Translator : Finee
Proffreader : Finee
Chapter 3 : Jauh lebih hangat dari air mata
Meskipun IORI dan Sabatora semakin dekat di kehidupan nyata, meskipun IORI dan Sabatora-san telah memendekkan jarak di antara mereka, ada aturan yang tidak boleh di langgar.
Dilarang masuk ke kamar satu sama lain. Aku selalu menahan diri untuk tidak masuk ke kamar gadis seumuranku, berpikir itu akan kurang sopan. Namun,
"Maaf sudah membuat permintaan seperti ini."
"Tidak apa-apa. Anggap saja sebagai rasa terimakasihku ,toh aku juga mendapatkan bantal paha beberapa hari yang lalu."
Pada malam Kamis setelah pertemuan LHR dengan Asahina-san. Di kamar Ayana.
Aku duduk di tempat tidur dan memeluk pinggang halusnya dari belakang, hatiku terasa seperti mau tenggelam.
Aku mati- matian menenangkan hatiku, fakta bahwa aku diundang ke kamar seseorang yang aku sukai sudah cukup membuat pikiranku mendidih seperti kepiting yang dimasak hidup-hidup.
Aku mati-matian berusaha menenangkan hatiku, tapi perasaan kekanak-kanakan yang kudapat karena begitu dekat dengannya membuatku gemetar bahkan di dalam bus sekalipun.
Terlebih lagi, kenangan insiden baru-baru ini muncul kembali. Aku secara langsung mendorong dan menindih teman sekamarku.
Meskipun mungkin hanya menggoda dari sudut pandangnya sebagai teman...
(Tolong, aku ingin dia segera menyadarinya.)
Aku berharap agar dia menyadari seberapa luar biasa imutnya dirinya. Gambaran saat itu masih sangat jelas dalam pikiranku.
Payama tidur baru itu memperlihatkan tulang belakang cantiknya, bahu yang ramping, dan payudara yang cukup besar. Mungkin karena baru selesai mandi atau karena kegembiraan dan ketegangan, kulitnya terlihat cantik seperti bunga sakura.
Bagi seseorang yang tidak berpengalaman dalam urusan cinta, setiap pemandangan ini seperti adegan dewasa. Jika aku akhirnya kehilangan akal sehatku, itu tidak hanya akan menandai akhir dari cinta pertamaku tetapi tanpa ragu akan mengakhiri hubungan kami saat ini..
"Apakah Iori-kun pernah melakukan hal seperti ini pada Kotori-chan?"
"Yah, kurasa pernah. Saat kami menonton film horor waktu kecil."
"Aku Mendengar cerita itu dari Kotori-chan sebelumnya dan membuatku berpikir bahwa jika Iori-kun melakukannya untukku, mungkin aku juga akan merasa tenang."
Benarkah!?
Aku sama sekali tidak bisa tenang aku benar-benar gugup!
Mari kita deklarasikan argumen logis itu tidak benar , bahwa mengundang teman sekamar ke tempat tidurmu karena alasan seperti itu benar-benar kacau dan melampaui batas.
(Mungkin dia merasa sedikit senang)
Tentu saja, pertemuan LHR berjalan dengan baik hari ini. Seperti yang diharapkan, Asahina-san menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan komite.
Kemudian Nishino-san mengatakan, ‘Tentu, menjadi gadis solo gyaru mungkin sulit. Kamu juga pernah berkata dingin pada Iori-kun di masa lalu, dan sekarang kalian berdua tiba-tiba bersikap ramah satu sama lain aku benar-benar tidak suka dengan itu.’ Tentu saja, pernyataan Nishino-san adalah gertakan yang dipertimbangkan dengan matang. Dia berperan sebagai aktor untuk memudahkan Ayana berbicara.
Ketika Nishino-san bertanya, "Apakah gadis solo gyaru itu memiliki sesuatu yang ingin dia katakan tentang itu?"
Ayana, meskipun gugup, berhasil berbicara dari podium.
