Translator + Proffreader [ Hinagizawa Groups_ Flaykityy
]FOLLOW INSTAGRAM : Hinagizawa.insight
Chapter 1 : Ksatria Pribadi
Charlotte Lunataker
Kalender Sihir Tahun 755, 22 Juli, Pukul 11:58
Makhluk misterius──Invasi Species datang dari dunia lain pada tahun 540 dalam Kalender Sihir.
Makhluk ini memiliki kekuatan untuk berpindah dunia dan sifat yang dapat menyerap materi yang mereka konsumsi, sehingga mereka terus muncul tanpa henti dan melahap semua kehidupan serta benda di sekitar mereka.
Manusia, yang tidak memiliki cara untuk melawan bencana ini, kehilangan 20% populasinya hanya dalam setahun.
──Namun, manusia tidak tinggal diam dan menunggu kepunahan.
Ketika umat manusia membentuk organisasi bernama Korps Ksatria Perbatasan untuk melawan spesies ini, perlahan situasi mulai berubah. Setelah sekitar 200 tahun berlalu, jumlah korban jiwa akibat spesies ini telah berhasil ditekan hingga kurang dari 100 orang per tahun.
Aku sendiri adalah anggota dari Korps Ksatria Perbatasan, bertugas sebagai kapten salah satu regu kecil.
Saat ini, aku sedang dalam perjalanan kembali setelah menyelesaikan misi untuk membasmi spesies di dimensi lain menggunakan kapal yang mampu melintasi celah dimensi──Kapal Dimensi.
Para ksatria di bawah komando ku sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, sementara aku duduk di kursi kapal, mencoba menghilangkan rasa lelah dari pertempuran dengan melihat layar perangkat genggamku.
"Lihat, lihat...! Kapten Charlotte sedang tersenyum...!"
"Luar biasa...! Aku ingin disenyumi seperti itu juga!"
"Indah sekali... Aku penasaran, apa yang selalu kapten lihat di perangkatnya..."
Bisikan para ksatria wanita di bawahku terdengar jelas.
Sepertinya mereka penasaran dengan layar perangkatku. Di sana, ada ilustrasi seorang pemuda dengan rambut hitam dan mata merah──karakter dari novel Chrono Legend, yaitu Chrono Sickzard.
Meski dikatakan bahwa situasi pertempuran berubah sejak pembentukan Korps Ksatria Perbatasan, itu tidak sepenuhnya benar. Keberuntungan umat manusia mulai berbalik pada Kalender Sihir Tahun 555, 6 Agustus, saat Chrono, yang saat itu seorang ksatria tak dikenal, menjadi orang pertama yang membasmi spesies Level V──yang dianggap memiliki kekuatan untuk menghancurkan dunia seorang diri.
Hingga saat ini, hanya tujuh spesies Level V yang pernah dibasmi, semuanya oleh Chrono selama masa tugasnya di korps. Chrono Sickzard tidak diragukan lagi adalah penyelamat umat manusia.
Sebagai penggemar berat Chrono, aku, Charlotte Lunataker, memuja semua konten tentangnya, dari novel, manga, hingga game, termasuk karya penggemar yang terkait. Bahkan, wallpaper apartemenku penuh dengan gambar Chrono! Jika ada kuis global tentang Chrono, aku yakin bisa menjadi perwakilan.
Namun, hasratku untuk membagikan kecintaanku pada Chrono kepada para bawahanku harus aku tahan.
Tahun lalu, aku menjadi model untuk poster perekrutan ksatria karena tergiur bayarannya yang tinggi, yang membuatku dilarang menunjukkan perilaku terlalu fanatik.
Meski begitu, saat jam menunjukkan tengah hari, aku membuka game Legend of Frontier untuk mendapatkan Chrono dalam kostum renang spesialnya. Setelah beberapa putaran gacha, keberuntungan berpihak padaku──Chrono dalam kostum renang muncul dalam satu kali percobaan!
