayani mereka.
"Aku mengerti. Sang putri dan tunangannya akan bekerja sama untuk melayani Pahlawan, ya."
Galios berkata sambil tersenyum.
"Jangan bercanda seperti itu, Tuan."
Faktanya, Putri Almina adalah teman masa kecil Rember dan juga tunangannya. Wajah Rember memerah.
"Baiklah, demi kamu dan Putri Almina, aku akan membantu. Jika aku tidak perlu berurusan langsung dengan Pahlawan, aku akan melakukannya."
Galios tertawa kecil sambil menerima tugas tersebut, kemudian memandang Kuro.
"Bagaimana denganmu, Kuro?"
Jujur saja, ekspresi Kuro menunjukkan bahwa dia tidak terlalu tertarik. Namun, jika Kuro yang bisa menggunakan sihir setuju untuk membantu, itu akan sangat meringankan beban.
"Kuro-dono, kumohon, bantulah kami!!"
"Baiklah, selama aku tidak perlu berurusan langsung dengan Pahlawan..."
Meskipun tampak ragu, Kuro akhirnya setuju setelah Rember memohon padanya.
"Terima kasih banyak, Kuro-dono!"
Rember merasa lega karena mendapatkan bantuan dari mereka berdua.
(Kuharap masalah dengan Pahlawan bisa diselesaikan dengan baik...)
Meski begitu, kunjungan mendadak Pahlawan membuat Rember merasa sedikit khawatir.
*(TL Note: perbandingan kanji text name dengan text name pada story)
Gallios = Galios
Arumina = Almina
Renber = Rember
Chapter 3:
In the Land of Hot Springs
<Di Negeri Mata Air Panas>
Setelah mendengar cerita dari Rember, Kuroki merasa ada sesuatu yang aneh terjadi.
Pemuda bernama Kuro yang berbicara dengan Rember adalah Kuroki yang tengah menyamar.
(Aku tidak pernah menyangka, Orang yang dipanggil untuk mengalahkan sang pahlawan malah berakhir menjadi pengawalnya.)
Meskipun demikian, Kuroki menerima permintaan dari Rember karena merasa penting untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain di luar Nargol, mengingat kesempatan ini jarang terjadi.
Menurut penjelasan Rember, Kuroki tidak perlu bertemu langsung dengan sang pahlawan, hanya perlu mengawal dari jauh, jadi Kuroki berpikir tidak akan ada masalah.
Pada Awalnya, Kuroki datang ke dekat Kerajaan Rox ini guna mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses penciptaan dewi.
Sambil mengingat perjalanan sejauh ini, Kuroki teringat percakapannya dengan Modes.
"Kau butuh tanduk naga. Dan tanduk itu harus dari naga kelas raja jika kau ingin menciptakan seorang dewi."
Ketika Kuroki meminta imbalan, Modes menjawab demikian.
Kuroki tadinya berpikir proses pembuatan dewi akan lebih cepat, tetapi ternyata tidak semudah itu. Menurut Modes, bahan-bahan khusus diperlukan untuk membuat dewi, dan tanpa itu, dewi tidak dapat diciptakan.
Ternyata, di dekat Kerajaan Rox ini, terdapat seekor naga yang dikenal sebagai Raja Naga Suci Perak, dan tanduk dari naga ini dapat digunakan untuk membuat dewi. Sebagai catatan, Mona diciptakan menggunakan tanduk dari Raja Naga Hitam, dan mungkin itulah alasan rambut Mona berwarna hitam yang indah, berbeda dengan Rena.
Namun, mengambil tanduk dari Raja Naga tampaknya tugas yang sangat sulit, pikir Kuroki.
Dari apa yang didengarnya, naga sekelas Raja Naga sangatlah kuat, dan tidak mungkin mereka akan menyerahkan tanduk mereka dengan mudah.
Namun, Modes menyampaikan permintaan itu seolah-olah ia hanya meminta bantuan kecil pada anak-anak.
Atau mungkin, karena Kuroki dianggap sangat kuat di dunia ini, Modes berpikir tugas itu akan mudah baginya?
Kuroki merenungkan hal tersebut.
Ia tidak ingin melukai naga hanya demi keinginan pribadinya.
Kuroki kemudian memikirkan Glorious.
Ia datang ke Kerajaan Rox dengan menaiki Glorious. Seharusnya, jika ada seseorang yang terbang tanpa izin, mereka akan berurusan dengan para ksatria suci dari Elios, namun Kuroki telah menghancurkan mereka.
(Jujur saja, aku terlalu berlebihan malam itu… Aku sedang dalam keadaan emosi dan tanpa berpikir panjang, aku menyingkirkan semua orang yang mendekat. Aku mendengar bahwa mereka dalam kondisi hancur total, tapi seberapa parah kerusakannya? Yah, setidaknya sekarang aku bisa terbang dengan Glorious tanpa masalah, jadi harusnya aku menganggap ini sebagai hal yang baik, kan?)
Kuroki merenungkan perjalanannya sejauh ini.
Langit di dunia ini, seperti di dunia asalnya, jernih dan biru, berbeda dengan langit Nargol yang kelabu.
Terbang di langit biru dengan menunggangi naga sangat menyenangkan.
Walaupun Kuroki bisa terbang menggunakan sihir, tetap saja menunggangi naga terasa lebih memuaskan.
Jika ada yang mencuri tanduk Glorious, Kuroki pasti tidak akan memaafkan mereka.
Mungkin karena itulah, Kuroki tidak terlalu bersemangat mengambil tanduk dari naga lain.
Meski begitu, Kuroki datang ke sini karena tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan.
Daripada tidak melakukan apa-apa, lebih baik melakukan sesuatu, pikir Kuroki, jadi ia memutuskan untuk datang ke sini dengan menaiki Glorious. Kali ini, Natt tidak bersamanya.
Karena ia tidak bisa membawa Glorious masuk ke kota, Kuroki meninggalkan naganya di menara yang terletak di dalam hutan.
Menara itu sudah lama ditinggalkan, dan Kuroki memastikan bahwa tidak ada yang tinggal di sana.
Puncak menara itu berlubang, sehingga sangat cocok untuk menyembunyikan Glorious.
Baru saja ia mengecek keadaan naganya, dan Glorious tampak sehat.
Menurut Lugas, naga bisa makan dalam jumlah besar saat lapar, tetapi juga bisa bertahan tanpa makan untuk waktu yang lama, dan tampaknya Glorious sedang tidak ingin makan apapun saat ini.
Setelah merenungkan semua itu, Kuroki merendam dirinya hingga bahu di air panas.
Faktanya, saat ini Kuroki berada di pemandian umum di Kerajaan Rox.
Setelah berpisah dengan Rember, Kuroki diundang oleh Galios untuk datang ke pemandian ini bersama.
Di sekeliling Kuroki, para pengunjung lainnya juga sedang berendam di pemandian yang sama.
Walaupun Kuroki tidak terlalu antusias dengan tugas mengambil tanduk naga, ia cukup menikmati pemandian ini. Dalam hal ini, ia merasa tidak sia-sia datang ke sini.
Fasilitas pemandian di Rox ini tidak terlalu mewah, hanya terdiri dari batu sederhana.
Ada sabun cair yang terbuat dari minyak tanaman, serta fasilitas sauna. Secara keseluruhan, fasilitas ini cukup lengkap. Berendam di air panas membuat Kuroki teringat akan Jepang.
(Apakah mereka semua mengkhawatirkanku? Akankah kami bisa pulang dengan selamat?)
Saat merenungkan hal-hal seperti itu, pikirannya mulai melayang. Sepertinya ia terlalu lama berendam, pikir Kuroki.
“Hei, Kuro, bagaimana kalau kita keluar sekarang?”
Galios, yang datang bersama ke pemandian umum, memanggilnya.
Kuroki melihat ke arah Galios. Pria itu memiliki tubuh yang penuh dengan bulu. Tubuhnya dipenuhi bekas luka, mencerminkan kehidupannya yang keras.
Kuroki bertemu Galios kemarin sore.
Saat sedang berjalan di hutan untuk mencari makanan, Kuroki menemukan Galios yang terluka di kakinya.
Sayangnya, sihir penyembuhan yang dimiliki Kuroki hanya bisa digunakan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, sehingga ia tidak bisa menyembuhkan luka Galios.
Akhirnya, Kuroki memutuskan untuk menggendong Galios hingga ke Kerajaan Rox.
Ternyata, Galios adalah seseorang yang cukup terkenal di Kerajaan Rox, dan para penjaga gerbang membiarkan mereka masuk tanpa masalah begitu melihat Kuroki menggendong Galios. Ini adalah pertama kalinya Kuroki bisa masuk ke dalam kota melalui gerbang utama.
Kuroki merasa bahwa kebijakan masuk ke kerajaan ini cukup longgar.
Setiap negara tampaknya memiliki aturan yang berbeda terkait masuknya warga asing. Ada negara yang hanya membolehkan warga dari negara sekutu untuk masuk, sementara negara lain mengizinkan siapa saja masuk selama mereka membayar.
Ngomong-ngomong soal uang, kali ini Kuroki sudah membawa uang yang bisa digunakan di dunia manusia.
Masalah uang yang dihadapinya dalam perjalanan sebelumnya ke Republik Suci Lenaria ternyata mudah diatasi.
Bukan karena ia tahu cara menukar permata dengan uang, melainkan karena ia bisa membuat uang sendiri. Dalam dunia ini, orang-orang diizinkan mencetak uang pribadi asalkan memenuhi standar yang berlaku.
Terdapat logam yang mirip dengan emas, perak, dan tembaga, dan jika seseorang membuat koin dengan berat yang sama dengan koin emas yang diterbitkan oleh Republik Suci Lenaria, kemungkinan besar koin tersebut akan diterima secara luas sebagai mata uang.
Artinya, selama ia bisa mendapatkan logam seperti emas, perak, atau tembaga, ia bisa mencetak uang sesuka hatinya.
Tentu saja, ada juga orang-orang yang mencampur logam murah untuk membuat uang yang berkualitas rendah, jadi perlu berhati-hati saat menerima pembayaran.
Di Nargol, tidak ada emas atau perak, tetapi sedikit tembaga bisa ditemukan. Dari situ, Kuroki membuat koin tembaga berdasarkan koin yang ia dapatkan di Republik Suci Lenaria.
Kuroki ingat bahwa hasil koin buatannya cukup memuaskan.
Setelah diperlihatkan kepada Galios, ia memastikan bahwa koin tembaga itu dapat digunakan di Kerajaan Rox.
(Tapi sepertinya aku tidak perlu menggunakan koin itu selama aku berada di Kerajaan Rox...)
Galios sangat berterima kasih karena nyawanya telah diselamatkan, dan menawarkan bantuan kepada Kuroki selama ia berada di kerajaan ini.
Hari ini, Galios membawanya ke fasilitas pemandian. Tentunya, Galios juga yang membayar biayanya.
Sebenarnya, Kuroki merasa tidak perlu menerima begitu banyak bantuan, dan sedikit merasa tidak enak.
“Baiklah, ayo kita keluar sekarang,” jawab Kuroki.
Saat Kuroki berdiri, Galios menatap ke bawah.
“Kamu benar-benar punya sesuatu yang sangat brutal dan tidak sesuai dengan wajahmu. Padahal masih dalam keadaan menggantung begitu,” kata Galios sambil bercanda.
“Eh, dimana kau melihat!!”
Kuroki buru-buru menutupi bagian bawah tubuhnya.
Sebenarnya, di dunia asalnya, Kuroki pernah digoda dengan hal yang sama. Hal ini selalu membuatnya merasa tidak nyaman, karena sering kali ia mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan karena itu.
“Jangan malu begitu, Kuro. Pasti para wanita akan sangat senang. Beritahu Aku, berapa banyak gadis yang sudah kau buat menangis, hah?”
Galios berkata sambil tertawa.
“Tidak, saya belum pernah berkencan dengan seorang wanita...”
Kuroki berkata dengan suara rendah.
Meskipun besar, jika tidak ada orang yang bisa memanfaatkannya, itu tidak ada gunanya. Seberapa besar pun, itu hanya menjadi harta yang terbuang percuma.
“Seberapa besar pun, percuma jika tidak ada orang yang bisa memanfaatkannya…”
Kuroki merasa ingin menangis.
Jujur saja, Kuroki belum pernah berkencan dengan seorang wanita sekalipun. Bahkan, dia hampir tidak punya teman wanita. Satu-satunya wanita yang dekat dengannya adalah Shirone, namun dia adalah salah satu gadis Reiji. Kuroki, yang tidak pandai berbicara dengan wanita, merasa bahwa masa depannya tidak akan berbeda.
Terkadang Masternya dulu juga suka bercanda, mengatakan, “Ojo-chan akan mengalami masa-masa sulit di masa depan.” tapi Kuroki merasa masa depan semacam itu tidak akan pernah datang.
“Maafkan aku, kawan. Sepertinya aku malah membuatmu mengingat hal-hal yang menyakitkan. Aku tahu, sebagai permintaan maaf, lain kali aku akan membawamu ke tempat yang menyenangkan.”
Galios menawarkan saran yang sedikit menggoda.
“Eh! Benarkah? Apa Peneloa-san tidak akan marah?”
Peneloa adalah istri Galios.
Apakah istrinya memahami jika suaminya pergi ke tempat seperti itu?
Karena penasaran, Kuroki pun bertanya.
“Oh, ya... itu mungkin bukan ide yang bagus. Lupakan yang barusan kukatakan.”
Sialan. Sepertinya aku mengatakan sesuatu yang tidak perlu, pikir Kuroki dalam hati.
Bagaimanapun, Kuroki juga seorang pria, jadi dia juga tertarik dengan hal semacam itu.
Karena itu, dia menyesali perkataannya.
Setelah itu, Kuroki dan Galios keluar dari pemandian sambil bercanda.
Mereka mengeringkan tubuh di ruang ganti, memakai pakaian, dan meninggalkan fasilitas tersebut.
Sejak kemarin, Kuroki tinggal di rumah Galios di sebuah bangunan terpisah.
Karena ini adalah pertama kalinya dia benar-benar merasakan kehidupan manusia di dunia ini, Kuroki berpikir untuk menunda pencarian tanduk naga yang tidak dia sukai dan tinggal sedikit lebih lama di kota ini.