"Saya pikir wajar bagi orang-orang merasa tidak puas denganku yang bekerja sebagai anggota komite dengan Machikawa-kun. Pada bulan Juni tahun ini, saya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah 'orang paling tidak saya disukai di dunia.' Namun, ada alasan untuk itu. Sebenarnya, pada bulan Mei lalu, Saya mengakui perasaan saya pada Machikawa-kun."
Ketika Ayana berbicara, seluruh kelas menjadi ramai.
"Haahaaaaaaaaaaaaaaaa?
“Tidak mungkin!?"
"I-itu bohong kan. Meskipun Iori-kun populer, tapi..."
"Tunggu! Apakah itu berarti, Ayana-chan, kamu...!?"
Kotori memandu percakapan sambil memberikan reaksi yang mengejutkan.
"Jadi, Ayana-chan mengakui perasaanmu pada Iori dan ditolak!?"
"Iya, seperti yang dikatakan Kotori-chan."
"Oh! Aku mengerti!"
"Lalu, ketika Ayana-chan duduk di sebelah Iori, apakah Ayana-chan mengatakan sesuatu yang benar-benar kasar!?"
"Iya. Saya sangat menyesali tindakan saya waktu itu. Jadi, sebagai penebusan, saya secara sukarela menjadi anggota komite, berharap bisa membantu Machikawa-kun."
Tentu saja, segala sesuatu yang dibicarakan Ayana adalah bagian dari skenario yang dibuat-buat.
Itu adalah naskah yang aku tulis.
Dengan memanfaatkan peristiwa masa lalu sebagai perangkat alur cerita, aku menciptakan alasan fiksi untuk meyakinkan Asahina-san dan yang lainnya. Fakta bahwa ayana bersikap dingin denganku karna di tolak menambahkan sentuhan realitisme pada cerita.
(Asahina-san juga menamparku waktu itu)
Dengan keduanya mengalami patah hati, Asahina-san, yang dulu cemburu pada Ayana, mulai merasakan rasa persaudaraan dan simpati. Bukti dari hal ini terlihat dalam mata Asahina-san, yang ditutupi oleh tangannya, menunjukkan ekspresi, keterkejutan, dan rasa penyesalan.
Dengan nada penyesalan, Ayana meminta maaf atas perilaku dinginnya kepada semua orang sampai sekarang.
Dia benar-benar merasa menyesal.
Dia menganggap berhubungan dengan orang lain itu menyusahkan jadi dia menghindari berhubungan dengan orang lain dan dia benar-benar menyesal karna telah memperlakukan semua orang dengan sikap dinginnya.
Mulai sekarang, demi semua orang di kelas yang telah terganggu olehnya, dia menyatakan tekadnya untuk berusaha semaksimal mungkin untuk memeriahkan Festival Ayasaka.
"Jadi, tolong... Saya mohon! Jika kalian baik-baik saja dengan orang seperti saya, tolong biarkan saya tetap menjadi anggota komite! Tolong berikan kekuatan kalian pada saya, semua orang!"
Ketika Asahina-san, pemimpin fraksi anti-Suzuhara, menjawab dengan keras "Tentu saja!" dan melakukan jabat tangan, suasana berubah.
(Meskipun sebagian besar pidatonya ditulis olehku, setelah berlatih berjam-jam di rumah, rasanya benar-benar seperti sangat tulus dan natural.)
Suara tepuk tangan pecah dari kelas, dan mereka semua bersatu untuk persiapan Festival Ayasaka. Berhasil menyelesaikan pertemuan LHR memberikan ayana kepercayaan diri baru.
Semuanya tampaknya telah berjalan lancar, tetapi kemudian, "Ap-apa yang harus aku lakukan...?"
Setelah pulang dengan suasana kelelahan, Ayana menerima undangan dari Kotori, yang berkata, "Sepertinya Moeka-san ingin berbicara denganmu, dan Bagaimana kalau kita bertiga ngobrol di LINE?" Tanpa ragu, Ayana menarik aku masuk ke dalam kamarnya.
"A-aku tidak bisa percaya... Apakah ini akhir dunia? Hari telah tiba ketika aku mengobrol di LINE dengan seorang gadis Paripi Gal..!!”