Namun, kebahagiaanku segera terganggu oleh suara peringatan di kapal.
Sebuah spesies Level V dengan kekuatan sihir lebih dari 20.000 terdeteksi mendekati kapal. Menyadari bahaya yang akan datang, aku memutuskan untuk melawan makhluk itu seorang diri demi melindungi kru kapal.
Dengan sihirku──《Kilatan Cahaya Bintang》, aku bertekad menghentikan makhluk tersebut. Meski dalam situasi hidup dan mati, aku tidak bisa menahan untuk memikirkan kata-kata temanku di masa lalu, "Charlotte, kamu sebenarnya cantik, tapi ketika berbicara tentang Chrono, kamu jadi terlihat bodoh."
──Dan begitulah, itulah kenangan terakhirku di tahun 755 Kalender Sihir.
Chrono Sickzard
Kalender Sihir Tahun 555, 4 Maret, Pukul 15:25
Korps Ksatria Perbatasan cabang Lendia, yang berbasis di kastil kuno──markas untuk pertempuran melawan spesies invasif.
Setelah kembali dari misi pembasmian, aku menuju gedung penelitian di kastil itu.
Saat melangkah lebih jauh ke dalam koridor, aku bertemu dengan seorang gadis yang membawa setumpuk dokumen.
Gadis itu memiliki rambut panjang berwarna abu-abu seperti awan hujan dan mengenakan jubah putih bersih khusus wanita.
Dia adalah Ofelia Orfing, salah satu teman yang tumbuh bersamaku di panti asuhan yang sama.
"Kamu sudah kembali, ya? Selamat datang kembali."
"Ya, kamu juga akan pergi ke tempat Agatha-sensei, kan? Aku akan membawakan setengahnya."
"Benarkah? Terima kasih banyak."
Aku menerima setengah dokumen yang dibawa Ofelia, dan kami berjalan bersama menyusuri koridor.
"Aku dengar lho, Chrono! Kamu berhasil mengalahkan 58 spesies penyerbu sendirian, bukan?"
"Y-ya begitulah...! Walau sebanyak itu, kalau aku yang menghadapinya, hanya butuh waktu sebentar."
"Semua orang bilang itu luar biasa, padahal kamu belum resmi bergabung. Aku jadi ikut merasa bangga!"
Sebenarnya, 58 itu bukan sepenuhnya hasil kerjaku seorang, tetapi aku malas menjelaskan, jadi aku diam saja.
"Agatha-sensei, ini dokumen yang Anda minta."
Ketika kami sampai di depan ruangan tujuan, Ofelia mendorong pintu dengan bahunya untuk membukanya.
Di dalam ruangan, dokumen berserakan di mana-mana, bersama dengan mayat spesies penyerbu yang baru saja dibawa masuk, memenuhi udara dengan bau menyengat.
"Oh, terima kasih, Ofelia."
Pemilik ruangan itu, Agatha Wiles, menolehkan kepalanya ke arah kami.
Dengan jubah penuh kerutan, rambut yang acak-acakan, dan ekspresi datar yang sulit dibaca, penampilannya sama sekali tidak bisa disebut bersih.
Namun, dia adalah Agatha Wiles, penanggung jawab gedung penelitian sekaligus pembimbing Ofelia, sosok yang sangat hebat.
"Letakkan dokumennya di sini saja."
"Baik!"
"Terima kasih... Tapi, kenapa Chrono juga ada di sini?"
"Katanya untuk pemeriksaan rutin sih! Bukankah Anda yang memanggilku?"
"Ah, benar. Aku lupa... Belakangan ini aku sering lupa. Baiklah, mari kita mulai."
"Silahkan..."
Aku menarik kursi terdekat dan duduk di depan Agatha.
"Ada keluhan pada tubuhmu akhir-akhir ini?"
"Tidak ada."
Seperti biasa, aku memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan yang sama.
Sejak dititipkan ke panti asuhan milik pasukan ksatria, aku selalu menjalani pemeriksaan rutin oleh Agatha.