Ketika mereka tiba di rumah Galios, istrinya menyambut mereka. Ternyata dia adalah kakak dari Rember, orang yang mereka temui sebelumnya.
“Kami pulang, Peneloa.”
“Saya kembali, Peneloa-san.”
Istri Galios, Peneloa, adalah wanita sederhana yang memancarkan aura yang menenangkan siapa pun yang melihatnya.
Menurut Galios, Peneloa bisa sangat menakutkan jika marah, tapi Kuroki sulit membayangkan wanita setenang itu bisa marah.
“Selamat datang, sayang. Rember, adikku, ada di sini.”
“Apa? Rember? Kenapa dia di sini?”
Galios tampak bingung.
Kuroki juga merasa aneh. Mereka baru saja bertemu di bar, jadi mengapa dia datang ke rumah Galios begitu cepat? Apa yang terjadi?
Sambil bertanya-tanya, mereka masuk ke ruang tamu dan menemukan Rember sudah menunggu.
“Saya sudah menunggu, Senpai dan Kuro-dono.”
Rember tampaknya sudah menunggu kedatangan mereka.
“Apa yang terjadi, Rember? Ada masalah?”
Setelah duduk di seberang Rember, Galios bertanya padanya.
“Sejujurnya, ada masalah yang muncul. Kami ingin meminta bantuan Kuro-dono.”
Rember berkata sambil menatap ke arah Kuroki.
“Bantuan dariku?”
“Barusan kami mendapat kabar mendesak dari penjaga di dinding kota. Mereka melaporkan bahwa ada banyak bayangan makhluk yang tampak seperti monster di luar dinding kota.”
“Apa? Monster? Itu aneh. Apa mereka tidak salah lihat?”
Galios menjelaskan bahwa tiga hari yang lalu, mereka sudah mengumpulkan para pejuang bebas untuk membersihkan wilayah ini dari monster. Hari ini, Kuroki juga membantu, jadi seharusnya tidak ada monster di sekitar Rox Kingdom. Terlalu cepat bagi monster dari tempat lain untuk sampai di sini.
Sepertinya penjaga di dinding kota hanya salah melihat sesuatu. Lagi pula, sudah malam, dan mata manusia sulit melihat di kegelapan. Galios berpikir mereka pasti salah mengira sesuatu sebagai monster.
“Aku juga berpikir begitu... Tapi menurut penjaga, mereka melihat bayangan monster seperti goblin dan orc ketika terkena cahaya dari lampu penerangan yang dipasang di dinding.”
Rember menjelaskan bahwa dinding kota dilengkapi dengan lampu sorot yang bisa menerangi tempat-tempat jauh menggunakan cermin. Dengan itu, mereka bisa melihat meskipun di tempat yang gelap.
Namun, Kuroki teringat bahwa sarang goblin dan desa orc di sekitar sini seharusnya sudah dibersihkan. Dia merasa ada sesuatu yang aneh.
“Mungkin beberapa dari mereka terlewatkan... Sialan, besok adalah hari pertama festival,” Galios menggerutu sambil menggelengkan kepala.
Kuroki mendengar bahwa sebelum festival dimulai, monster di sekitar Rox Kingdom selalu dibersihkan supaya pengunjung merasa aman. Namun, sepertinya beberapa monster lolos dari pembersihan.
“Bayangan itu masih terlihat di dekat dinding kota sekarang. Untungnya, mereka sepertinya tidak bisa memanjat dinding. Namun, menurut penjaga, meskipun mereka tampak seperti goblin dan orc, gerakan mereka terlihat aneh.”
“Gerakan mereka aneh?”
“Ya, karena itu aku merasa khawatir dan berpikir untuk memeriksanya. Jadi, aku ingin meminta bantuan Kuro-dono yang bisa menggunakan sihir penglihatan malam untuk ikut bersamaku.”
“Begitu...”
Galios mengangguk.
“Kuro, bagaimana? Jika kau mau pergi, aku akan ikut.”
Rember dan Galios menatap Kuroki.
“Baiklah, ayo kita pergi.”
Kuroki menyetujuinya.
Dia merasa bahwa membantu Rember adalah cara untuk membalas budi pada keluarga Galios yang sudah merawatnya.
Dengan itu, Kuroki dan yang lainnya berangkat menuju dinding kota.
Chapter 4
Night Watchman
<Penjaga Malam>
Malam itu, Kuroki dan Para Freedom Fighter lainnya memasuki hutan.
Hutan di malam hari sangat gelap, dan bagi anggota lain kecuali Kuroki, tanpa cahaya lentera dan sihir, mereka mungkin tidak bisa melihat sejengkal pun ke depan.
Keluar dari benteng di malam hari sangat berbahaya. Namun, mereka berada sangat dekat dengan benteng, dan jika ada sesuatu yang terjadi, mereka akan segera mundur.
Selain Kuroki, Galios, dan Rember, ada empat anggota lain yang ikut serta.
Galios telah mengajak para Freedom Fighter yang siap bergerak.
"Memang, malam hari membuatku merasa tidak nyaman..."
Salah satu prajurit bebas, Steros, berkata. Dia bukan dari Kerajaan Rox, melainkan dari kota lain. Meskipun sedikit sombong, Kuroki mendengar bahwa dia cukup terampil.
"Aku setuju, lentera dan cahaya sihir sekecil ini hampir tidak membuatku bisa melihat apa pun."
Prajurit bebas lainnya, Pox, menimpali. Seperti Steros, dia juga berasal dari kota lain. Steros masih di awal usia dua puluhan, sementara Pox adalah prajurit veteran yang lebih tua dari Galios.
"Maaf, sihirku hanya bisa sampai sejauh ini..."
Nimri meminta maaf atas ketidakmampuannya.
Nimri adalah penyihir yang tinggal di Kerajaan Rox. Dia adalah orang yang menyembuhkan luka Galios kemarin.
Nimri sebenarnya adalah anak yang ditinggalkan di gerbang tembok Kerajaan Rox, seorang anak buangan dari kaum elf. Elf hanya terdiri dari perempuan, dan mereka melahirkan anak melalui hubungan dengan ras lain. Jika anak yang lahir perempuan, maka dia menjadi elf, sementara jika laki-laki, dia mengikuti ras ayahnya.
Anak laki-laki ini sering ditinggalkan karena perbedaan ras yang membuat mereka sulit hidup bersama. Meskipun mungkin kaum elf tidak merasa telah membuang mereka.
Anak laki-laki yang lahir dari hasil hubungan dengan elf, yang secara alami berbakat dalam sihir, meskipun ayahnya berasal dari ras yang tidak pandai sihir, sering kali menghasilkan anak yang memiliki kemampuan sihir yang tinggi. Manusia yang memiliki kekuatan sihir sangat berharga dan biasanya diperlakukan dengan baik karena bisa memberi manfaat bagi kerajaan. Banyak dari anak-anak ini menjadi penyihir di masa depan, dan karenanya, kebanyakan penyihir manusia adalah laki-laki.
Nimri tumbuh besar di kerajaan ini dan belajar sihir dari penyihir istana yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu. Kini, Nimri hampir dianggap sebagai penyihir istana di kerajaan ini.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengatakan itu..."
Pox segera meminta maaf kepada Nimri. Kuroki berpikir bahwa meskipun Pox orang yang baik, dia cenderung kurang peka. Namun, Nimri tampak tidak terganggu dan tersenyum, mengatakan tidak masalah.
"Stor, apakah kau melihat sesuatu?"
Galios bertanya kepada Stor, yang merupakan seorang ranger.
"Maaf, aku pun tak bisa menguasai hutan di malam hari. Mungkin lebih baik kau tanyakan pada pemuda di sana?"
Yang dimaksud "pemuda di sana" tentu saja adalah Kuroki. Dari semua orang di sini, hanya Kuroki yang memiliki kemampuan penglihatan malam. Bahkan Nimri, sang penyihir, tidak bisa melakukannya.
Ini bukan karena Nimri kurang berbakat, melainkan masalah kecocokan sihir. Kuroki bisa melihat dalam gelap, tetapi dia tidak bisa menggunakan sihir pencahayaan seperti Nimri. Karena kemampuannya, Kuroki ditugaskan berada di garis depan.
"Tuan Kuro, bagaimana keadaannya?"
Rember bertanya kepada Kuroki.
"Kita sedang dikepung."
"Apa?!"
Jawaban jujur Kuroki mengejutkan Freedom Fighter lainnya.
Dalam kegelapan malam, bayangan-bayangan dari berbagai arah mendekat, mengelilingi mereka dari kejauhan.
"Apa maksudmu?! Siapa yang mengepung kita, goblin atau orc?"
Galios bertanya panik, sementara yang lain segera menyiapkan senjata mereka.
"Goblin dan orc, tapi..."
Jawaban Kuroki yang ambigu membuat yang lain kebingungan.
"Goblin dan orc? Apa maksudmu?"
Galios bertanya lagi.
"Ya, mereka adalah goblin dan orc, tetapi... mereka adalah zombie."
Meskipun yang lain tidak bisa melihatnya, Kuroki bisa melihat dengan jelas. Goblin dan orc yang mendekat dari kejauhan tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tubuh mereka terluka, beberapa bahkan masih tertusuk tombak atau panah.
Kuroki mengingat apa yang pernah diajarkan Lugas kepadanya, dan dia yakin mereka adalah zombie. Para zombie adalah makhluk undead yang membenci kehidupan dan akan menyerang setiap makhluk hidup yang mereka temui. Sekarang, mereka telah menyadari kehadiran kelompok Kuroki dan sedang mendekat.
Setelah mendengar ucapan Kuroki, yang lainnya mulai panik dan berdiskusi satu sama lain.
"Ada cukup banyak dari mereka yang mendekat. Kemungkinan mereka adalah makhluk yang kita temui siang tadi yang kini berubah menjadi zombie."
Kuroki menyadari hal itu karena dia mengenali orc yang mereka temui di siang hari di antara bayangan yang mengepung.
Siang tadi, Kuroki ikut serta dalam perburuan monster di hutan atas undangan Galios. Orc yang dia lihat saat itu pasti adalah orc yang sekarang menjadi zombie.
Mereka mengenakan pedang dan baju zirah yang rusak, sama seperti saat masih hidup. Tampaknya orc tersebut menggunakan barang-barang yang sebelumnya dimiliki oleh manusia.
Namun, Kuroki merasa ada perbedaan besar antara orc dari Nargol dan orc yang mereka temui siang tadi. Orc Nargol adalah prajurit yang terlatih dengan persenjataan yang seragam dan memiliki etiket yang baik, sementara orc siang tadi lebih seperti barbar yang liar dan kasar.
Secara teknis, Kuroki adalah sekutu dari monster karena dia dipanggil oleh Raja Iblis. Namun, orc liar ini membuatnya lebih berpihak pada manusia secara emosional.
Lagipula, orc yang mereka temui siang tadi memperlihatkan sikap permusuhan begitu melihat Kuroki dan kelompoknya. Mereka melihat kelompok Kuroki sebagai makanan lezat, sehingga mustahil bagi Kuroki untuk bersekutu dengan mereka.
Selain itu, monster di luar Nargol bukanlah bawahan Modes, jadi Kuroki merasa tidak akan dianggap mengkhianati Modes dengan melawan mereka.
Bayangan-bayangan itu bergerak mendekat dengan sangat lambat. Tampaknya menjadi zombie membuat pepohonan hutan menjadi penghalang besar bagi mereka, sehingga mereka sulit mencapai kelompok Kuroki.
Salah satu bayangan berhasil mendekati mereka.
"Hah!"
Kuroki mencabut pedang pendeknya dan menebas salah satu bayangan yang mendekat. Kuroki menggunakan pedang pendek karena dia tidak ingin memperlihatkan pedang iblis miliknya kepada yang lain. Pedang pendek itu dia bawa dari Nargol. Tidak seperti pedang iblis, pedang pendek ini adalah senjata biasa di dunia ini, dan Kuroki merasa lebih praktis menggunakan senjata biasa untuk hal-hal kecil.
Bayangan itu jatuh ke tanah, bergerak dengan tidak beraturan.
Semua orang berkumpul di sekeliling bayangan yang jatuh itu. Ternyata, itu adalah orc tanpa kepala dan kaki, tetapi meskipun kepalanya telah dipenggal, tubuhnya masih bergerak.
"Pasti ini zombie..."
Galios mengkonfirmasi sambil tetap waspada.
"Kenapa... Kenapa ada zombie lagi? Jangan-jangan ini ulah Striges lagi..."
Rember berbisik kebingungan.
"Jika ada zombie, pasti ada yang membuat mereka."
Nimri berkata, dan beberapa orang mengangguk. Kuroki ingat bahwa undead seperti zombie biasanya tidak muncul secara alami. Mereka biasanya diciptakan melalui necromancy. Ini berarti ada seseorang yang telah membuat zombie tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan? Mereka masih mendekat."
Kuroki berkata, dan semua orang mulai panik.
Meskipun zombie bergerak lambat, mereka bisa menjadi bahaya jika kelompok Kuroki dikepung. Untuk saat ini, mereka masih punya kesempatan untuk melarikan diri.
"Apa yang harus kita lakukan, Rember?"
Galios bertanya pada Rember.
Rember, sebagai komandan kelompok ini, harus membuat keputusan.
"Tentu saja kita mundur. Melawan undead di luar tembok tidak akan ada gunanya. Lebih baik kita berlindung di balik tembok dan menunggu sampai pagi."
Semua orang mengangguk setuju dengan keputusan Rember.
Zombie bergerak lambat dan lemah. Namun, karena mereka sudah mati, serangan dengan pedang atau tombak tidak terlalu efektif.
Anggota kelompok yang ada di sini mungkin hanya akan kelelahan jika bertarung dengan zombie. Meskipun Kuroki bisa menghabisi mereka semua, dia lebih memilih untuk tidak memperlihatkan terlalu banyak kemampuannya, karena dia masih menyembunyikan identitas aslinya.
Selain itu, semua undead sangat lemah terhadap cahaya matahari. Begitu terkena sinar matahari, mereka akan meleleh dan lenyap. Jadi, menunggu sampai pagi adalah cara yang lebih cepat daripada melawan mereka satu per satu.
Di antara para Priest tingkat tinggi, kabarnya ada yang mampu menciptakan cahaya matahari dengan sihir, namun di sini tidak ada yang bisa menggunakan sihir semacam itu.