Note/tln : Paripi tu artinya party people---orang-orang yg gemar ke klub malam, pesta, dsb.
Dalam pengucapan bahasa Inggris, “party” terdengar seperti “Paari” dan “orang” terdengar seperti “Piipoo”. Jadi di kalangan anak muda, kata “Paripi” adalah singkatan dari “paaripiipoo” alias “party people”. Seperti artinya, party people adalah orang-orang yang senang mengunjungi festival musik, termasuk festival musiman seperti halloween party dan christmas party. Intinya, ya gal yang suka party.
Aku tersenyum pahit mendengar reaksinya Meskipun penampilannya sendiri seorang gyaru, aku tertawa sedikt lalu aku langsung menepuk kepala Ayana untuk menenangkannya.
"Iori-kun, tolong temani aku mengobrol dengan yang lain di LINE."
"Rasanya seperti sedang menonton film horor."
"Ketika menjadi menyeramkan, pegang tanganku, ya?"
"Apakah kamu mengira Nishino-san sebagai Jason atau apa?"
"Iori-kun!!!"
"Ups, maaf. Tidak se-ekstrem itu, kan?"
"Aku sebenarnya suka Jason-sama! Dia hebat mengusir orang-orang yang mengganggu pesta! Dengan gayanya yang keren,
"Jadi, kamu memperlakukanku seperti laba-laba yang memakan kecoa?"
Sambil bercanda, aku melirik layar smartphone melalui punggung temanku
[Nah, mari kita mulai~]
[Sebelumnya kita mulai mengobrol aku ingin mengucapkan terimakasih kepada Nishino-san karena banyak membantuku hari ini]
[Tidak begitu? Aku hanya membantu karena Iori-kun memintanya.】
Menerima tanggapan singkat dari Nishino-san, Ayana tampak terpuruk. Ingin mencerahkan suasana hatinya, aku memegang tangan kirinya yang tidak memegang smartphone.
[Maaf Ayana-chan, Moeka-san terlihat acuh tak acuh padamu.】
Melihat suasana ayana yang murung, Kotori memberikan semangat, lalu Segera mengirim pesan
[Sebenarnya, Moeka-san adalah penggemar ayana-chan.】
"Huh?"
Ayana membuka mulutnya dengan terkejut.
Nah, bisa dimengerti aku juga terkejut ketika Kotori memberi tahu aku tentang itu kemarin.
---
"Apakah benar bahwa Nishino-san adalah penggemar Suzuhara-san?"
"Yeah. Dia sangat menyukai karya seni yang Ayana-chan gambar."
Selama istirahat makan siang, di atas atap SMA Ayasaka, meskipun area ini biasanya dilarang bagi siswa—Kotori mengangguk sambil memegang Onigiri di tangannya.
Meskipun aku dipanggil ke sini untuk membahas sesuatu secara langsung daripada melalui LINE, aku mengambil onigiri dan setuju.
" Sebenarnya Moeka-san menyuruhku untuk merahasiakannya tapi kalau untuk Iori aku akan memberitahukannya.”
“Jika kotori tidak keberatan, aku akan mendengarkan konsultasimu”
"Hehe, sangat bermanfaat sekali ,terima kasih banyak, Oniichan."
"Aku sudah menerima ucapan terima kasihmu, tahu."
Karena aku diberi tahu,"Jika Iori membantuku dengan masalahku, aku akan membuatkanmu makan," makan siang hari ini adalah bentou buatan keluarga Horiuchi.
Adik perempuanku yang berbakat tidak hanya unggul dalam penampilan tetapi juga dalam keahlian memasak.
"Mungkin aku memiliki keunggulan dalam hal masakan Barat, tetapi aku tidak merasa percaya diri bersaing dalam masakan Jepang."
"Dan kebetulan itu adalah sesuatu yang ingin aku makan."
"Oh, benarkah? Aku punya firasat Iori mungkin ingin makan itu."
"Firasat antara saudara kembar, ya?"
Dalam kotak bentou untuk dua orang terdapat onigiri tuna mayo dan rumput laut, nugget ayam, sosis berbentuk gurita, dan telur gulung.