Karena dia sudah menjadi penanggung jawabku sejak saat itu, aku sudah lama mengenalnya. Tapi, jujur saja, aku kurang nyaman dengannya karena sulit memahami apa yang dia pikirkan.
"Kalau begitu, aku akan mengambil darah untuk memeriksa kekuatan sihirmu... Ah, ini dia."
Dari tumpukan dokumen, Agatha mengambil sebuah jarum suntik dan mengarahkannya ke lenganku.
"T-tunggu dulu! Itu steril, kan?"
"Tentu saja steril. Baru dipakai dua kali."
"Itu kan tidak bersi—"
Sret...
Sebelum aku sempat protes, jarumnya sudah menusuk, dan darah merah kehitaman mengalir keluar.
"Terima kasih ya. Jika ada keanehan pada kekuatan sihirmu, nanti akan aku laporkan."
"...Laporannya diberikan ke siapa?"
Sambil menekan bekas suntikan, aku bertanya pada Agatha.
"Tentu saja ke atasan pasukan ksatria. Kalau kamu mengetahuinya, itu pun belakangan."
"Sudah lebih dari sepuluh tahun aku menjalani ini setiap bulan. Kapan ini akan berakhir?"
"Itu keputusan para atasan. Tapi mungkin ini akan terus berlanjut sampai alasan kamu bisa selamat dari bencana invasi terungkap."
"Kalau begitu, ini akan berlangsung seumur hidup."
"Mungkin saja."
Agatha menjawab sambil mengangkat botol kecil berisi darah ke arah cahaya, tampak tidak terlalu peduli.
Saat itu juga, sesuatu terjadi.
Tumpukan mayat spesies penyerbu yang berada di sudut ruangan tiba-tiba bergoyang.
"Kyurururu!"
Dengan teriakan aneh, seekor spesies penyerbu melompat keluar dari tumpukan mayat itu.
Aku berdiri di depan Ofelia, dan menusuk makhluk itu dengan pedangku saat dia meluncur lurus ke arah kami.
Makhluk yang tertusuk dari atas itu menggeliat sebentar sebelum akhirnya berhenti bergerak.
"Kamu tidak apa-apa, Ofelia?"
"Y-ya... Terima kasih, Chrono..."
Ofelia tampak terpana dengan kejadian mendadak itu.
Seseorang rupanya tidak memastikan makhluk itu benar-benar mati. Jika salah langkah, ini bisa berakhir menjadi bencana besar.
"...Hah?"
Ketika aku mencoba mencabut pedang dari tubuh makhluk itu, tiba-tiba bilahnya berdenyut, lalu hancur menjadi partikel kecil dan menghilang ke udara.
"Ada apa, Chrono?"
"Pedangnya... ada yang aneh."
"Benarkah? Coba kulihat!"
Ofelia mengambil pedang itu dari tanganku, membuka bagian dasar gagangnya, dan mengeluarkan sebuah kartrid berbentuk silinder.
"…Pecah."
Ada retakan besar pada kartrid itu, dan itu jelas menjadi penyebab masalah.
"Bagian yang membentuk bilah dari kekuatan sihir tampaknya rusak."
Jika kerusakan itu terjadi lebih awal... memikirkannya saja membuatku gemetar. Semua orang di ruangan ini bisa saja tewas.
"Ofelia, bisakah kamu memperbaikinya? Tanpa itu, Chrono tidak bisa bertarung."
"Tentu saja! Aku akan meminjamnya semalam, oke, Chrono?"
"Ya, tolong. Perbaiki seperti baru."
"Serahkan padaku!"
Setelah pemeriksaan selesai, aku keluar dari laboratorium Agatha bersama Ofelia.
Keramaian setelah misi pemusnahan tampaknya sudah mulai reda, dan orang-orang di koridor tampak lebih tenang.
"Syukurlah masalahnya diketahui saat pemeriksaan."