Oleh karena itu, Rember memutuskan lebih baik kembali ke benteng dan bertahan daripada bertarung tanpa hasil.
Keputusan Rember membuat semua orang segera mulai mundur.
“Begitu banyak undead muncul, persis seperti sebulan yang lalu ketika para pahlawan datang!!”
Galios berteriak, dan Rember, Nimri, serta Stor mengangguk. Mereka semua berasal dari Kerajaan Rox.
Apakah sesuatu terjadi di masa lalu? Kuroki bertanya-tanya.
“Ya, mungkin ini ada hubungannya dengan para pahlawan,” jawab Nimri.
“Jadi, ada yang selamat dari Striges?”
“Kami tidak tahu apakah itu Striges… Namun, kenyataannya adalah seseorang telah menciptakan undead. Kita harus waspada.”
Mereka terus berbicara dalam perjalanan pulang. Kuroki, yang baru tiba di Kerajaan Rox kemarin, tidak memahami percakapan mereka. Ia benar-benar merasa terasing.
Namun, dari percakapan itu, ia menyimpulkan bahwa ini mungkin ada hubungannya dengan para pahlawan.
(Tepat pada saat itu, Reiji dan yang lainnya akan datang.)
Kuroki merasa sesuatu yang besar akan terjadi.
Chapter 5
The Arrival of the Hero 1
<Kedatangan Sang Pahlawan 1>
Kerajaan Rox terletak di pinggiran Dataran Bandol, dekat hutan pedalaman. Kerajaan ini berada di sepanjang jalan raya utama di bagian timur benua, sehingga ada banyak lalu lintas manusia. Diperintah oleh Raja Rocross VIII, populasinya sekitar 8.000 orang. Jika hanya itu saja, kerajaan ini tidaklah begitu istimewa.
Namun, ada dua hal yang membuat Kerajaan Rox unik dibandingkan dengan kerajaan lain. Pertama, kerajaan ini memiliki mata air panas, yang menarik banyak wisatawan. Kedua, di dekat kerajaan ini terdapat Gunung Suci Naga, tempat tinggal Raja Naga Perak. Kerajaan Rox sendiri didirikan ketika Raja Rox yang pertama mengadakan perjanjian dengan Raja Naga Perak, yang mengizinkan pendirian kerajaan di tanah ini.
Saat ini adalah perayaan hari jadi kerajaan, dan selama seminggu, Kerajaan Rox mengadakan festival. Selama festival ini, biaya masuk pemandian air panas dan penginapan dikurangi setengah, dan siapa pun bebas masuk ke kerajaan ini. Akibatnya, banyak orang berkunjung ke sini.
Pahlawan Reiji dan kelompoknya, yang terdiri dari para gadis, mengunjungi Kerajaan Rox untuk kedua kalinya dalam waktu yang tepat.
(Lebih ramai daripada kunjungan kami yang sebelumnya), pikir Chiyuki, yang merupakan salah satu rekan Reiji, sambil mengamati jalan utama.
Ini adalah kunjungan kedua mereka ke kerajaan ini. Mereka sebelumnya datang karena mendengar tentang mata air panas di kerajaan tersebut, sesuatu yang memiliki daya tarik kuat bagi mereka sebagai orang Jepang.
Sekitar sebulan lalu, mereka menunda misi mengalahkan Raja Iblis untuk menikmati mata air panas di Kerajaan Rox. Saat itu, mereka juga mengalahkan monster bernama Striges dan secara tidak sengaja menghancurkan tembok istana karena salah satu mantra Chiyuki yang meleset.
Pada kunjungan pertama, mereka tidak menyadari adanya Raja Naga Perak yang disebut-sebut tinggal di gunung dekat kerajaan. Bahkan kemampuan deteksi Nao tidak mendeteksi naga tersebut, mungkin karena ada semacam penghalang di sekitarnya.
(Aku ingin bertemu naga itu jika ada kesempatan), pikir Chiyuki.
Menurut desas-desus, Raja Naga Perak membawa keberuntungan, mirip dengan naga dari cerita Michael Ende. Tapi Chiyuki bertanya-tanya, mengapa Dark Knight mengincar tanduk Raja Naga Perak?
Sebenarnya, alasan utama kedatangan mereka kali ini adalah untuk melindungi tanduk Raja Naga dari Dark Knight. Beberapa hari yang lalu, Dewi Rena meminta Reiji untuk mencegah Dark Knight mendapatkan tanduk tersebut.
Tentu saja, para gadis keberatan dengan permintaan itu. Luka Reiji mungkin sudah sembuh berkat sihir Sahoko dan ramuan dari Dewi Obat-obatan, Fanacea, namun mereka tahu bahwa Dark Knight sangat kuat. Mereka ingin menghindari pertarungan sebisa mungkin.
Namun, Reiji, yang tidak bisa meninggalkan wanita dalam kesulitan, tidak dapat menolak permintaan Dewi Rena, meskipun ia hampir mati saat bertarung dengan Dark Knight sebelumnya.
(Aku harap Reiji bisa lebih memikirkan perasaan kami), pikir Chiyuki, khawatir bahwa Sahoko dan Shirone akan menangis lagi jika sesuatu yang buruk terjadi pada Reiji.
Karena itu, Chiyuki sengaja bergerak perlahan.
Alasannya adalah agar mereka tidak bertemu dengan Dark Knight yang telah mengalahkan Reiji.
Namun, rencana Chiyuki meleset, tampaknya Dark Knight belum mendapatkan tanduk Raja Naga Suci.
Chiyuki melihat lonceng yang diberikan oleh Rena.
Rena dan para malaikatnya telah memasang alat alarm di sekitar Gunung Naga Suci, mirip dengan yang ada di Kuil Rena. Lonceng itu akan berbunyi jika seseorang menerobos pengaman tersebut.
Lonceng pemberian Rena itu belum berbunyi.
Akhirnya, karena lonceng tidak berbunyi, mereka sampai tepat waktu.
Chiyuki lalu bertanya-tanya.
Bagaimana Rena bisa mengetahui tindakan Dark Knight?
Apakah Rena menempatkan mata-mata di Nargol?
Dan mengapa Dark Knight mengincar tanduk Raja Naga Suci?
Tentu saja, jika ia berencana untuk mencuri tanduk Raja Naga Suci Perak yang dikenal membawa keberuntungan suci, pasti ada niat jahat di baliknya.
Namun, Chiyuki tetap tidak bisa memahami motif di balik tindakan Dark Knight.
Mereka berjalan melewati gerbang tembok kota dan menuju jalan utama Kerajaan Rox.
Mereka hanya bisa membawa kereta sampai dekat gerbang, jadi mereka menitipkan kereta pada penjaga. Perjalanan ke kastil Rox harus dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Saat mereka mulai berjalan, Chiyuki merasakan banyak tatapan yang tertuju pada mereka.
Banyak orang berkumpul untuk melihat rombongan pahlawan.
Di tengah kerumunan itu, Chiyuki merasakan tatapan yang tidak nyaman.
Para ksatria dari Kuil yang datang untuk melindungi mereka dari Republik Suci Lenaria mengusir para pria di jalan agar rombongan mereka bisa lewat.
Berbeda dengan sebelumnya, Chiyuki berpikir membawa pengawal kali ini adalah keputusan yang tepat.
“Ugh, Chiyuki-san… aku benar-benar merasa malu…”
Shirone yang merasa tidak nyaman dengan tatapan itu hampir menangis.
“Jangan katakan itu… Aku juga berusaha untuk tidak memikirkannya.”
Chiyuki melihat Shirone dan berpikir bahwa pakaian yang dikenakannya sangat minim, hampir seperti pakaian dalam.
Shirone mengenakan armor bikini, yang sangat cocok dengan tubuhnya yang proporsional, meskipun dia sendiri tampaknya tidak menyukainya.
Namun, Chiyuki tidak bisa mengkritik penampilan Shirone karena pakaiannya sendiri tidak lebih baik. Saat ini, ia mengenakan rok hitam yang sangat mini dengan gaya gothic lolita, di mana jika dia sedikit membungkuk, celana dalamnya bisa terlihat. Ia harus berhati-hati dalam bergerak.
Alasan mengapa Chiyuki dan yang lainnya mengenakan pakaian yang memalukan ini adalah untuk memancing pelaku mesum yang pernah mengincar Kyouka.
Karena alat pemanggil yang dihancurkan oleh Dark Knight, mereka tidak bisa kembali ke dunia asal mereka.
Ketika menyadari hal ini, mereka merasa sangat putus asa.
Seolah berada di taman bermain yang luar biasa, tetapi jika tidak bisa keluar dan pulang, taman bermain itu tidak akan terasa menyenangkan lagi.
Itulah situasi mereka saat ini.
Namun, masih ada harapan untuk kembali ke dunia asal.
Mereka tahu bahwa ada orang lain yang memiliki alat pemanggilan selain Rena.
Tentu saja, mereka berencana untuk mencari orang tersebut.
Namun, orang itu tampaknya memiliki hubungan dengan pelaku mesum yang pernah mengincar Kyouka.
Oleh karena itu, langkah pertama mereka adalah berusaha menangkap pelaku mesum itu.
Itulah alasan mengapa mereka semua mengenakan pakaian yang memalukan untuk memancing sang pelaku keluar.
Awalnya hanya Kyouka yang akan menjadi umpan, tetapi setelah Kyouka protes dan Reiji mengatakan bahwa pelaku mungkin tertarik pada orang lain selain Kyouka, mereka akhirnya memutuskan bahwa semua orang harus melakukannya demi memastikan keberhasilan rencana ini.
Karena itu, semua wanita di kelompok Chiyuki harus mengenakan pakaian yang sangat memalukan.
Chiyuki merasa Reiji mungkin punya motif tersembunyi, tetapi karena mereka tidak punya petunjuk lain dan tidak ada cara lain yang lebih efektif untuk memancing si mesum itu, mereka akhirnya setuju dengan usulan Reiji.
Nyatanya, banyak orang mesum yang mendekati mereka.
Chiyuki merasa jumlah pria yang mendekatinya meningkat tiga kali lipat saat mereka berjalan di kota.
Namun, orang yang mereka incar itu belum juga muncul.
Chiyuki berharap si Mesum itu segera muncul.
(Sampai kapan aku harus memakai pakaian ini? Pada akhirnya, aku bahkan harus mengenakannya di Kerajaan Rox…)
Chiyuki melihat pakaian yang dikenakan oleh yang lain selain Shirone.
Pertama, Nao yang mengenakan gaun mini cheongsam dengan telinga kucing. Belahan gaun itu menonjolkan kaki ramping Nao dan sangat cocok dengannya.
Rino mengenakan pakaian cheerleader. Chiyuki berpikir bahwa Rino yang imut sangat cocok dengan pakaian itu.
Rino memang sering mengenakan pakaian terbuka, jadi pakaian ini tidak terlalu berbeda dari pakaian biasanya.
Sebagai seorang model, Rino tidak merasa malu sama sekali mengenakan pakaian seperti itu.
Kyouka mengenakan pakaian penari. (TL Note: semacam penari india/arab)
Pakaian yang paling mencolok di antara mereka, yang dirancang agar si mesum tertarik padanya.
Karena orang itu sebelumnya mengincar Kyouka, wajar jika Kyouka memakai pakaian yang menarik perhatian.
Kyouka memiliki tubuh yang paling proporsional di antara mereka, dengan dada yang penuh dan pinggang yang ramping, sehingga pakaiannya pasti akan menarik perhatian para pria.
Meskipun Kyouka awalnya enggan mengenakan pakaian itu, setelah Reiji membujuknya, ia akhirnya setuju.
Meskipun mereka saudara kandung, pandangan Kyouka tentang seksualitas lebih konservatif dibandingkan Reiji. Dia tidak suka mengenakan pakaian yang terlalu terbuka, meskipun anehnya, dia pernah mengenakan pakaian renang yang mencolok. Standar Kyouka dalam hal ini agak membingungkan.
Kaya mengenakan pakaian pelayan mini. Kaya adalah pelayan di rumah Kyouka, dan dia tampaknya terbiasa mengenakan pakaian pelayan, sehingga cara dia mengenakannya sangat anggun. Stoking putih di bawah rok mininya menonjolkan kaki indahnya.
Melihat Kaya, Chiyuki berpikir. Dia bertanya-tanya mengapa Kaya begitu setia pada Kyouka?
Bahkan setelah datang ke dunia ini, hubungan antara Kyouka dan Kaya tidak berubah. Mereka terlihat lebih dari sekadar pelayan dan majikan.
Chiyuki menduga ada sesuatu di balik hubungan mereka.
Namun, karena ini adalah urusan orang lain, Chiyuki tidak merasa pantas untuk bertanya.
Terakhir adalah Sahoko, yang mengenakan kostum kelinci putih. Kostum ini dirancang untuk menonjolkan dada, dan karena Sahoko memiliki dada terbesar di antara mereka, hasilnya sangat mencolok.
Meskipun Sahoko memiliki tubuh yang sedikit lebih berisi dibandingkan Kyouka, kostum itu masih cukup untuk menarik perhatian para pria. Bahkan, beberapa orang mungkin lebih menyukai Sahoko dibandingkan Kyouka.
Bagian bawahnya memiliki potongan tinggi yang memperlihatkan bagian tubuh yang sangat pribadi, dan Sahoko hampir menangis mengenakannya. Kain putihnya sedikit transparan, memperlihatkan bagian yang seharusnya tidak terlihat. Pakaian ini benar-benar tidak layak dikenakan di depan umum. Jika itu aku, aku tidak akan pernah memakainya. Namun, Sahoko tidak bisa menolak permintaan Reiji, sehingga dia terpaksa mengenakan pakaian itu.
Chiyuki menghela napas saat melihat semua orang kecuali Reiji.
(Kenapa di dunia ini ada pakaian seperti ini? Aku ingin memukul orang yang membuatnya.)
Tatapan dari orang-orang mulai membuatnya tidak nyaman. Chiyuki harus menahan diri agar tidak menggunakan sihir ledakan (Explosion) untuk menghancurkan para pria yang menatap mereka.
Chiyuki melihat ke arah Reiji.
Dia tampak menikmati melihat mereka.
Reiji yang dikenal oleh Chiyuki adalah orang yang terbuka tentang ketertarikan seksualnya.
Namun, meskipun dia tidak memaksakan kehendaknya pada para gadis, dia juga tidak akan menolak jika ada kesempatan.