"Aku selalu ingin makan set ini secara berkala."
"Haha, istilah itu mengembalikan kenangan. Ini adalah bentou pertama yang kita buat bersama, kan?"
"Pada festival olahraga kelas empat. Saat batas waktu pekerjaan ibu di naikkan, dan dia tidak bisa membuatkan kita bekal, kita bekerja sama untuk membuatnya."
"Kita bilang, 'Ayo buat bekal yang paling hebat!'"
Saat itu, kami berdua masih pemula dalam memasak dan kami berjuang untuk membuatnya. Kami membeli bahan bersama di supermarket, bangun pagi-pagi di dapur untuk memasak, dan pada hari festival olahraga, ibu dan ayah, yang datang untuk menonton, dengan senang hati menikmati makanan yang kami buat.
"Onigiri Kotori memang yang paling lezat. Rasanya lembut."
"Hehe, jika aku dipuji oleh Iori, itu sepadan dengan membuatnya. Oh, apakah Iori ingin sup miso? Aku memasukannya di termos, jadi masih hangat."
"Kotori sepertinya bisa menjadi calon istri yang baik, ya?"
Tidak hanya mahir dalam memasak, tetapi dia juga sangat perhatian.
"Oh, maaf kalau aku menyimpang. Tentang masalah Nishino-san."
"Moeka-san tertarik pada seni dan ingin masuk ke Perguruan seni,? Alasannya tertarik pada seni karena melihat lukisan Ayana-chan saat masih kecil."
"Jadi dia sudah menjadi penggemar Suzuhara-san sejak sebelum masuk SMA?"
"Pada kelas enam, dia melihat lukisan Ayana-chan di museum seni dan terkesan. bahwa seseorang seumurannya bisa melukis gambar yang luar biasa. Itulah mengapa dia bergabung dengan klub seni di SMP dan SMA, ingin menjadi ahli dalam menggambar seperti Ayana-chan."
"Tingkat dedikasinya sungguh mengesankan."
"Benar!? Ayana-chan adalah favorit utama Moeka-san. Ketika Ayana-chan mendekat, Moeka-san gugup, tidak tahu harus berkata apa, dan menjadi kikuk. Jadi..."
"Dia tidak ingin terlihat aneh di sekitar favoritnya, jadi tanpa disengaja dia bersikap menjauh?"
"Iori begitu peka seperti biasa! Pemahaman cepatmu benar-benar membantu!"
Setelah menggigit sejumput onigiri, Kotori melanjutkan,
"Ayana-chan, dia mulai berbicara denganku dan Iori, kan? Tampaknya Moeka tidak ingin tetap seperti ini selamanya karena itu."
"Nishino-san ingin berteman dengan Suzuhara-san. Dalam hal itu, aku pikir keduanya seharusnya berbicara."
"Tapi, bukankah Moeka-san akan merasa gugup jika dekat dengan Ayana- chan?"
"Berbicara langsung mungkin sulit, tapi mereka seharusnya bisa mengatasi melalui LINE."
Meskipun mungkin ada sedikit ketegangan, obrolan jauh lebih mudah. Jika itu di rumah, aku bisa memberikan dukunganku juga.
"Terima kasih! Aku akan berkonsultasi dengan Moeka-san segera!"
"Aku senang bisa membantu Kotori, kamu juga mendukung aku dan Suzuhara-san."
"Meskipun sebagai ketua komite kelas."
"Kamu sering membantu teman sekelas lain dengan masalah mereka, kan?"
"Iori juga begitu, kan? Mendapatkan kunci ke tempat ini juga hasil dari itu."
"Yeah, benar."
"Ketika aku memberi saran cinta kepada seorang anak dari klub astronomi, dia memberi aku kunci atap sebagai ucapan terima kasih."
Dia mengatakan sesuatu seperti, 'atap sekolah biasanya dilarang, tapi jika kamu ingin sendirian dengan pacarmu, silakan gunakan! Bahkan kami menyediakan bangku!' atau sesuatu di sekitar itu.
"Tapi jika bicara tentang jumlah konsultasi, Kotori jauh lebih banyak."