"Ya, syukur saja..."
Sambil memegang kartrid yang retak, aku bergumam pelan.
"Belakangan ini, hal seperti ini sering terjadi, ya?"
"Hal seperti apa?"
"Baru saja aku mengirim pedang ini untuk diperbaiki. Begitu seringnya rusak, apakah ini memang wajar?"
Aku teringat, dua minggu lalu pedang ini tiba-tiba tidak bisa membentuk bilah dan harus diperbaiki oleh Ofelia. Belum pernah sebelumnya aku mengalami masalah ini sesering ini sejak bergabung dengan pasukan ksatria.
"Hm, memang terakhir kali aku juga memperbaikinya. Tapi teknologi pedang ini masih banyak yang belum dipahami, jadi sulit memastikan untuk penyebabnya."
"Selain itu belakangan ini—"
Aku tiba-tiba menoleh ke belakang. Aku merasa ada yang memperhatikanku.
Namun, tidak ada siapa pun di koridor.
"…Belakangan ini, aku sering merasa ada yang memperhatikanku."
"Eh!? Aku tidak merasakan apa-apa. Mungkin itu gadis yang diam-diam menyukaimu, Chrono!"
"Kalau memang ada gadis seperti itu, bagus sih... Tapi sayangnya, aku rasa tidak ada."
"Aku suka padamu, Chrono."
Ofelia mengatakannya dengan santai sambil memiringkan kepala.
"J-jangan katakan hal seperti itu tanpa malu!"
"Dulu waktu kecil, kau sering bilang, ‘Aku juga suka padamu, Ofelia.’..."
"Itu waktu aku masih kecil!"
Ofelia menggodaku, membuatku merasa malu hingga wajahku memerah.
Namun, berbicara dengannya membuatku merasa lebih santai, seolah ketegangan dalam diriku mulai berkurang.
Mungkin, masalah pedang yang rusak atau perasaan diawasi hanyalah kekhawatiranku yang berlebihan.
"Ngomong-ngomong, kamu ada waktu luang setelah ini? Bagaimana kalau makan yang manis di Ranman-tei?"
"Maaf... Aku ada urusan."
"Kalau itu cepat selesai, aku bisa menunggumu lho?"
"Kurasa akan cukup lama. Lain kali saja kita pergi ya."
"…Baiklah. Sampai jumpa besok, Chrono."
Setelah berpisah dengan Ofelia yang tampak sedikit kecewa, aku berjalan cepat menuju kamar di asrama.
*
Begitu aku kembali ke kamar, aku langsung mengunci pintu.
Kamar yang sederhana, hanya berisi tempat tidur dan meja. Pemandangan yang sama seperti biasanya.
Namun, berbeda dari biasanya, ada seorang gadis yang tertidur di atas tempat tidur.
"Untuk sementara waktu, aku membawanya ke sini..."
Satu jam sebelumnya, Charlotte jatuh dari langit. Begitu dia mendengar namaku, dia langsung pingsan.
Aku tidak mungkin membiarkannya begitu saja, tetapi juga merasa tidak pantas membawanya ke markas kesatria, jadi aku membawanya ke kamarku terlebih dahulu sebelum pergi ke pemeriksaan rutin.
Saat mengamati Charlotte dengan lebih seksama, terlihat luka-luka di seluruh tubuhnya dan perlengkapan yang dikenakannya.
Pakaian yang pas dengan tubuhnya, desain pedang yang belum pernah kulihat, dan sihir berupa sinar yang dia gunakan dalam pertarungan jelas bukan berasal dari dunia ini.
Tanpa sadar, pandanganku tertuju pada bagian dadanya yang naik-turun dengan nafasnya.
Pakaian yang robek akibat luka menunjukkan tanda-tanda akan memperlihatkan apa yang ada di baliknya.
Baru kusadari sekarang, membawanya ke kamar mungkin adalah keputusan yang buruk.
"Uuh..."