Jika Chiyuki dan yang lainnya benar-benar menolak, dia mungkin akan menghentikan rencana ini.
Dan jika Chiyuki atau yang lainnya dalam bahaya, Reiji pasti akan menjadi orang pertama yang melindungi mereka. Begitulah Reiji.
Namun, dengan ksatria yang melindungi mereka sekarang, sepertinya tidak ada pria yang berani mengganggu mereka.
Selain itu, Chiyuki dan yang lainnya jauh lebih kuat daripada orang-orang di dunia ini, jadi mungkin Reiji tidak perlu turun tangan.
Tidak lama kemudian, mereka tiba di istana kerajaan Rox.
Istana itu kecil, jauh lebih kecil dibandingkan dengan Kuil Rena di Republik Suci Lenaria.
Penghuni istana ini tidak lebih dari seratus orang.
Namun, untuk kerajaan dengan populasi sekitar 8.000 orang, ukuran istana ini sudah cukup.
Alasan Chiyuki dan yang lainnya datang ke istana ini adalah untuk bertemu dengan raja.
Umumnya, para pelancong biasa tidak akan bertemu dengan raja, namun sebagai pahlawan yang dipilih oleh dewi dan teman-temannya, mereka adalah orang penting.
Sangat wajar bagi Raja untuk menyambut para pahlawan.
"Selamat datang, Pahlawan Reiji dan para istrinya."
Begitu mereka memasuki istana, Raja Rox menyambut mereka.
"Ya, kami akan merepotkanmu lagi," jawab Reiji dengan santai, seolah sudah biasa.
Sebagai pahlawan yang dipilih oleh Dewi Rena, Reiji memiliki otoritas tinggi di wilayah ini.
Oleh karena itu, sikap Reiji dan yang lainnya seperti ini dianggap wajar.
Meskipun awalnya Chiyuki merasa tidak enak, lambat laun ia merasa hal itu menjadi biasa.
Namun, hal itu sedikit mengganggu pikiran Chiyuki.
"Reiji-sama, sudah lama tidak bertemu."
Seorang gadis di samping Raja Rox menyapa Reiji.
Gadis itu adalah Almina, putri Raja Rox.
Ini adalah pertemuan kedua Reiji dengannya.
Dahulu, Almina hampir diculik oleh Striges, yang membawa bencana bagi negeri ini.
Namun, berkat Reiji yang mengalahkan Striges, Almina berhasil diselamatkan.
Sejak saat itu, Almina sangat mengagumi Reiji.
"Sudah lama ya, Almina. Bagaimana kabarmu?"
Mendengar hal itu, Almina tampak sangat senang. Ia menatap Reiji dengan mata basah.
"Ya, Reiji-sama. Almina baik-baik saja."
Tatapan Almina pada Reiji penuh dengan perasaan cinta.
Melihat hal itu, Chiyuki hanya bisa menghela napas.
Reiji memiliki wajah tampan, sehingga banyak wanita yang tertarik padanya.
Meskipun dia tidak memaksa siapa pun, jika seorang wanita bersedia, Reiji mungkin tidak akan menolak.
Saat Reiji dan Almina bertukar tatapan penuh gairah, Chiyuki melihat ke samping dan melihat Sahoko dan Rino tampak tidak senang.
Nao hanya bisa menghela napas, merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Di sisi lain, Shirone, Kyouka, dan Kaya tampak tenang.
Ini mencerminkan perbedaan hubungan mereka dengan Reiji.
Saat Reiji dan Almina sedang menikmati pertemuan mereka, seorang pria muncul.
Pria itu adalah perdana menteri negeri ini, seseorang yang pernah ditemui Chiyuki sebelumnya.
"Mohon maaf, Mengenai tempat menginap untuk Reiji-sama... Kami cukup kesulitan karena kedatangan Anda cukup mendadak..."
Karena pemberitahuan dari Dewi Rena begitu mendadak, Chiyuki dan yang lainnya tidak sempat memberikan pemberitahuan sebelumnya.
Sehingga, persiapan untuk menyambut mereka belum selesai, dan perdana menteri tampak cemas.
Perdana menteri lalu melihat ke belakang, ke arah para ksatria kuil yang datang untuk melindungi mereka dan sekarang berbaris dengan rapi.
Jika termasuk mereka, rombongan ini sangat besar, dan tidak mungkin menampung semuanya.
"Jangan khawatir soal itu," kata Kaya yang maju, sepertinya dia memahami situasi dari sikap perdana menteri.
"Oh!? Anda adalah Kaya-sama!!" Perdana menteri tampak terkejut setelah menyadari kehadiran Kaya yang sebelumnya tersembunyi di balik bayangan Reiji.
"Kita bertemu lagi, Perdana Menteri, terakhir kali sekitar dua minggu yang lalu," kata Kaya.
Mendengar hal itu, Chiyuki dan yang lainnya, kecuali Kaya, terkejut.
"Eh? Kaya-san? Jadi, kamu sudah ke negeri ini dua minggu yang lalu?"
"Ya, Chiyuki-sama. Saya ke sini untuk urusan bisnis, bertemu dengan Perdana Menteri."
Kaya tersenyum penuh arti.
"Urusan bisnis? Sekarang aku ingat, kamu memang mendirikan beberapa perusahaan saat kami tidak ada. Aku tidak menyangka kamu telah merambah hingga ke Kerajaan Rox..."
Chiyuki teringat bahwa selama mereka pergi untuk mengalahkan Raja Iblis, Kaya terlibat dalam berbagai bisnis.
"Ya, jadi tidak perlu khawatir. Saya sudah mengurus akomodasi dan hal-hal lainnya. Bukankah begitu, Perdana Menteri?"
Perdana Menteri mengangguk, meski tampak sedikit pucat. Ada rasa takut terlihat diwajahnya.
(Apa yang sebenarnya terjadi!?)
Semua orang, kecuali Kaya, bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Ya, vila untuk Kyouka-sama sudah disiapkan dengan baik," kata Perdana Menteri.
"Baiklah, terima kasih, Perdana Menteri. Mari kita pergi," ajak Kaya.
"Baik, Almina. Sampai nanti," kata Reiji kepada Almina.
"Ya, Reiji-sama," jawab Almina.
Kemudian, Chiyuki dan yang lainnya meninggalkan istana Rox dan menuju ke sebuah vila yang terletak cukup dekat diluar istana.
Chapter 6
The Arrival of the Hero 2
<Kedatangan Sang Pahlawan 2>
Dengan dipandu oleh Kaya, Chiyuki dan Reiji serta yang lainnya menuju ke pinggiran Kerajaan Rox. Sebuah rumah besar terlihat di atas bukit kecil.
"Apa ini?" tanya Chiyuki dengan rasa penasaran kepada Kaya.
"Ini adalah vila, Chiyuki-sama. Saya membangunnya di negara ini di mana sumber air panas tersedia untuk Ojou-sama dan semua orang," jelas Kaya.
Sementara Chiyuki dan yang lainnya berpetualang, Kaya telah terjun ke dunia perdagangan dan mendapat sukses besar. Tentu saja, alasan Kaya berkecimpung dalam perdagangan dan menghasilkan banyak uang adalah demi Kyouka, sehingga lebih tepat dikatakan kalau Kyouka yang menjadi kaya raya berkat keterampilan pembantu setianya itu. (TL Note: Super Maid :v)
Meskipun Chiyuki dan yang lainnya terkejut dengan betapa cepatnya Kaya menjadi sultan, Kaya mengakui kalau dia menggunakan nama pahlawan guna menghasilkan uang dengan lebih efisien, yang tidak mungkin dilakukannya di dunia asal mereka.
Kaya tidak membayar pajak sama sekali dalam bisnisnya. Pemerintah Republik Suci Lenaria tidak dapat mengenakan pajak kepada adik perempuan seorang pahlawan, dan di negara lain, penggunaan nama pahlawan juga mencegah mereka mengenakan pajak. Jadi, semua penghasilan mereka menjadi keuntungan bersih. Karena itu, Kyouka menjadi sangat bergelimpang harta berkat kecakapan bisnis Kaya. Kaya bahkan mengakui bahwa dia menggunakan beberapa cara yang licik untuk menghasilkan banyak uang.
Saat ini, sebuah mansion besar telah dibangun di Republik Suci Lenaria untuk Kyouka. Dua minggu yang lalu, Kaya juga membeli vila di Rox, negara dengan mata air panas. Kaya juga telah membeli properti di negara lain, dan vila di Rox hanyalah salah satu dari banyak yang dia miliki.
Saat membeli vila ini, Kaya bertemu dengan perdana menteri kerajaan ini. Awalnya, mata air panas di negara ini adalah monopoli keluarga kerajaan Rox, dan seharusnya tidak ada yang diizinkan memilikinya. Namun, Kaya berhasil mengubah peraturan tersebut.
Chiyuki membayangkan situasi saat itu dan merasa kasihan pada perdana menteri.
(Meski begitu, bukankah seharusnya aku bersyukur karena kita mendapatkan vila dengan mata air panas berkat usaha Kaya?) pikir Chiyuki. Dia memutuskan untuk menerimanya karena sudah terjadi.
Kaya melanjutkan penjelasannya. Vila ini awalnya adalah salah satu fasilitas mata air panas milik kerajaan yang dibeli dua minggu lalu dan diubah menjadi rumah besar. Meskipun renovasi belum selesai, vilanya cukup besar sehingga para pengawal juga bisa menginap di sana. Chiyuki dan yang lainnya merasa lega karena akhirnya mereka bisa beristirahat setelah perjalanan panjang.
"Selamat datang, Nona," sambut tiga gadis pelayan ketika mereka masuk ke vila, sambil menundukkan kepala.
Chiyuki mengenali mereka. Mereka adalah pelayan yang dipekerjakan oleh Kaya, bukan berasal dari dunia yang sama seperti Chiyuki dan yang lainnya, melainkan gadis-gadis yang dipekerjakan di Republik Suci Lenaria. Kaya merekrut gadis-gadis berbakat sebagai pelayan, dan karena mereka bisa berada di dekat Reiji, banyak yang mendaftar. Dari sana, Kaya memilih yang terbaik berdasarkan penampilan dan kemampuan.
Setelah dipandu ke kamar, Chiyuki dan yang lainnya mengganti pakaian vulgar mereka dan berkumpul di salah satu ruangan vila untuk mengadakan pertemuan. Meskipun Reiji tampak kecewa karenanya, Chiyuki memutuskan untuk mengabaikannya.
"Baiklah, mari kita bicarakan rencana ke depan," kata Chiyuki.
Dalam ruangan itu, hanya ada Chiyuki dan yang lainnya dari dunia lain. Tidak ada pengawal atau pelayan, karena mereka akan membahas hal-hal penting dan meminta orang lain meninggalkan ruangan.
"Apakah ada orang mencurigakan?" tanya Chiyuki.
Beberapa orang mengangguk.
"Seperti biasa, banyak orang yang mencurigakan," jawab Rino.
Namun, Chiyuki tahu bahwa orang yang dianggap mencurigakan oleh Rino biasanya hanyalah pria yang memandang dengan tatapan genit, jadi dia menganggap itu tidak penting.
"Kita abaikan saja orang-orang tidak penting seperti itu... Kita tidak punya waktu untuk mengurusi mereka. Bagaimana dengan kamu, Nao?"
Chiyuki kemudian bertanya kepada Nao, yang memiliki kemampuan deteksi terbaik di antara mereka. Kemampuan deteksi ini mencakup deteksi benda, sihir, musuh, dan racun. Beberapa orang seperti Reiji, Shirone, dan Kaya bisa mendeteksi benda, sementara Chiyuki dan Kyouka bisa mendeteksi sihir, dan Shirone serta Kaya bisa mendeteksi musuh. Namun, Nao memiliki keempat kemampuan tersebut. Meskipun kemampuan deteksi sihir Chiyuki lebih unggul, untuk deteksi benda dan musuh, Nao adalah yang terbaik di antara mereka. Jika Nao tidak bisa mendeteksi sesuatu yang mencurigakan, kemungkinan besar tidak ada yang mencurigakan.
"Banyak yang mencurigakan, tapi tidak ada yang sepertinya relevan dengan yang kita cari, Chiyuki-san," jelas Nao.
Dia merasakan adanya niat jahat, tapi itu biasanya berasal dari para gadis penggemar Reiji, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tatapan genit para pria juga sudah menjadi hal biasa.
"Kalau begitu, bagaimana dengan Dark Knight?" tanya Chiyuki.
Mendengar nama itu, suasana langsung berubah. Wajar saja, karena Dark Knight itu adalah musuh yang berhasil mengalahkan Reiji, pahlawan terkuat di antara mereka, dan Shirone tidak mampu melawannya. Bagi Chiyuki dan yang lainnya, Dark Knight adalah ancaman terbesar saat ini. Tujuan mereka datang ke Kerajaan Rox adalah untuk menghentikan rencana Dark Knight, yang mencoba mengambil tanduk Raja Naga Suci.
Chiyuki tidak sepenuhnya memahami tujuan Dark Knight, tetapi dia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi dunia ini. Meskipun demikian, Chiyuki tidak terlalu ingin melawan Dark Knight. Dia tidak ingin melihat teman-temannya dalam bahaya. Lagipula, para dewa Elios tidak melakukan apa-apa. Hanya Rena yang bergerak. Chiyuki merasa bahwa mempertaruhkan nyawa mereka untuk urusan dunia ini adalah hal yang salah.
Namun, dia tahu bahwa Reiji kemungkinan besar akan memenuhi permintaan Rena. Jika Reiji bergerak, Chiyuki dan gadis-gadis lainnya juga tidak akan punya pilihan selain ikut, yang berarti pertempuran tak akan terhindarkan.
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Chiyuki adalah mencoba memperlambat langkah mereka. Sebenarnya, mereka bisa sampai di Kerajaan Rox lebih cepat, tetapi Chiyuki sengaja memperlambat perjalanan mereka untuk menghindari pertempuran dengan Dark Knight. Namun, pada akhirnya mereka tetap tiba.
"Sulit mengatakan apakah Dark Knight sudah sampai atau belum," jawab Nao. Meskipun dia sudah menggunakan kemampuan deteksi sepanjang perjalanan, dia tidak menemukan tanda-tanda Dark Knight dalam radius dua kilometer. Mungkin Dark Knight bersembunyi di balik penghalang, tetapi kemungkinan besar ksatria itu belum tiba di kerajaan ini.