"Ituu..."
"Apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu pernah mengalami masalah yang merepotkan?"
"Hmm, sepertinya aku tidak punya hal yang ingin di diskusikan lagi, tapi..."
Kotori tersenyum canggung sebelum melanjutkan.
"Baru-baru ini, aku mendapat pesan dari Yamagishi-kun."
"Huh. Apa yang dia katakan?"
"Tidak ada yang signifikan. Hanya mengundang aku ke kolam renang."
Yamagishi-san. Dia meminta maaf selama panggilan kami, tetapi dia masih belum menyerah pada Kotori. Apakah dia entah bagaimana mendapatkan informasi kontaknya dari suatu tempat?
Dari penampilannya, dia belum menyebutkan bahwa Kotori dan aku berpacaran, meskipun.
"Yah, aku menolak dengan lembut. Dia masih bertingkah sombong, seperti biasa."
"Terkadang boleh marah, tahu? Kamu selalu dianggap sebagai 'Gadis baik' oleh semua orang, dan kamu sering kali terbebani dengan permintaan orang lain."
Namun, Kotori selalu melanjutkan untuk memenuhi harapan di sekitarnya dengan senyum dan memenuhi ekspektasi orang-orang di sekitarnya.
Untuk waktu yang lama hampir tidak ada masalah di kelas di mana aku memiliki seorang adik perempuan.
Hal ini karena Kotori akan dengan tegas mengatasi masalah potensial, memberikan pendengaran kepada teman sekelas yang memiliki kekhawatiran, dan bersinar sebagai pemimpin dan pembuat suasana kelas.
(Tapi sebagai kakak laki-laki nya, aku agak khawatir...)
Terkadang, tampaknya Kotori berusaha terlalu keras untuk menjaga agar kelas tetap bersama.
"Itu tidak masalah!"
Adik perempuan yang duduk di sampingku, tersenyum memberikan jaminan.
"Tentu, ada kalanya diperlakukan sebagai 'gadis baik' itu melelahkan, tapi aku punya kamu, Iori. Di depanmu, aku bisa menunjukkan sisi lain dari diriku yang bukan hanya 'gadis baik'."
"Kotori..."
"Sebagai contoh, pakaian dalamku hari ini berwarna Hitam yang seksi! Bagaimana dengan itu! Bukankah aku tidak terlihat seperti ‘gadis baik’ bukan!?"
"Jangan tiba-tiba mengumumkan warna pakaian dalammu. Itu akan membuat rasa Onigiri yang kau buat menjadi tidak enak!”
“Ada apa dengan tatapan dingin itu? Mata dingin apa itu? Apakah kamu tidak merasa senang?
"Apakah Iori masih tidak terbiasa dengan jarak si kembar? Bukankah dulu Iori biasa melihat aku telanjang, apalagi tidak memakai pakaian dalam.
“Apaa?
“Dulu kita biasa mandi bersama sampai kelas empat, kan!?
Yah, memang benar bahwa Kotori memiliki sisi yang tidak terlalu baik dalam dirinya. Bahkan dulu kotori biasa menyembunyikan manga cinta remaja berjudul ‘Pakaian dalam yang memalukan, warna Pakaian dalam seseorang adalah preferensi orang itu’ di bawah meja, dan dia membacanya di malam hari.
“Lihat-lihat, lihatlah celana dalamku”
“T-Tunggu”
“Di sini. Di sini. Bisakah Iori melihat celana dalam ku”
"Heii!!."
"Hei, kau menutupi celana dalam adikmu padahal aku mau menunjukkan nya, kenapa kau menutupi roknya…”
"Kau akan membuatku memuntahkan ayam gorengku? Jangan pakai celana dalam bertali ke sekolah!”
"Aku hanya menunjukkannya kepada Iori, jadi tidak masalah.
“Kamu bahkan belum berubah, padahal dari dulu kamu selalu membeli pakaian dalam erotis dengan menggunakan akun ibu “
“Aku tidak bisa percaya!”
"Tindakan nakalmu sendiri?"