Charlotte tampaknya mulai sadar, dan aku dengan panik memalingkan pandangan.
"He-hey, kamu sudah sadar?"
"Ah... Maaf, kamu yang membawaku ke sini, kan?"
Charlotte bangkit dari tempat tidur, tetapi tiba-tiba terdiam dan menatapku dengan intens.
"Permisi. Apakah Anda adalah Tuan Chrono Sickzard?"
"Ya, benar."
"Ini adalah kamar Chrono-sama, ya?"
"Benar, ini kamarku di asrama."
"Tadi aku tidur di mana?"
"Di tempat tidurku."
"Dan jubah yang sedang kupakai ini?"
"Itu juga milikku. ...Apa baunya tidak enak?"
"Jadi, aku dibawa oleh Tuan Chrono Sickzard, dibalut dengan jubah Anda, dan tidur di tempat tidur Anda?"
"Y-ya, benar."
"... ... ... A-ba-ba-ba-ba-ba-ba-ba!"
Setelah beberapa detik hening, Charlotte mulai gemetar seperti mesin yang rusak.
"Ke-kenikmatan seperti ini tidak dirancang untuk tubuh manusia! Sa-saya akan mati... Akan mati!!"
"Hei? Apa yang terjadi tiba-tiba!?"
"Anda tidak mengerti!? Saya dibawa oleh Chrono-sama, dibalut jubahnya, dan tidur di tempat tidurnya!"
"Itu hanya pengulangan dari yang kamu katakan tadi, kan?"
"Dan juga udara di kamar Chrono-sama ini masuk ke paru-paruku... Apa Anda punya botol kecil? Aku ingin membawa pulang udara ini!"
Tidak ada gunanya... Dia benar-benar panik. Sepertinya memang keputusan membawa dia ke kamarku adalah kesalahan.
"Dan ini jubah Chrono-sama! Biar kucium! Sniiiif—"
"Hei, tenang dulu—"
Akhirnya Charlotte mulai mencium jubah itu, dan aku tak punya pilihan selain menutup mulutnya dengan telapak tanganku.
Namun, aku kehilangan keseimbangan dan malah menjatuhkan Charlotte di atas tempat tidur.
"Eh!?"
"Ah, maaf..."
Aku mendapati diri berhadapan langsung dengan mata Charlotte.
Matanya seperti permata yang bersinar, membuat jantungku berdegup kencang.
"Maaf... Tapi, bisakah kamu tenang sebentar, Charlotte?"
Dengan suara tenang yang penuh permohonan, aku mencoba membujuknya. Charlotte, dengan wajah memerah, langsung menjadi sangat tenang.
"Ba-baik... Aku sudah tenang..."
Dia menjawab dengan nada formal, seolah-olah sedang demam, dengan tatapan kosong.
"Baiklah. Kalau begitu, ada banyak hal yang ingin kutanyakan. Bisakah kamu menjelaskannya?"
Mengapa dia jatuh dari langit, siapa dia sebenarnya, dan bagaimana dia tahu namaku.
Ada banyak hal yang harus aku ketahui.
*
"──Jadi, aku hanya ingat sampai saat aku bertarung dengan makhluk invasi level V, tapi ketika tersadar, aku sudah berada di zaman ini..."
"Jadi, Charlotte berasal dari masa depan, 200 tahun kemudian...?"
Aku mengulang penjelasan Charlotte untuk merapikan isi pembicaraannya.
Itu cerita yang sulit dipercaya.
Namun, teknologi dan perlengkapan yang dia miliki jelas merupakan teknologi yang jauh melampaui zaman ini. Tidak ada pilihan selain mempercayainya. Atau lebih tepatnya, ada terlalu banyak hal yang tidak masuk akal, sehingga pembahasan ini tidak akan berlanjut kecuali aku menganggap dia benar-benar dari masa depan.
"Jadi, di masa depan, aku dianggap sebagai seorang pahlawan...?"
"Benar!"