"Kalau saja dia menunjukkan niat jahat, pasti bisa kita deteksi..." kata Shirone.
Shirone, Kaya, dan Nao bisa mendeteksi niat jahat, tetapi jika Dark Knight tidak menunjukkan niat itu, mereka tidak bisa mendeteksinya. Bahkan saat bertarung melawan Dark Knight, Shirone tidak mendeteksi apa-apa.
(Mungkin bagi Dark Knight, Shirone-san bahkan tidak dianggap sebagai musuh. Pikirkan saja, Dark Knight hanya menyerang Reiji. Bisa jadi Reiji adalah satu-satunya yang dianggap sebagai musuh) pikir Chiyuki. Dengan demikian, dia menyimpulkan bahwa deteksi musuh tidak bisa diandalkan.
"Haruskah kita menyelidiki daerah ini lagi?" usul Nao.
"Tidak perlu. Aku tidak ingin mengusik sarang lebah tanpa alasan. Jika Dark Knight datang untuk mengambil tanduk itu, lonceng ini akan memberi tahu kita," jawab Chiyuki sambil menunjukkan lonceng di tangannya. Mereka tidak perlu bertindak terlalu aktif.
"Benar. Kita sudah berada di negara yang punya mata air panas, jadi mari kita bersantai," kata Reiji dengan nada ceria.
"Aku setuju. Untuk saat ini, mari kita beristirahat dan merasakan mata air panas ini selagi bisa," Chiyuki merasa bahwa untuk pertama kalinya dia setuju dengan Reiji. Setelah menghadapi banyak hal buruk—hampir kehilangan nyawa, tidak bisa pulang, dan dipaksa memakai pakaian aneh—ini adalah saat yang tepat untuk beristirahat. Mendengar hal ini, teman-teman Reiji juga tertawa.
"Benar, kita harus bersantai dan menikmati mata air panas ini," kata Kyouka, dan semua orang setuju. Dengan itu, pertemuan pun berakhir, dan mereka memutuskan untuk menikmati mata air panas.
Chapter 7
Reunion with The Goddess
<Pertemuan Kembali dengan Dewi>
Setelah para pahlawan tiba di negeri ini, Kuroki berkumpul bersama Rember dan yang lainnya di depan mansion tempat para pahlawan akan tinggal untuk melindungi mereka.
Kuroki teringat pakaian yang dikenakan Shirone dan teman-temannya.
(Pakaian mereka sangat menakjubkan...)
Penampilan mereka sudah tersimpan di dalam "folder" khusus di otaknya, siap diingat kapan saja. Para pria di jalanan juga menatap mereka tanpa berkedip. Tak heran, Kuroki sendiri hampir terseret oleh pesona mereka.
Sudah lama sejak terakhir kali dia melihat sesuatu yang menggugah seperti itu, sampai-sampai tubuh bagian bawahnya bereaksi tak terkendali. Saat ini, jika tidak disembunyikan oleh jubahnya, Kuroki akan tampak seperti seorang cabul.
Di Nargol, tempat dia tinggal, sangat jarang ada rangsangan seperti ini. Di sekelilingnya, hanya ada makhluk non-manusia. Satu-satunya wanita yang mirip manusia, Daemon atau Dark Elf, adalah pengikut Mona, dan karena Mona tidak menyukainya, dia tidak bisa mendekati mereka.
Kuroki lalu teringat pada Regena, sang putri manusia yang diselamatkannya beberapa waktu lalu. Sebagai budak, Kuroki bebas melakukan apapun padanya, tapi Kuroki menolak melakukannya, mengingat masa depan Regena.
Setelah mengambil tanggung jawab atas dirinya, Kuroki berniat untuk menjaga Regena dengan baik. Dia berencana mengembalikannya ke masyarakat manusia tanpa cacat agar dia bisa bahagia dengan calon suaminya di masa depan.
(Meski begitu, berjalan dengan suasana seperti ini sangatlah sulit)
Kuroki berpikir apakah sebaiknya dia pergi ke tempat hiburan dewasa, sebagaimana yang dia rencanakan pada awalnya ketika bercanda tentang hal itu di pemandian air panas kemarin. Namun, dia merasa membayar wanita untuk kesenangan itu tidaklah benar.
(Semua ini salah Shirone dan teman-temannya. Bagaimana mungkin Shirone mengenakan pakaian yang memperlihatkan pantatnya begitu saja!)
Dulu, mereka sering mandi bersama ketika masih kecil, tapi setelah tumbuh dewasa, dia bahkan tidak pernah melihat Shirone dalam pakaian renang. Kuroki kagum secara diam-diam pada perubahan fisik sahabat masa kecilnya. Tubuhnya kini lebih berkembang, dengan dada yang membesar dan pinggang yang ramping, yang membuat jantungnya berdebar kencang.
Dia bertanya-tanya apakah Shirone sering berpakaian seperti itu di depan Reiji tanpa sepengetahuannya. Wajah Reiji muncul di benaknya, tampak bangga saat berjalan di jalanan.
Reiji seolah-olah berkata kepada semua pria di sekitar, "Lihatlah, kalian tak bisa berjalan dengan wanita secantik ini, bukan?" Kuroki berpikir bahwa para pria di jalan pasti mendoakan hal buruk terjadi pada Reiji.
(Aku sangat iri pada Reiji. Bahkan jika aku meminta, Shirone tidak akan pernah berpakaian seperti itu untukku. Jika aku mencoba, dia pasti akan langsung memukulku.)
Sambil memikirkan hal itu, Kuroki mulai merasa lebih tenang. Kekacauan di dalam dirinya perlahan mereda.
"Ada apa, Kuro?"
"Tidak apa-apa, Galios-san."
Kenalannya, Galios, bertanya dengan cemas, tapi Kuroki hanya bisa menjawab tidak ada apa-apa.
"Kupikir Rember agak terlambat. Mungkinkah ada masalah?"
Rember sedang mengatur tugas pengawalan di dalam mansion. Sementara itu, Kuroki dan yang lainnya menunggu di luar.
"Mungkin mereka sedang membicarakan tentang zombie semalam. Sepertinya ada yang selamat dari Striges."
"Striges? Makhluk yang kita bicarakan tadi malam, bukan, Galios-san?"
"Benar, Kuro. Mungkin zombie tadi malam dikendalikan oleh Striges."
Kuroki mengingat apa yang diceritakan Galios semalam. Striges adalah makhluk yang memiliki tubuh seperti gabungan burung hantu dan wanita manusia. Mereka mirip dengan suku harpy yang tinggal di Pegunungan Tengah atau suku siren yang muncul di laut selatan.
Perbedaannya adalah Harpy memiliki sayap elang, Sirene memiliki sayap burung laut, sedangkan Striges memiliki sayap burung hantu.
Striges aktif di malam hari, mungkin karena merupakan persilangan antara burung hantu dan manusia wanita.
Tapi jika hanya itu, tidak ada bahaya yang perlu dikhawatirkan. Kengerian Striges terletak dari fakta bahwa mereka juga menghisap darah manusia dan sebagai karakteristik ras mereka, mereka sangat mahir dalam sihir necromancy.
Pada titik tertentu, sekelompok Striges membangun menara di dekat kerajaan Rox dan menetap di sana.
Banyak orang dari negara-negara sekitar meninggal karena Striges. Hal yang sama berlaku untuk kerajaan Rox ini.
Tembok kota yang tinggi tidak ada artinya di hadapan para wanita yang memiliki sayap dan terbang di langit.
Para Striges tidak bisa bergerak di siang hari, jadi jika hendak mengalahkan mereka, penyerangan harus dilakukan selagi hari masih terang. Namun, pada siang hari, Striges bersembunyi di menara, dan ketika para penyerang masuk kedalam menara, mereka terhalang oleh jebakan cerdik dan mayat hidup yang dipanggil oleh para Striges, sehingga penaklukannya tidak berjalan dengan baik.
Kuroki tidak tahu apakah itu adalah berkah tersembunyi, tetapi Striges tidak berniat memusnahkan manusia yang dianggap makanannya, dan tidak melakukan apa pun yang akan menyebabkan kehancuran negara-negara sekitarnya. Tapi tetap ada pengorbanan.
Suatu hari, Para Striges mencoba menculik Almina, seorang putri dari Kerajaan Rox, untuk dipersembahkan kepada dewa yang mereka puja.
Tentu saja Rember dan Galios melawan.
Tapi Striges kuat dan mereka tak berdaya.
Dan pada waktunya, Seorang Pemberani muncul dan berhasil menyelamatkan Almina.
Itu adalah pahlawan Reiji dan teman-temannya.
Reiji dengan mudah membasmi ratusan musuh undead, Dia menggunakan sihir untuk menciptakan pseudo-Sun dan memusnahkan undead dalam sekejap. (TL Note: Sihir Matahari Buatan)
Ketika mereka sampai di menara tempat tinggal Striges, mereka memusnahkan setiap anggota keluarga Striges.
Sejak hari itu, Striges yang menghuni menara itu telah musnah.
Seharusnya begitu.
Mungkin, masih ada yang selamat dari pembasmian Striges dimasa lalu, dan itulah mengapa zombie muncul lagi selama festival. Namun, sulit bagi orang-orang Rox untuk menghadapi para Striges. Makanya mereka hendak meminta bantuan pahlawan.
Kuroki menduga Rember dan Para pahlawan sedang membahas hal ini.
"Tampaknya itulah alasan mengapa dia terlambat. Oh, lihat, Galios-san. Sepertinya Rember telah kembali."
Rember akhirnya kembali dengan wajah muram, menandakan sesuatu telah terjadi.
"Maafkan aku, semuanya. Meski sudah berkumpul, tampaknya kita tidak dibutuhkan untuk pengawalan."
Rember meminta maaf kepada semua orang yang telah berkumpul, dan Galios menghiburnya.
“Yah, tidak bisa dihindari, Rember. Bahkan jika kamu berusaha keras, itu tetap tidak akan berhasil.”
Rember menjelaskan bahwa para kesatria kuil yang datang bersama para pahlawan menolak bantuan mereka. Mereka bahkan meminta Rember dan yang lainnya untuk berpatroli saja, memastikan tidak ada ancaman bagi para pahlawan.
Tampaknya para kesatria kuil meremehkan mereka.
Tentu saja, Kuroki juga tidak terlalu peduli.
Beberapa Freedom Fighter telah yang berkumpul marah, tapi Galios berhasil membujuk mereka.
Sepengetahuan Kuroki, Ksatria Kuil Republik St. Lenaria adalah yang terkuat di bagian timur benua.
Dan Dua puluh dari ksatria itu telah datang, Kuroki merasa bahwa tidak akan ada kesempatan bagi mereka untuk muncul.
Rember tampak sedih, tapi Kuroki berpikir ini mungkin hal yang baik.
Dengan demikian, Rember tidak membutuhkan orang sebanyak itu untuk berpatroli, sehingga ia pun membubarkan para Freedom Fighter.
Yang tersisa hanyalah Kuroki dan Galios.
“Aku akan pergi dengan Rember dan berpatroli, tapi apa yang akan kamu lakukan, Kuro?”
Galios bertanya pada Kuroki.
“Baiklah, saya akan berpatroli sendiri. Dan jika tidak menemukan masalah, saya juga ingin melakukan tur festival.”
“Terima kasih banyak, Kuro-dono”.
Saat Kuroki mengatakan itu, Rember berterima kasih padanya karena telah membantu.
“Tidak masalah, Lord Rember.”
Jawab Kuroki dan hendak pergi.
“Oh ya, Kuro. Ketika Kau selesai berpatroli, mengapa tidak mencoba menggaet seorang wanita yang datang ke negara ini?”
Ketika Kuroki mengatakan itu dan hendak pergi, Galios tiba-tiba mengatakan kepadanya untuk mengundang seorang wanita.
“Banyak wanita-wanita cantik yang datang ke negara ini untuk berkunjung. Dapatkanlah salah satu dari mereka, Kuro” kata Galios.
(Aku sudah mengatakannya, aku belum pernah menjemput seorang gadis sebelumnya... Atau apakah Aku terlihat begitu menyedihkan?)
Kuroki akan lebih berhati-hati mulai sekarang. Tampaknya keterpurukannya terlihat jelas diwajahnya.
Kuroki yakin toko semacam itu di negara ini pasti sukses besar saat ini karena mereka melihat wanita-wanita pahlawan. Sekarang, pria yang telah dirangsang oleh inferioritas mereka pasti bergegas masuk.
“Um, aku akan mencoba yang terbaik...”
Kuroki mengatakan dengan senyum masam.
Pertama-tama, kata-kata Galios tampak seperti lelucon, jadi Kuroki tidak terlalu memperdulikannya.
Kemudian Kuroki mulai berjalan. Seperti yang Dia katakan, Kuroki akan pergi berpatroli dan melihat-lihat.
“Jika semuanya berjalan dengan baik, bawa Dia ke Rumah dan beri tahu Peneloa”
Teriak Galios dari balik punggung Kuroki.
Kuroki tidak punya pilihan selain melambai ke belakang.
(Baiklah, saatnya mulai berpatroli, meskipun tampaknya bodoh untuk melindungi Reiji dan yang lainnya. Tapi Aku sudah berjanji pada Rember, jadi Aku akan tetap melakukannya)
Kuroki naik ke puncak tembok kota, gedung tertinggi di negara ini, dan melihat pemandangan kota Kerajaan Rox.
Sejak datang ke dunia ini, penglihatan Kuroki telah meningkat secara signifikan.
Dia dapat melihat setiap detail dari apa yang orang lakukan bahkan dari atas dinding kastil.
(Aku akan melihat apakah ada orang yang mencurigakan)
Kuroki melihat di tengah jalan utama. Ada sekelompok orang di sana yang mengatakan hal-hal yang tampak berbahaya.
Mereka adalah Fans berat Sasaki Rino, sekumpulan orang fanatik, yang pernah dilihatnya di Republik St. Renaria. Mereka memegang bendera bergambar Rino di atasnya.
(Apakah mereka datang mengejarnya hingga ke tempat ini?... Mereka orang-orang berbahaya, tetapi bahkan seorang ksatria kuil pasti dapat berurusan dengan mereka. Aku tinggalkan saja yang itu...)
Kuroki tertegun dan mencoba melihat sesuatu yang berbeda, tetapi Dia malah menemukan sesuatu yang aneh.