"Kenyataan bahwa kamu dengan santai membicarakan rahasia seorang gadis, itulah masalahnya, dasar Oniichan bodoh!"
"Tenanglah, Imoutoku yang bodoh. Aku hanya melakukan hal-hal ini denganmu."
Dalam hubungan dekat antara saudara kembar ini, di mana berbagi segalanya dengan terbuka.
Untuk menenangkan adikku yang cemberut, aku dengan lembut mengelus kepala Kotori.
&
[Maafkan aku~! Betapa tidak sopannya aku terhadap Suzuhara Ayana,!]
Setelah menjelaskan situasinya melalui LINE, Nishino-san meminta maaf kepada Ayana.
[Tidak perlu minta maaf. Aku juga bersikap dingin dan menjauh kepada semua orang. Sebenarnya, Nishino-san bisa memanggilku dengan cara yang lebih santai.]
[Benarkah!? Lalu bolehkah aku memanggilmu "Ayana-san"?]
[Bukankah itu masih terlalu formal?]
[Diamlah, Kotori-san!? Dia SUZUHARA AYANA yang terkenal dari seluruh dunia! Favorit utamaku! Aku memiliki dua salinan bukunya, satu untuk ditonton dan satu untuk disimpan sebagai koleksi. Dan wallpaper ponselku juga karya seninya! Jujur, aku sangat ingin tandatangan darinya!]
[Aku tidak bisa melukis sesuatu lagi Karna berbagai hal ,tapi aku bisa memberimu tanda tanganku sesukamu.]
[Apa...!? Terima kasih, terima kasih, terima kasih! Aku akan menjaga ini seperti warisan keluarga, membuatnya sebagai latar belakang Instagramku, Ayana-san, kamu adalah dewi! Favorit utamaku tetap keren dan hari ini juga tetap keren!]
[Aku senang kamu bahagia.]
Ya, benar sekali
Namun, setelah mengakhiri percakapan LINE, seharusnya ada beberapa ketidaknyamanan dalam situasi ini, di mana dia dekat denganku...
"!?"
Prediksi aku salah besar
Ayana memutar tubuhnya, menghadap ke arahku, dan memelukku di tempat tidur.
"Terima kasih banyak!"
Bernapas dalam jarak yang begitu dekat. Seolah-olah mengungkapkan perasaannya melalui pelukan, dia berterima kasih padaku.
"Semua ini berkat Iori-kun! Berkat kamu, aku merasa lebih dekat dengan semua orang di kelas selama pertemuan LHR hari ini! Aku bisa meminta maaf karena selalu menjaga jarak! Dan aku juga menjadi teman dengan Nishino-san...!"
"Itu karena Ayana berusaha keras. Kamu melakukan tugasmu sebagai anggota komite dengan benar dan berlatih pidato berkali-kali. kamu dapat menunjukkan hasilnya hari ini."
"Aku bisa berusaha keras karena Iori-kun bersamaku!"
Berbagi kehangatan tubuh. Sementara Ayana memelukku dengan tubuh lembutnya dia berkata
"Aku selalu berpikir bahwa aku tidak membutuhkan seorang teman."
Mungkin sulit untuk mengatakannya, tapi dia diam-diam mengakui hal ini kepadaku dengan nada online.
"Aku pikir aku tak akan bisa mengerti orang lain. Aku percaya itu. Aku bahkan tak bisa mengerti orang itu... Aku tak bisa mengerti ibuku."
Karena aku sedang dipeluk, aku tidak bisa melihat wajah Ayana.
"Sejak aku ingat, ibuku memaksa aku untuk selalu melukis.‘Melukis adalah satu-satunya bakat yang kamu punya.''Kamu tidak lebih dari milikku.''berfungsi lah untukku!'. Aku terus dihukum seperti itu, dan sebelum aku menyadarinya, aku mulai membenci melukis..."
Mungkin Ayana menangis. Tapi yang dia curahkan bukan hanya air mata.
"──Aku mulai membenci berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata."
Sebuah masa lalu yang bahkan tidak bisa aku akui kepada teman terdekatku.