"Dan aku menjadi tokoh utama dalam novel dan game di sana...?"
"Benar sekali! Aku akan tunjukkan buktinya! ─《Terbukalah, ruang!》"
Charlotte melafalkan mantra, dan tiba-tiba, lubang hitam muncul di udara.
"Apakah ini juga sihir dari masa depan...?"
"Iya. Ini adalah sihir bernama 《Terbukalah, ruang》, yang memungkinkan untuk menyimpan segala macam barang mulai dari perlengkapan cadangan hingga barang promosi. Sihir ini sangat ramah bagi para otaku yang selalu kekurangan ruang penyimpanan."
Charlotte memasukkan tangannya ke lubang tersebut dan mengeluarkan sebuah buku.
"Ini dia buktinya!"
Di sampul buku itu tertulis 『Kisah Legenda Chrono』 dan terdapat ilustrasi seorang pemuda berambut hitam dengan mata merah.
"Buku ini berjudul 『Kisah Legenda Chrono』, yang menggambarkan sebagian besar perjalanan hidup Chrono-sama, termasuk fiksi di dalamnya. Ini adalah pilihan sempurna bagi mereka yang ingin melihat, mengetahui, dan mengukir informasi tentang Chrono-sama di otak mereka. Buku ini tersedia dalam berbagai media seperti manga, anime, dan game, sehingga orang yang tidak suka membaca tetap bisa menikmatinya──"
Charlotte terus berbicara dengan sangat cepat.
Selama itu, dia juga mengeluarkan boneka, kipas, dan tas yang dipenuhi dengan pin karakter yang sama.
...Jelas bahwa dia adalah penggemar berat, atau lebih tepatnya, seorang otaku yang tergila-gila padaku.
Aku menatap pemuda di sampul buku itu dan merasakan ada sesuatu yang aneh.
"Apakah pemuda di sampul ini adalah aku?"
"Benar sekali! Wajahnya sangat indah, seindah Chrono-sama yang asli!"
"...Apakah di masa depan, mataku digambarkan berwarna merah?"
"Iya! Itu pertanyaan yang sangat bagus! Dari sekian banyak karya yang menggunakan Chrono-sama sebagai tokoh utama, sekitar 90% menggambarkan matanya berwarna merah. Aku bahkan membuat statistik ini tahun lalu dan membagikannya di sebuah doujinshi, jadi aku yakin itu benar. Namun, ketika melihat langsung... warna mata Anda tidak merah, ya..."
Nada cepatnya melambat saat dia melihat mataku.
Ya, mataku hitam pekat, keduanya.
"Yah... secara umum memang begitu sih."
Aku mencoba menghindari masalah dengan jawaban yang ambigu.
Melihat ekspresi Charlotte yang kebingungan, tampaknya kekuatanku yang sebenarnya tidak diketahui di masa depan.
Aku menghela napas untuk merapikan pikiranku.
"...Jujur saja, sulit dipercaya bahwa aku dianggap sebagai pahlawan di masa depan──"
"Sangat disayangkan, anime-nya hanya mencapai musim kedua, jadi Chrono-sama yang ketiga──"
"...Maaf, bisa kita hentikan dulu pembahasannya?"
"Ah! Maafkan aku. Aku jadi tidak bisa berhenti begitu ada kesempatan untuk mempromosikannya..."
Charlotte tampak malu, wajahnya memerah, dan dia menundukkan tubuhnya seperti anak kecil.
Dari apa yang kulihat, sepertinya dia akan menjadi sangat antusias jika pembahasannya menyangkut tentang diriku, Chrono.
Aku melanjutkan dari pembahasan sebelumnya.
"Sulit dipercaya, tapi melihat bukti ini, aku tidak punya pilihan selain menerimanya."
Membunuh tujuh makhluk invasi level V adalah sesuatu yang sulit untuk dipercaya. Namun, fakta bahwa ada karya yang menggambarkan perjalanan hidupku dan gadis ini begitu mencintainya membuatku merasa harus menerimanya.