(Sekarang aku memikirkannya, mengapa ada kerumunan di sekitar mereka?)
Kuroki melihat dari dekat dan memperhatikan.
Mereka menjual potret gadis-gadis di sisi Reiji. Tidak hanya Rino, tapi semua orang termasuk Shirone. Dan itu adalah potret kostum yang mereka kenakan hari ini.
Itu mungkin diproduksi secara massal sebagai cetakan dengan alat sihir khusus atau semacamnya. Sepertinya mereka menjual beberapa salinan.
Kuroki menggigit kenaifannya sendiri ketika dia hampir mengabaikan informasi penting seperti itu.
(Sial, Aku hampir melewatkannya. Oke, Aku akan beli nanti)
Selanjutnya, Kuroki melihat ke kanan. Ketika dia mencari seseorang secara khusus, Kuroki menemukan sekitar lima ksatria kuil.
Ini kedua kalinya Kuroki bertemu dengan para ksatria kuil itu. Mereka memakai baju besi seragam yang sama dengan yang mereka kenakan ketika dia menyerbu Kuil Rena.
(Kenapa mereka di sini? Aku hanya bisa menduga kalau mereka tengah bergiliran mengistirahatkan pengawalan... Tapi, sepertinya Ada yang salah)
Pada pandangan pertama, mereka tampaknya berkelahi dengan seorang pria biasa.
Kuroki mencoba mendengarkan percakapan mereka. Sepertinya ada perselisihan mengenai seorang pelacur.
(Ksatria Kuil bersumpah setia pada Dewi Rena dan seharusnya tidak tertarik pada wanita lain, tapi bukankah itu sebenarnya letak masalahnya? Nah, jika Kau berada di sisi Shirone dan cewe lainnya yang mengenakan pakaian seperti itu, Kau jelas memukul Ular, dan rangsangannya pasti benar-benar gila. Ini lebih merupakan reaksi wajar sebagai manusia)
Kuroki berpura-pura bahwa dia tidak melihat para ksatria kuil yang mengendur, dan akhirnya melihat ke kiri.
Sepertinya tidak ada sesuatu yang khusus.
Namun, ada satu pengunjung yang tampaknya seorang wanita menarik perhatiannya. Wanita itu mengenakan tudung dan menyembunyikan wajahnya. Penampilannya sama dengan para turis lainnya.
Tapi, untuk beberapa alasan, Kuroki tidak bisa mengalihkan pandangan dari Wanita itu.
Kuroki bertanya-tanya mengapa Dia tidak bisa mengalihkan pandangan darinya dan terus menatapnya. Ada sesuatu yang terasa familiar tentangnya. Dan ketika dia menyadarinya, hatinya berdegup kencang. Dia akhirnya tahu identitas asli Wanita itu dan sangat terkejut.
(Aku tidak akan pernah menyadarinya seandainya Aku tidak dengan sengaja memperhatikannya!? Mengapa dia ada di sini?? Aku tidak pernah menyangka bahwa orang yang benar-benar berbahaya bagi para pahlawan akan datang!)
Kuroki bergegas menuruni dinding kastil dan berlari.
Dia segera berlari ke arah wanita itu. Wanita itu tampak terkejut ketika menyadari pendekatan yang ia lakukan.
"Ah... Dark Knight!?"
"Sudah lama tidak bertemu, Dewi Rena," ucap Kuroki sambil membungkuk di hadapannya.
Kuroki membungkuk di depan wanita itu. Wanita itu, meskipun berusaha menyamar sebagai manusia biasa, tak bisa menyembunyikan identitasnya dari Kuroki. Dia adalah Dewi Kebijaksanaan dan Kemenangan dari Elios, salah satu dari 3 Kecantikan Dunia, Dewi Rena.
Chapter 8
Holiday of the Goddess
<Liburan Sang Dewi>
Dewi Elios, Rena, sedang berjalan menyusuri jalanan Kerajaan Rox.
Sambil berjalan, dia memikirkan Alter Egonya, Cloningan dari Dirinya, yang juga merupakan seorang Dewi.
Mona.
Itu adalah nama Dewi Tiruan yang diciptakan oleh Raja Iblis Modes dari rambut Rena. Dengan kata lain, Mona adalah replika Rena.
Bagaimana Rena mengetahui tentang keberadaan Mona?
Alasannya adalah karena Modes tidak berusaha menyembunyikan keberadaan Mona, dan ada sesuatu dalam kehadiran Mona yang membuatnya menonjol.
Entah kenapa, mulai suatu hari, informasi yang diketahui Mona mulai muncul dalam mimpi Rena. Rena menduga itu karena Mona adalah cloningannya. Namun, informasi hanya mengalir dari Mona ke Rena, dan bukan sebaliknya. Mona tampaknya tidak sadar bahwa Rena mengetahui informasi yang dia miliki.
Melalui Mona, Rena mendapatkan banyak informasi tentang Nargol, meski terkadang dia mengetahui hal-hal yang sebenarnya tidak ingin dia ketahui. Misalnya, dia tahu tentang hubungan intim Modes dan Mona yang berlangsung setiap malam. Rena merasa jijik melihat tubuh buruk rupa Modes dalam mimpinya, yang baginya seperti mimpi buruk.
Rena merasa putus asa dan memutuskan mensummon para Pahlawan dari Dunia lain, Reiji dan kelompoknya, untuk mengalahkan Modes. Namun, rencananya gagal total karena Modes juga melakukan sihir Pemanggilan, Dia mensummon Dark Knight.
Dalam upaya untuk mengatasi Dark Knight, Rena mencoba berkonsultasi dengan dewi ramalan, Casa, tetapi bahkan Casa tidak tahu cara mengalahkannya. Kekuatan ramalan Casa hanya memungkinkan dia untuk melihat masa depan yang paling mungkin dari banyak kemungkinan, bukan benar-benar meramalkan masa depan.
Dia tidak bisa melihat masa depan yang tidak ada atau tidak mungkin. Selain itu, itu adalah kemampuan yang cukup tidak stabil, dan tampaknya berbahaya untuk menggunakannya terlalu banyak. Akibatnya, Rena tidak bisa lagi mengandalkan Casa.
Rena menyadari bahwa dia harus mengatasi masalah ini sendiri.
Namun, informasi yang dia dapatkan tentang Nargol hanya terbatas pada apa yang diketahui Mona. Modes jarang berbicara dengan Mona tentang hal-hal penting, dan kadang-kadang, informasi yang didapat Mona pun tidak akurat.
Mona bahkan tidak mengetahui tentang pemanggilan Dark Knight sampai saat terakhir. Hal ini bukan karena Modes tidak mempercayai Mona, tetapi karena Modes hanya menginginkan kenyamanan dari Mona dan tidak ingin berbicara tentang masalah Nargol.
Namun, Rena mendapatkan informasi penting bahwa Dark Knight sedang menuju ke Tempat Silver Holy Dragon King untuk mengambil tanduknya, yang berpotensi digunakan untuk membuat Dewi cloningan Rena lagi. Rena tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Namun, Dark Knight terlalu kuat. Rena menyadari bahwa dengan hanya mengandalkan para Valkyrie, pasukan malaikat wanita di bawah komandonya, akan sulit untuk menghentikan Dark Knight. Valkyrie lebih lemah dibandingkan dengan Ksatria Suci yang telah dihancurkan oleh Dark Knight.
Rena memutuskan untuk meminta bantuan Reiji dan kelompoknya. Rencananya adalah memasang penghalang di pintu masuk gua tempat Raja Naga Suci Perak tinggal sehingga mereka bisa mengetahui ketika Dark Knight masuk. Setelah itu, mereka akan membiarkan Dark Knight mengambil tanduk Raja Naga Suci, kemudian Reiji dan kelompoknya akan mencegatnya saat dia keluar dari gua, sementara para Valkyrie akan mencuri tanduknya.
Rena memberikan lonceng peringatan kepada Reiji dan memberi tahu mereka untuk segera menuju gua Raja Naga Suci Perak jika lonceng berbunyi. Ketika para Valkyrie melaporkan bahwa Dark Knight telah mencapai Rox, Rena bergegas ke sana menggunakan Airship (Kapal Terbang).
Namun, meski dia telah memberi tahu Reiji sebelumnya, mereka baru tiba hari ini. Rena marah, merasa mereka seharusnya bisa datang lebih cepat dengan kekuatan mereka.
Bukan hanya Reiji, tetapi semua orang yang berasal dari Dunia lain sangatlah kuat. Mereka memiliki kekuatan yang setara dengan para dewa.
Rena dan dewa-dewa Elios lainnya memperlakukan mereka sebagai manusia. Karena, mereka tidak dapat diperlakukan sebagai dewa.
Hal ini karena memerlukan persetujuan dari Raja Dewa Odis dan dewa-dewa lainnya untuk menyambut mereka.
Juga, karena mereka tidak memiliki karakteristik ras, mereka tidak dapat diperlakukan sebagai ras atas seperti malaikat atau elf.
Akibatnya, mereka hanya bisa diperlakukan sama seperti manusia, ras yang lebih rendah. Padahal mereka memiliki kekuatan yang setara dengan Dewa. Oleh karena itu, ada kalanya mereka sulit untuk ditangani Rena.
Rena berpikir bahwa kemungkinan besar Chiyuki adalah alasan keterlambatan mereka, karena dia tidak ingin Reiji bertarung melawan Dark Knight. Jika Reiji menolak bertarung, itu akan menjadi masalah besar bagi Rena.
(Aku harus menggunakan ini jika Dia terus menghalangi.)
Rena meraba botol kecil di sakunya.
Di dalamnya adalah ramuan cinta yang bisa membuat siapa pun yang meminumnya jatuh cinta pada orang pertama yang mereka lihat. Itu adalah ramuan sihir yang sangat kuat. Rena berencana memberikannya kepada Chiyuki.
Ramuan ini sangat berbahaya dan telah dilarang di Elios. Jika digunakan pada seseorang, mereka akan mencintai orang tersebut selamanya tanpa bisa dipatahkan oleh sihir dari luar. Ramuan yang bahkan bisa memperbudak seseorang.
Awalnya, ramuan ini direncanakan untuk digunakan pada Reiji saat dia dipanggil, jika dia menolak bekerja sama. Namun, Reiji langsung mendengarkan, jadi ramuan itu tidak digunakan.
Rena kini berpikir bahwa seharusnya dia menggunakan ramuan itu pada Chiyuki dari awal. Namun, ada batasan pada ramuan tersebut. Target harus merupakan makhluk yang setidaknya dapat merasakan cinta pada objek yang mereka lihat. Misalnya, jika seekor monyet diberi ramuan ini dan diperlihatkan seekor anjing, ramuan tersebut tidak akan bekerja, kecuali monyet tersebut memiliki preferensi aneh.
Dan meskipun mereka berasal dari ras yang sama, jika mereka terlalu jauh dari preferensi orang yang mereka cintai, efektivitas mereka akan sedikit melemah dan mereka hanya akan menjadi lebih ramah.
Selain itu, jika target memiliki kekebalan sihir yang kuat, dosis yang lebih besar diperlukan untuk efek yang optimal.
(Berapa banyak yang harus ku berikan pada Chiyuki?)
Rena berpikir.
Ramuan ini sangat kuat, sehingga satu tetes cukup untuk manusia biasa. Sayangnya, Chiyuki memiliki kekebalan setingkat dewa, jadi sepertinya dibutuhkan dosis yang lebih banyak.
Ramuan ini sangat berbahaya, dan begitu habis, Rena tidak akan bisa mendapatkannya lagi. Jika Rena menggunakan ramuan ini pada sesama dewa di Elios, dia akan menghadapi hukuman berat.
Karena belum pernah digunakan kepada para dewa, jadi sulit untuk mengatakan seberapa efektif itu akan bereaksi bagi orang-orang dengan resistensi kekebalan sihir yang setara para dewa.
Namun, jika ramuan ini bekerja, meskipun hanya sementara, Rena dapat menggunakan sihir pengendalian pikiran pada Chiyuki selama dia dalam keadaan rentan. Karena itu, Rena memutuskan untuk menggunakan ramuan tersebut.
(Reiji dan kelompoknya harus bertarung melawan Dark Knight! Aku tidak bisa membiarkan tanduk Raja Naga diambil!)
Rena merasa sedikit panik, tetapi untungnya, Dark Knight bergerak perlahan. Meskipun Reiji dan kelompoknya terlambat, mereka masih bisa mengejar situasi.
Namun, Rena tidak tahu di mana posisi Dark Knight saat ini. Para Valkyrie tidak memiliki keahlian dalam pengintaian, sehingga sulit untuk melacak pergerakan musuh.
Rena memutuskan untuk pergi sendiri ke Kerajaan Rox untuk memberikan ramuan cinta kepada Chiyuki dan sekaligus menyelidiki situasi. Meski para Valkyrie ingin menemaninya, mereka akan terlalu mencolok, jadi Rena memutuskan untuk pergi sendiri.
Rena menyuruh Para Valkyrie menunggu bersama Airship di lokasi terpencil agar Dark Knight tidak menyadarinya.
Setidaknya, Dia bisa bergerak lebih sembunyi-sembunyi dibandingkan dengan para Valkyrie. Meskipun sebenarnya, Rena sendiri tidak ahli dalam menyembunyikan diri. Namun, dia yakin bahwa dia tidak akan terdeteksi oleh manusia yang tidak memiliki kemampuan sensor yang kuat.
Masalahnya adalah Dark Knight. Rena tidak tahu seberapa kuat kemampuan deteksinya.
Dia bisa dengan mudah untuk menemukan Rena jika memiliki kemampuan setara dengan Nao. Bahkan, meskipun itu tidak sekuat Nao, jika Rena terdeteksi secara sadar, akan mudah untuk menemukannya asalkan Dark Knight memiliki kemampuan setara Shirone atau Kaya.
Tingkat kemampuan anti-persepsi milik Rena hanya memiliki kekuatan sebanyak itu.
Karena itu, Rena menjadi waspada dan berhati-hati. Dengan menyembunyikan diri, Rena memasuki Kerajaan Rox.
Dia mengikuti arah sihir yang berasal dari lonceng yang dia berikan kepada Reiji dan kelompoknya.
Rena menelusuri jalanan Kerajaan Rox. Jalan Raya sangat Ramai dengan turis karena festival.
Namun, belum jauh Dia berjalan, Rena harus berhenti.