"Jika aku bahkan tidak bisa mengerti keluargaku sendiri, tak mungkin aku bisa berbaur dengan semua orang di sekolah. Aku tak bisa membuat teman. Semua orang melakukannya seolah-olah itu hal yang wajar, tapi itu tidak mungkin bagiku. Karena aku tidak memiliki bakat selain menggambar."
Mungkin, pikirku, kami mungkin sedikit mirip atau senasib.
Di kedalaman gendang telingaku, kenangan muncul kembali, kata-kata yang terukir di hatiku saat aku di bully.
"Kamu adalah orang yang tidak diinginkan!"
"Tidak ada yang menyukaimu."
“Tidak akan ada masalah jika kau menghilang, bukan?"
Mungkin, seperti diriku, Ayana mungkin pada dasarnya, merasa bahwa dia tidak bisa benar-benar mengerti orang lain.
Bagaimana jika tidak ada yang membutuhkan kami?
Meskipun kami bisa tertawa di permukaan, mungkin itu hanya pura-pura, dan pada dasarnya, kami tidak benar-benar disukai?
Mungkin kami percaya bahwa keberadaan kami tidak memiliki arti?
Kekhawatiran semacam itu, seperti luka yang tidak bisa sembuh, terus menggerogoti diriku.
"Walaupun Iori-kun selalu tersenyum di sekolah, aku merasa seolah-olah Iori-kun selalu waspada, dengan hati-hati menghindari menunjukkan kelemahanmu."
Seperti yang dijelaskan oleh kata-kata Ayana barusan, aku selalu waspada, membangun tembok di sekitarku.
Untuk menghilangkan kekhawatiran ayana, aku dengan putus asa mengasah senyuman palsuku, membuat lebih banyak teman, dan memainkan peran sebagai otaku yang ekstrovert.
Tapi... Aku tidak bisa membuka diri kepada teman-temanku.
Aku tidak ingin membuat orang tuaku atau kotori khawatir, jadi aku tidak bisa mengakui kesulitanku.
Itulah sebabnya itu sangat sepi.
‘IORI menyelamatkanku, seseorang seperti diriku!’
(Tln: mode IORI dan Sabatora)
Itulah mengapa kata-kata Ayana begitu menggetarkan hatiku.
"Aku menyadari bahwa aku bukan satu-satunya yang berjuang,"
"Aku mulai menggambar ilustrasi karena kagum pada cerita yang IORI tulis! Berkat IORI memuji ilustrasi yang aku posting online, aku mulai menyukai menggambar ilustrasi! Hidup bersama setiap hari, Iori-kun mengajarkan padaku kehangatan berhubungan dengan orang lain!"
Sebelumnya, Ayana menyembunyikan air matanya di pundakku, tapi sekarang dia mengangkat wajahnya.
Profil rapiannya dihiasi dengan senyuman samar dan lembut.
"Terima kasih. Aku bisa mengatakannya dari lubuk hatiku. IORI adalah orang yang paling penting bagiku. Sahabat sejatiku. Aku benar-benar senang IORI ada di sini."
Aku merasakan hal yang sama.
Sabatora-san adalah satu-satunya sahabat sejatiku.
Seorang sahabat sejati yang akhirnya memungkinkan aku membuka hati.
“Iori-kun menyelamatkan aku.”
Aku ingin mengangguk setuju, tapi...
"Iori -kun?"
Melihat aku tetap diam, Ayana menatapku dengan rasa ingin tahu.
Matanya yang besar dan jernih, yang terpantul di dalamnya adalah ekspresi di wajahku yang tidak memiliki senyuman biasa.
"Maafkan aku..."
Yang keluar dari mulutku adalah suara yang tak terduga, penuh dengan suara serak yang penuh air mata.
Hei, ini bukanlah lelucon, Mesin Pembuat Senyum!!
Air mata mengalir? Sudah berapa tahun sejak itu terjadi?
(Tertawalah! Tertawalah, sialan! Tunjukkan senyummu yang biasa!)