Terlebih lagi, membunuh tujuh makhluk invasi level V berarti menyelamatkan banyak orang. Aku ingin percaya pada masa depan yang penuh harapan seperti itu.
"Syukurlah! Aku senang Anda bisa mempercayainya!"
Charlotte tersenyum cerah setelah mendapat pemahamanku.
"A-anu, Chrono-sama... Setelah Anda memahami situasinya, ada permintaan yang ingin aku ajukan..."
Wajah Charlotte memerah seperti tomat saat dia merangkak maju seperti seekor harimau betina.
Pakaian robeknya hampir memperlihatkan bagian dadanya, dan aku segera mengalihkan pandangan.
"A-apa itu?"
"Bisakah aku meminta tanda tangan Chrono-sama!?"
"Tanda tangan...?"
Charlotte menyerahkan pena kepadaku dengan napas tergesa-gesa.
"Ya, mendapatkan tanda tangan dari Chrono-sama yang asli adalah satu-satunya impianku sejak aku lahir! ──Tolong, tanda tangani di buku 『Kisah Chrono』 ini!"
"Hanya di buku itu...?"
Aku sempat berpikir dia ingin aku menandatangani tubuhnya!
"Y-ya. Apakah Anda bersedia?"
"Tentu, tapi jangan terlalu berharap banyak karena aku belum pernah melakukannya sebelumnya."
"Y-ya! Jadi, ini adalah pertama kalinya Anda memberikannya kepadaku…?"
"Cara bicara itu bisa menimbulkan kesalahpahaman, tahu...?"
Menandatangani buku yang terinspirasi dari diriku sendiri adalah perasaan yang aneh, tapi aku menuliskan namaku di sampul buku itu.
"Bisakah Anda menulis dengan nama Charlotte Lunataker?"
"Permintaannya banyak sekali... Ini, sudah selesai."
"Terima kasih banyak!"
Charlotte memeluk buku itu erat-erat dengan wajah penuh kebahagiaan.
"Dan, jika memungkinkan... bisakah aku mengambil foto Anda?"
"Foto...?"
"Ya, mengambil foto Chrono-sama yang asli adalah satu-satunya impianku sejak aku lahir──"
"Tunggu, aku baru saja mendengar kalimat itu... Jadi, apakah kita harus pergi ke studio foto?"
"Tidak, aku bisa mengambilnya di sini dengan perangkat sihir otomatis ini. Malahan, mengambilnya di kamar Chrono-sama akan memberikan nilai lebih!"
Charlotte menunjukkan perangkat kecil berbentuk kotak seukuran telapak tangan. Aku tidak tahu di mana letak nilai istimewanya, tetapi setidaknya aku paham bahwa kami tidak perlu pindah ruangan.
"Y-ya sudah, tidak ada pilihan lain..."
Aku tidak suka difoto karena merasa canggung, tetapi melihat Charlotte yang terlihat begitu senang membuatku sulit menolak.
Aku pun duduk di sebelahnya agar lebih mudah untuk mengambil foto.
"E-eh, sebenarnya aku hanya ingin memotret Anda sendiri, tanpa perlu berdua…"
"Eh? Serius?"
Kupikir kami akan berfoto bersama! Aku langsung merasa sangat malu dan buru-buru menjauh dari Charlotte.
"Mo-mohon tunggu sebentar… S-sekali ini saja, mari kita berfoto bersama…!"
Namun, Charlotte menahanku dengan memegang tanganku.
Tatapannya memohon dengan mata yang hampir berlinang air mata. Meski genggamannya lemah dan mudah kulepaskan, ekspresi itu langsung menghapus keinginanku untuk menjauh.
"O-oke, aku mengerti."
Aku kembali duduk di samping Charlotte, kali ini tanpa melawan.