Seseorang tiba-tiba muncul menghalangi jalannya.
(Siapa ini?)
Rena terkejut melihat wajah orang tersebut. Dia mengenalinya dari pertemuan singkat mereka di kuilnya di masa lalu. Rambut hitam pekat, wajah putih tirus yang tampan, dan dua mata hitam seperti kristal.
“Ah...”
Orang yang cukup sering Dia pikirkan akhir-akhir ini dan juga orang yang paling tidak ingin Dia temui saat ini.
“Dark Knight!?”
Orang yang berdiri di depan Rena adalah Dark Knight dari dunia lain. Musuh terbesarnya saat ini.
(Tidak mungkin, aku ditemukan secepat ini!)
Rena benar-benar merasa sial.
"Sudah lama tidak bertemu, Dewi Rena," sapa Dark Knight.
Rena merasa bahwa dia tidak akan bisa melarikan diri.
Chapter 9
The Dark Knight and The Goddess
<Kesatria Kegelapan dan Dewi>
Chiyuki dan rekan-rekan wanita dari kelompok pahlawan berendam di pemandian air panas di dalam rumah besar itu.
Pemandian air panas tersebut luas dan nyaman. Kaya memiliki fasilitas pemandian air panas yang cukup kecil, namun masih cukup besar untuk menampung beberapa orang sekaligus, meskipun saat ini hanya dipakai oleh enam orang. Mereka bahkan bisa berenang di dalamnya.
"Ada apa, Nao?"
Saat berendam, Nao terus memandangi Chiyuki.
"Aku hanya berpikir kalau rambut Chiyuki-san itu sangat indah."
"Oh, terima kasih."
Chiyuki sudah beberapa kali dipuji soal rambutnya. Meski sudah sering dipuji, ia tetap merasa senang mendengarnya.
"Seperti yang diharapkan dari seorang penyihir yang bergelar Black Haired Sage (Sang Bijak Berambut Hitam)."
Julukan “Black Haired Sage” adalah gelar yang diberikan kepada Chiyuki. Di dunia ini, orang-orang terkenal sering dipanggil dengan dua nama atau julukan. Chiyuki bukan satu-satunya yang memiliki dua nama. Shirone dipanggil “Sword Maiden” , dan Rino kadang-kadang disebut “Fairy Dancer”.
Chiyuki memperhatikan kedua orang itu. Ketika dilihatnya, mereka berdua mendekat.
"Hei, kalian lagi ngomongin apa?"
Rino bertanya.
"Kami baru saja membicarakan betapa indahnya rambut Chiyuki-san."
"Benar, rambut Chiyuki-san memang sangat indah. Aku jadi iri."
"Aku juga merasa rambut Shirone-san sangat indah."
"Betul sekali. Terutama saat dia sedang mengayunkan pedangnya, rambut kuncir kudanya berputar dengan anggun. Memang layak disebut 'Sword Maiden'."
Saat Nao memujinya, Shirone terlihat sedikit malu.
"Sepertinya keren juga ya, punya julukan 'Sword Maiden'."
Rino tampak sedikit iri.
"Aku pikir 'Fairy Dancer' juga julukan yang bagus."
"Benar! Shirone-san dan Rino-chan punya dua nama yang bagus. Aku juga ingin punya satu…"
Sebenarnya, Nao tidak memiliki julukan. Di dunia asalnya, dia dipanggil "Anak Liar", tapi Chiyuki memutuskan untuk tidak mengungkit hal itu.
"Lebih baik tidak diberi julukan aneh."
Rino melihat dua orang yang berdiri sedikit jauh. Di sana ada Kyouka dan Kaya. Julukan Kyouka adalah "Explosion Princess" karena pernah menggunakan sihir ledakan di tengah kota. Dia sendiri tidak menyukai julukan itu.
"Benar juga…"
Nao mengangguk setuju.
"Ngomong-ngomong soal julukan, apa yang sedang dilakukan oleh Hero of Light dan White Saint sekarang?"
Rino bertanya tentang dua orang yang tidak ada bersama mereka saat ini.
"White Saint sedang menyiapkan makan malam."
White Saint yang dimaksud adalah Sahoko. Karena rumah besar ini masih memiliki sedikit pelayan, Sahoko-lah yang bertugas memasak. Dikatakan bahwa koki dari istana Rox juga datang untuk membantu. Dari antara mereka, hanya Sahoko dan Kaya yang bisa memasak. Ketika mereka sedang bepergian, Sahoko yang paling sering memasak. Sahoko mahir dalam memasak masakan rumahan, sementara Kaya bisa membuat hidangan mewah yang layak disajikan di pesta.
Chiyuki juga bisa memasak, tapi kemampuannya tidak sebanding dengan mereka berdua. Rino, Nao, dan Kyouka sama sekali tidak tertarik memasak, bahkan enggan menyentuh bahan makanan. Sementara Shirone, meskipun bersedia memasak, hasil masakannya kurang enak. Tentu saja, ini bukan sesuatu yang pantas diucapkan di depannya.
Chiyuki teringat akan masa lalu. Suatu waktu, Shirone pernah membawa kue kering yang terlalu asin. Shirone bermaksud memberikannya kepada Reiji, tapi Reiji menolak memakannya, mungkin karena terbiasa dengan masakan Sahoko.
Akhirnya, kue itu diberikan kepada teman masa kecil Shirone, yang memakannya dengan senang hati. Chiyuki sempat khawatir, bertanya-tanya apakah perut anak itu baik-baik saja. Chiyuki belum pernah bertemu dengan teman masa kecil Shirone, tapi menurut Rino, anak itu cukup tampan, meskipun tidak setampan Reiji.
Lantas, apa yang sedang dilakukan Reiji sekarang?
"Aku tidak tahu apa yang sedang dilakukan Pahlawan Cahaya," jawab Chiyuki.
Sebenarnya, Chiyuki telah memasang penghalang sihir kuat di kamar mandi untuk mencegah siapapun mengintip. Masalahnya, penghalang itu juga membuatnya sulit mendeteksi apa yang terjadi di luar. Jadi, tak ada yang bisa merasakan gerak-gerik Reiji.
(Tidak hanya Reiji, aku juga tak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Dark Knight dan Rena. Apa yang mereka lakukan sekarang?)
Chiyuki memikirkan hal itu saat dia berendam lebih dalam.
◆
Tepat disaat Chiyuki tengah memikirkan Dark Knight dan Rena di pemandian air panas.
Dark Knight, Kuroki, sedang berjalan beriringan dengan Rena di jalan utama Kerajaan Rox.
Jalanan dipenuhi kios-kios dan banyak orang berjalan di sana. Melihat kios-kios tersebut, Kuroki teringat festival di Jepang. Meskipun sudah lama dia tidak pergi ke festival, dulu dia sering pergi ke festival musim panas bersama Shirone. Sejak Shirone berhenti menemaninya, dia juga berhenti pergi ke festival.
Karena menurut Kuroki, lebih menyenangkan pergi ke festival bersama gadis yang manis.
Meski lebih beresiko, situasinya saat ini juga mirip seperti itu.
Kuroki menoleh ke samping, melihat seorang wanita berjalan di sebelahnya. Wanita itu mengenakan tudung yang menutupi wajahnya, hanya memperlihatkan bagian mulutnya. Tapi Kuroki tahu betul bahwa di balik tudung itu, wajahnya sangat cantik.
Dewi Rena.
Dialah yang memanggil Shirone dan yang lainnya. Ini adalah pertemuan kedua Kuroki dengannya. Apa yang dia lakukan di sini? Apa dia merencanakan sesuatu terhadap Shirone dan kelompoknya?
Awalnya, Kuroki berencana untuk tidak terlibat lagi dengan Shirone dan yang lainnya. Namun, dia diminta untuk menjadi pengawal pahlawan dan mengawasi apakah ada musuh yang berniat mencelakai mereka. Kuroki merasa tugas ini tidak akan sulit karena Reiji dan kelompoknya sangat kuat.
Namun, saat melihat Rena dari tembok istana, Kuroki terkejut. Meskipun mengenakan tudung, dia yakin itu adalah Rena. Kuroki tahu dia tidak bisa membiarkannya begitu saja, karena menurutnya Rena adalah ancaman terbesar bagi kelompok pahlawan. Jadi, dia muncul di hadapan Rena. Meski begitu, Kuroki belum tahu apa yang harus dilakukan setelah ini. Untuk saat ini, dia memutuskan untuk mencari tahu alasan Rena berada di sini.
"Agak memaksa ya, kamu," kata Rena sedikit mencela sambil berjalan bersamanya.
Kuroki teringat kembali percakapan mereka sebelumnya. Saat dia bertanya kepada Rena mengapa berada di sini, Rena menjawab bahwa dia hanya ingin melihat festival. Kuroki tentu tidak percaya, dan dia pun memutuskan untuk ikut serta, meski dengan paksa.
(Ini seperti ngajak jalan, ya, kalau bukan karena niat menyelidiki, aku pasti tidak akan melakukan hal ini.)
Namun, kenyataan tidaklah semanis itu. Rena adalah sosok yang sangat berbahaya, dan Kuroki tidak bisa lengah di hadapannya.
"Aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja," jawab Kuroki dengan jujur.
"Hmm, begitu ya."
Rena sedikit menaikkan tudungnya, menatap Kuroki dengan mata indahnya. Tatapannya membuat jantung Kuroki berdegup lebih cepat. Pesona Rena sangat kuat. Kuroki berusaha tetap waspada, agar tidak terhanyut.
"Baiklah, aku izinkan kau menemaniku," kata Rena, lalu mulai berjalan lagi.
Kuroki terus mengikutinya. Berjalan bersama wanita cantik melewati festival memang menyenangkan, tapi ini jauh dari sesuatu yang bisa disebut sebagai kencan.
Chapter 10
Date with The Goddess
<Kencan dengan Dewi>
Kuroki dan Rena terus berjalan bersama di jalanan Kerajaan Rox.
"Orang-orang di sini banyak sekali, sulit untuk berjalan," kata Rena saat mereka berjalan.
"Ini kan festival... jadi, kita semua harus sedikit bersabar agar semua orang bisa menikmatinya," jawab Kuroki, mencoba menenangkannya.
"Ya," jawab Rena dengan nada agak kesal.
(Karena Rena adalah dewi, mungkin dia tidak terbiasa bersabar) pikir Kuroki. Dia pun berusaha melindungi Rena agar tidak tersenggol orang lain di keramaian.
"Ups," Kuroki menarik Rena lebih dekat saat hampir bertabrakan dengan seseorang. Meskipun dia mencoba menjadi pelindung, keramaian membuat mereka harus berjalan sangat dekat satu sama lain.
(Baunya harum!) pikir Kuroki saat mencium aroma Rena. Itu adalah momen langka baginya untuk sedekat ini dengan seorang wanita, dan itu membuatnya gugup.
"Hei, apa-apaan ini!" seru Rena.
"Maaf, Rena," jawab Kuroki.
"Selama ini, aku tidak pernah mengizinkan seorang pria menyentuhku seperti ini," kata Rena.
"Maafkan aku, tapi kita tidak bisa mengusir orang dengan kekuatan" balas Kuroki.
Keramaian memang membuat mereka harus mempertimbangkan satu sama lain. Tapi tampaknya, sebagai seorang dewi, Rena tidak merasa perlu untuk melakukannya.
"Baiklah, lepaskan aku sekarang," perintah Rena, dan Kuroki dengan sedikit enggan melepaskannya.
"Semuanya menghalangi jalan, bisakah kau menyingkirkan itu?" kata Rena sambil menunjuk stan-stan penjual di sepanjang jalan.
"Tidak, itu semua bagian dari festival," jawab Kuroki sambil menggelengkan kepala.
“Hah?”
Rena tampak bosan dan tidak terkesan. Sikap acuh tak acuhnya mulai membuat Kuroki merasa sedikit tertekan. Jika ini adalah kencan sungguhan, mungkin Kuroki sudah menyerah sejak awal.
(Apa dia benar-benar datang ke sini untuk menikmati festival?) Kuroki mulai meragukan niat Rena.
"Ah? Apa yang mereka jual di sana?" tanya Rena sambil menunjuk salah satu stan yang menarik perhatiannya. Banyak pria berkumpul di sekitarnya, dan Kuroki ikut mengintip di antara kerumunan. Di sana, terlihat lukisan-lukisan Shirone dan yang lainnya, mengenakan kostum yang mereka kenakan hari ini. Gambar-gambar disana cukup bersifat cabul. Kuroki hampir terpana melihatnya, tapi dia menahan diri di depan Rena.
"Mereka adalah penggemar Rino, ya?" tanya Rena.
"Mungkin," jawab Kuroki ragu-ragu, tidak tahu bagaimana mendeskripsikan mereka.
"Orang-orang dari Dunia luar disembah seperti kami, para dewa? Sungguh tidak masuk akal," Rena tampaknya tidak senang dengan kenyataan bahwa orang selain para dewa dipuja.
"Kau ingin salah satu lukisan itu, kan?" tanya Rena dengan nada yang terdengar sedikit mengejek, sambil menunjuk salah satu lukisan Shirone.
(Jujur, aku ingin satu) pikir Kuroki, tapi tentu saja dia tidak bisa mengatakannya di depan Rena. Dia pun berusaha menghindari pandangan ke arah lukisan itu dan menatap Rena.
"Tidak, karena kau di sini," kata Kuroki mencoba terlihat setia pada Rena. Rena terkejut mendengar jawabannya.
"Benarkah?" kata Rena dengan nada yang tidak menyangka.
Mata mereka bertemu, dan Kuroki hampir meleleh saat melihat tatapan Rena. Setelah sejenak berpikir, Rena tersenyum dan berkata, "Tentu saja, aku lebih cantik daripada siapapun, kan?"
Kuroki merasa jantungnya berdetak kencang, tapi berusaha untuk tetap tenang. Senyuman seorang Dewi memang berdampak besar.
“Ayo pergi, Dark Knight”
Rena mengajak Mereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Rena tampak sedikit lebih senang. Suasana hatinya yang buruk sampai sekarang telah membaik. Melihatnya, Beban dibenak Kuroki juga terasa lebih ringan.
"Aku punya ide," kata Rena tiba-tiba sambil berbalik. "Bagaimana kalau aku mengenakan kostum seperti di lukisan itu nanti?"