Jika tidak, Ayana mungkin akan khawatir. Ini kesalahanku, aku membuatnya menangis dengan menceritakan kisah sedih, dan sekarang aku cemas. Kehilangan kepercayaan diri yang telah aku bangun. Aku seharusnya tidak menangis seperti seorang anak kecil.
Tapi tidak peduli seberapa keras aku mencoba, itu tidak akan berhenti. Ayana membutuhkanku.
Ayana bilang kalau dia mencintaiku.
Dia mengkonfirmasi keberadaan seseorang bernama Machikawa Iori.
Kata-katanya terus-menerus bergema di pikiranku, dan air mataku tidak berhenti keluar.
"Apakah boleh aku menangis?"
Pipiku terasa basah, lembab, dan hangat.
Itu bukan karna air mata yang jatuh.
Bibir lembut Ayana menyentuh pipiku, seolah menghapus air mata.
"Ayana?"
Menatap wajah yang begitu dekat, bahkan napasnya bisa terasa.
Kemudian, pipi Ayana memerah seperti bunga mawar dia dengan malu-malu berkata
"Iori-kun bisa menangis sebanyak yang Iori-kun mau."
Aku menyentuh pipiku yang di cium Ayana sebelumnya. Dia memberikan ciuman yang lebih hangat dari air mata.
—Mengapa aku menangis?
Jangan membuat pertanyaan seperti itu!!
Menyenangkan, lembut, melingkupi, seolah mendekati.
Sangat lembut, dan dengan ciuman yang agak mengejutkan, sedikit canggung.
"Aku mengerti. Pasti Iori-kun sudah menahan banyak emosi sepanjang waktu ini. Seperti ketika aku dipaksa untuk melukis."
"......"
"Iori-kun selalu murah hati, siswa teladan yang ramah. Iori-kun selalu menyebar senyuman di sekitarmu.
Tidak pernah menunjukkan celah atau kelemahan yang bisa dimanfaatkan orang lain. Itu adalah cara hidup diriku Machikawa iori.
Namun, di depan teman sekamarku, itu berbeda.
"Oh, baiklah. Aku tidak bisa mengalahkanmu dalam hal ini."
Saat aku menyerah mengibarkan bendera putih, Ayana tertawa.
"Aku juga tidak bisa mengalahkanmu. Melihatmu menangis, aku tidak bisa tidak merasa itu sedikit lucu."
"Hei,sahabatku!!!."
"Hehe. Mau bagaimana lagi, kan? Perbedaan dari penampilan keren Iori- kun di sekolah cukup besar... tapi, Iori-kun masih lucu."
"Setelah ciuman, sekarang pujian?"
"Iori-kun yang mengatakannya. Jika kita bicara tentang pujian, aku akan menjadi pelanggar pertama, dan Iori-kun akan menjadi pembunuh berantai. Bahkan John Wick pun akan iri."
"Hahaha, cukup pembunuh."
"Yah, senyummu itu juga curang tahu!."
"Apakah benar-benar berbeda dari sekolah?"
"Iya. Tapi... aku ingin Iori-kun hanya menunjukkan senyuman ini padaku. Jika Iori-kun menjadi lebih populer, mungkin akan terbentuk 'perkumpulan untuk menguntit Machikawa Iori’."
"Ah, jangan berlebihan."
Saat air mataku keluar, saat aku tertawa, Ayana mencium pipiku lagi.
Sementara pipinya yang memerah karena rasa malu, Ayana memelukku lagi dengan lengan rampingnya yang lembut .
Di tempat tidur wanita yang kucintai, tubuh kami saling bersentuhan.
(Aku mencintai Ayana)
Perasaan cinta yang baru mulai meremas hatiku dengan berbagai emosi, mencoba membawa buah romansa, tapi aku mengerti.
Aku harus membiarkan cinta pertama ini layu.
Namun, bahkan begitu—saat ini, aku tidak ingin mengganggu waktu dengan sahabat terbaikku yang menciumku untuk memberiku semangat.
(Mungkin ini terdengar bertentangan untuk dikatakan)
Entah kenapa, aku merasa seperti benar-benar menjadi teman dengan Ayana.
Aku merasa terhubung dengannya sangat dalam.