"Apa?!?" Kuroki terkejut mendengarnya.
(Kau serius?!) Kuroki menjerit dalam hatinya. Rena dengan tubuhnya yang indah dan pakaian itu? Pikiran Kuroki mulai melayang.
(Jika Rena benar-benar melakukannya, pakaian siapa yang lebih baik? Apakah pakaian Shirone terlihat bagus? Atau yang dipakai adiknya Reiji, seorang gadis bernama Kyouka, lebih baik? Tidak!! Seharusnya baju kelinci putih yang dipakai Yoshino Sahoko!! Itu akan sangat cocok untuknya!!)
Tapi sebelum pikirannya berlarut lebih jauh, Rena tertawa kecil dan berkata, "Aku hanya bercanda... kau sangat mudah ditebak."
"Ugh," Kuroki merasa malu. Rena terus berjalan, dan Kuroki dengan cepat mengejarnya.
Tak lama kemudian, mereka melihat sepasang pria dan wanita berjalan di depan mereka. Dua orang itu menggunakan tudung guna menutupi identitas. Tapi Kuroki menyadari identitas dari Pria itu. Dia menyembunyikan wajahnya dengan tudung, tetapi tinggi dan suasananya membuatnya jelas. Dia adalah Reiji. Tapi wanita yang bersamanya tidak dikenali Kuroki.
(Lho, siapa wanita itu? Bukan Shirone atau party Pahlawan yang lain) pikir Kuroki penasaran.
Kuroki melihat wanita di sebelah Reiji.
Dari apa yang Kuroki lihat, dia tampak seperti wanita dengan status tertentu. Dia mungkin cukup cantik.
Kuroki sedikit cemburu.
Wanita yang berjalan bersama Reiji memiliki suasana yang menyenangkan.
(Mereka memiliki suasana yang manis. Sangat berbeda dari Kami)
Tidak seperti Reiji dan Wanita itu, Kuroki dan Rena tidak memiliki suasana manis sama sekali. Bahkan, bisa dikatakan bahwa mereka adalah musuh.
Meskipun Kuroki juga memiliki keindahan disisinya, tapi suasana diantara mereka sama berbedanya dengan langit dan bumi.
Pasangan itu tampak memiliki hubungan yang intim, berbeda dengan suasana antara Kuroki dan Rena.
"Apa itu Reiji?" tanya Rena, juga memperhatikan pasangan itu.
Mereka mengikuti pasangan itu ke jalan yang lebih sepi, hingga akhirnya masuk ke kawasan yang sepertinya merupakan wilayah lampu merah.
(Apa?! Kita di area lampu merah?) Kuroki merasa canggung, menyadari bahwa mereka sudah terlalu jauh mengikuti Reiji.
Ketika Kuroki melihat sekeliling, dia sudah melihat beberapa wanita dengan banyak paparan tubuh.
Sejujurnya, Kuroki penasaran dengan apa yang dilakukan Reiji dan pasangannya, tapi karena Dia saat ini sedang bersama Rena, Kuroki merasa itu bukan ide yang baik untuk melangkah lebih jauh.
"Ayo Kita kembali, Rena. Aku pikir lebih baik tidak melangkah lebih jauh..." kata Kuroki cemas, mencoba mengajak Rena keluar dari tempat itu.
"Baiklah, kalau kau bilang begitu," jawab Rena tanpa banyak protes, yang sedikit mengejutkan Kuroki.
(Apakah kamu benar-benar tidak peduli dengan Reiji?)
Kuroki bertanya-tanya, tetapi karena Rena setuju untuk kembali, Dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi.
Sambil berjalan kembali, mereka melihat sekelompok ksatria dengan lambang angsa putih di pakaian mereka—lambang dari Republik Suci Lenaria, yang melayani dewi Rena.
"Apa yang mereka lakukan di sini?" pikir Kuroki, lalu berkata, "Itu adalah ksatriamu, Rena."
"Mereka bukan ksatriaku, hanya ksatria dari kuil," jawab Rena dengan nada dingin. "Mereka tidak cukup baik untuk menjadi ksatriaku."
Mendengar itu, Kuroki merasa kasihan pada para ksatria tersebut.
“Jika itu Kamu, Aku pikir Kamu akan layak menjadi Ksatriaku. Bagaimana menurutmu? Tentu saja lebih baik daripada Reiji.”
Rena berkata kepada Kuroki sambil memandangnya.
Kuroki pun menatap Rena.
Mendengar kata-kata itu, hatinya berdebar. Dia merasa sangat senang mendengar kata-kata itu.
Seolah ada duri yang tercabut dari hatinya. Kuroki senang karena dia merasa lebih dihargai daripada Reiji. Walau demikian, dia menyadari bahwa perasaan itu adalah sebuah rasa bersaing yang bodoh. Kuroki bertanya-tanya sampai kapan dia akan terus memikirkan hal ini.
(Aku memang punya sifat yang tidak mau kalah. Karena itu, sejak hari itu aku terus mengasah kemampuan pedangku. Aku juga menjaga penampilanku agar bisa menyamai dia sedikit demi sedikit. Namun, seberapa keras aku berusaha, aku tidak pernah benar-benar percaya diri...)
Itulah sebabnya hati Kuroki terguncang mendengar kata-kata Rena.
(Namun...)
Kuroki menggelengkan kepalanya, mencoba menenangkan pikirannya.
Dia tidak boleh terbuai. Rena tidak bisa dipercaya. Meskipun dia cantik dan membisikkan kata-kata manis, Kuroki tahu dia tidak boleh jatuh dalam perangkapnya.
Karena itu, Kuroki menggelengkan kepala.
"Aku menghargai tawaranmu, tetapi aku tidak bisa menjadi ksatriamu. Lagipula, apakah orang yang mudah mengkhianati Tuannya layak disebut ksatria?"
Kuroki menolak tawaran Rena.
"Benar juga, ksatria yang mudah berkhianat memang tidak pantas disebut ksatria."
Rena sepertinya menerima penolakan Kuroki. Sikap itu membuat Kuroki merasa lega. Dia sempat khawatir kalau Rena akan menjadi marah, tetapi ternyata tidak.
Meskipun begitu, Kuroki merasa dirinya tidak layak disebut seorang ksatria. Bahkan jika Rena bisa dipercaya dan tidak ada masalah dengan Modes, dia tetap akan menolak.
"Apa yang kau lihat?!"
Seseorang memanggilnya.
Kuroki menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang ksatria kuil mendekatinya. Ksatria kuil itu mungkin orang yang dilihatnya dari atas tembok. Seingat Kuroki, mereka tadi bertengkar tentang seorang wanita yang mirip pelacur. Namun, sekarang tidak ada wanita di sekitar mereka. Mungkin wanita itu berhasil melarikan diri.
Ksatria kuil itu mendekat, lalu melihat ke arah Kuroki dan kemudian ke arah Rena yang berdiri di sampingnya. Tampaknya dia menyadari kehadiran Rena. Kuroki merasa terkejut, karena Rena sedang menggunakan kemampuan penyamaran. Ksatria ini mungkin memiliki kekuatan sihir yang cukup besar untuk menyadarinya.
"Kau membawa wanita. Apakah dia kekasihmu?"
Ksatria kuil yang pertama mendekat bertanya dengan nada seperti menginterogasi, yang membuat Kuroki sedikit jengkel.
"Tidak, bukan..."
"Oh, jadi kau membawa seorang wanita ke sini meskipun dia bukan kekasihmu?"
Sebenarnya, Kuroki tidak membawa Rena ke sini atas kehendaknya sendiri. Dia ingin bertanya tentang apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang yang seharusnya mereka lindungi, tetapi dia menahan diri.
"Apa masalahnya?"
"Hmph, kau pasti menipu wanita itu untuk membawanya ke sini. Namun, sial bagimu, karena aku menemukannya."
Ksatria kuil itu mulai mengganggu Kuroki.
Saat itu, Rena menutupi wajahnya dengan tudung, sehingga wajahnya tidak terlihat. Kuroki berpikir untuk memberi tahu ksatria itu bahwa wanita ini adalah Dewi yang mereka layani. Namun, karena Rena sedang menyamar, Kuroki tidak mengatakan apa-apa. Rena hanya diam, mengawasi situasi dari samping.
"Saat ini kami sedang berpatroli untuk memastikan tidak ada orang yang melawan Pahlawan. Kau bukan salah satunya, bukan?"
"Tidak, aku tidak..."
"Mencurigakan. Orang yang melawan Pahlawan biasanya adalah orang-orang Mesum sepertimu. Tapi kali ini aku akan membiarkanmu pergi. Cepat pergi dari sini!"
Ksatria kuil itu melambaikan tangannya, seolah-olah mengusir Kuroki seperti seekor anjing.
"Anda selamat, Nona. Itu adalah tempat yang berbahaya" kata ksatria itu sambil berusaha menyentuh Rena.
(Bahaya!!)
Kuroki segera meraih tangan ksatria itu dan melemparkannya. Ksatria itu jatuh tersungkur.
"Kau! Apa yang kau lakukan?!"
Ksatria itu berdiri dan mencabut pedangnya.
(Aku baru saja menyelamatkanmu, tahu.)
Ketika ksatria itu hendak menyentuh Rena, Kuroki merasakan hawa membunuh dari Rena. Tidak ada keraguan bahwa jika ksatria itu benar-benar menyentuhnya, dia akan menjadi abu.
Ksatria lain mulai mendekat setelah menyadari adanya keributan, dan mereka juga menghunus pedang mereka.
(Ini buruk, bisa terjadi pertarungan...)
Biasanya Kuroki akan menghindari masalah dan pergi, tetapi kali ini dia tidak bisa. Dengan Rena di sampingnya, itu tidak mungkin dilakukan. Lebih buruk lagi, Rena mungkin akan membunuh mereka. Kuroki tahu bahwa hal itu harus dihindari.
"Rena, aku tidak bisa membiarkanmu mengotori tanganmu. Berdirilah di belakangku."
Kuroki berbisik pelan dan berdiri di depan Rena.
"Iya."
Jawaban Rena singkat, tetapi entah mengapa Kuroki merasa dia senang.
"Hmph, lebih baik kau meminta maaf sekarang sebelum terlambat."
Para ksatria kuil mengarahkan pedang mereka kepada Kuroki. Dia berdiri di depan Rena, melindunginya.
(Mereka pikir aku akan ketakutan hanya karena mereka menghunuskan pedang? Bukankah situasi ini malah membuatku terlihat seperti ksatria Rena?)
Meskipun Rena menolak, pada dasarnya para ksatria kuil ini seharusnya adalah ksatrianya. Sementara Kuroki, yang disebut sebagai Ksatria Kegelapan, seharusnya adalah musuh Rena. Posisi mereka benar-benar terbalik.
Namun, dengan keadaan seperti ini, satu-satunya pilihan adalah bertarung. Kuroki menatap para ksatria kuil. Mereka mungkin berpakaian rapi, tetapi tindakan mereka tidak berbeda dengan preman.
Kuroki memutuskan untuk tidak membunuh mereka. Dia hanya akan melumpuhkan mereka sedikit. Lalu, dia mulai mendekat ke arah para ksatria.
Kuroki merasakan hatinya mulai menjadi dingin.
"Kau menantang kami?!"
Ksatria itu tampak terkejut karena Kuroki melawan mereka.
Kuroki mungkin tidak mengerti sepenuhnya hubungan internasional di dunia ini, tetapi dia tahu bahwa menimbulkan masalah di negara orang lain tidak akan berakhir baik. Para ksatria itu tampaknya menghunus pedang hanya untuk menakut-nakuti.
"Bisakah kalian pergi begitu saja?"
Kuroki mencoba menawar damai, tetapi tawaran itu hanya membuat mereka semakin marah. Wajah para ksatria itu memerah.
"Jangan bercanda!"
Salah satu ksatria mengayunkan pedangnya ke arah Kuroki. Bagi Kuroki, gerakannya sangat lambat. Dia menangkap bilah pedang itu dengan ibu jari dan telunjuknya.
Para ksatria terkejut dan mulai menggumamkan kata-kata tak percaya.
"Tidak mungkin..."
"Tidak masuk akal..."
Wajah mereka berubah pucat.
(Sudahlah. Lebih baik aku mengakhiri ini sekarang.)
Kuroki menghela napas.
Para ksatria kuil ini mungkin tergolong kuat di kalangan manusia. Namun, Kuroki memiliki kekuatan yang setara dengan para dewa, jauh melampaui manusia di dunia ini.
"Aku pergi..."
Kuroki menyelinap di antara para ksatria.
“Gahh!!”
“Ugh!!”
“Ahh!!”
Para ksatria terlempar ke samping dengan erangan, terbanting ke tanah. Mereka meringkuk kesakitan, tetapi tidak ada yang mati karena Kuroki menahan diri.
"Kau tidak membunuh mereka."
Rena mengucapkan kata-kata mengerikan itu dengan tenang.
"Mereka adalah ksatria kuilmu, jadi aku menahan diri."
"Begitu ya, apakah aku harus berterima kasih?"
Nada suara Rena sama sekali tidak terdengar seperti orang yang bersyukur. Dari nadanya, Kuroki merasa bahwa Rena tidak peduli pada nyawa para ksatria, atau manusia pada umumnya.
Namun, Kuroki sedikit bisa memahami perasaan itu sekarang. Manusia terlalu lemah.
Menghindari membunuh mereka sebenarnya lebih sulit bagi Kuroki. Sama seperti lebih mudah menghancurkan serangga daripada melepaskannya tanpa membunuhnya.
Kuroki yakin Rena akan menghancurkan para ksatria itu tanpa ragu-ragu. Begitu juga Para Dewa lainnya, mereka juga akan melakukan hal yang sama.
(Bagi para dewa, manusia mungkin hanyalah serangga. Kalau begitu, aku sendiri apa? Apakah aku masih bisa disebut manusia di dunia ini? Jika bukan manusia, lalu aku apa?)
Kuroki terkadang merasa kesepian sejak dia datang ke dunia ini.
Tidak seperti Reiji, dia tidak memiliki teman yang memiliki kekuatan yang setara.
Karena itulah dia datang untuk mengambil tanduk Raja Naga Suci.
Namun, meskipun Kuroki merenungkannya, jawabannya tidak pernah ditemukan.
"Tidak. Mari kita pergi, Rena."
Dengan demikian, Kuroki dan Rena meninggalkan gang tersebut.