"Lalu, bisakah Anda mendekat sedikit lagi…? Setelah itu, tolong angkat ibu jari Anda. Aku akan membuat separuh bentuk hati…"
Rambut Charlotte menyentuh pipiku, sementara aroma manis yang samar memenuhi hidungku.
Aku hampir tidak bisa menahan senyumanku, tetapi aku tidak ingin meninggalkan ekspresi seperti itu dalam foto. Dengan susah payah, aku menahan pipiku yang hampir terangkat, mencoba mempertahankan wajah tenang.
Klik! Klik! Klik! Klik! Klik!
Suara jepretan kamera terus terdengar. Ketika melirik ke arah Charlotte, aku melihat wajahnya benar-benar bahagia, penuh senyuman lebar yang membuatnya terlihat jauh dari sosok ksatria tangguh yang membantai makhluk-makhluk invasif.
"Terima kasih banyak! Aah… akhirnya impianku terwujud…!"
Setelah beberapa menit suara jepretan yang terus berlanjut, Charlotte menangis tersedu-sedu, air mata besar mengalir di pipinya.
"Sungguhan, kamu sampai menangis segala…?"
"Te-tentu saja saya menangis…!"
Charlotte memeluk buku yang sudah aku tanda tanganku dan perangkat pemotret itu erat-erat, sementara ia menyeka air mata dengan jari-jarinya.
"Dan… ada satu permintaan lagi…"
"Masih ada lagi!?"
Tampaknya, setelah semua emosinya keluar, dia kembali dengan permintaan lain.
"Ini bukan permintaan besar! Aku hanya ingin melihat pedang yang Anda gunakan…! Jika sesuai dengan waktu ini, seharusnya itu Chronon No. 1, kan?"
"Chronon No. 1...?"
"Itu nama pedang yang digunakan oleh Anda!"
Siapa yang memberi nama seaneh itu?
Bagaimanapun, permintaan Charlotte kali ini tidak bisa kupenuhi.
"Maaf, aku tidak bisa menunjukkannya sekarang. Pedang itu sedang dalam perbaikan."
Aku menunjukkan cartridge pedangku yang retak kepada Charlotte.
"Eh…"
Charlotte mendekatkan wajahnya, menatap retakan itu dengan ekspresi serius.
"...Apakah Anda sendiri yang merusaknya?"
"Tentu saja tidak. Saat digunakan, tiba-tiba rusak begitu saja… Kenapa memangnya?"
"Ini tanggal berapa sekarang?"
"Tanggal 4 Maret."
"...Kalau begitu, pedang Chronon No. 1 seharusnya tidak rusak sekarang. Berdasarkan sejarah, Chronon No. 1 rusak pada Agustus tahun 555 di Misi Pemusnahan North Delta. Hal ini bahkan tercatat dalam dokumen waktu itu. Tapi sekarang, pedang ini rusak lima bulan lebih awal dari seharusnya…"
Charlotte meletakkan tangan di dagunya, tampak tenggelam dalam pikirannya.
"──Chrono-sama, apakah belakangan ini ada sesuatu yang aneh terjadi?"
"Aku dimintai tanda tangan dan berfoto oleh seorang gadis yang mengaku sebagai penggemarku dari masa depan..."
"Ah, tidak, maksudku, selain aku! Apakah Anda merasa seperti sedang diincar seseorang, atau mungkin merasa ada yang mengawasi Anda?"
Dengan tatapan serius, Charlotte menatapku. Sepertinya dia tidak sedang bercanda.
"Memang... akhir-akhir ini pedangku sering rusak, dan aku memang merasa diawasi... tapi..."
Aku ingin mengatakan itu mungkin hanya perasaanku saja. Namun, melihat ekspresi Charlotte yang mengerutkan kening, aku tidak sanggup melanjutkan ucapanku.
"Ini hanya kemungkinan, tapi... mungkin saja..."
Charlotte, yang telah selesai berpikir, mulai berbicara.
"──Ada orang lain selain aku yang datang dari masa depan."
Kata-katanya terdengar berat, bergema di telingaku.
"Itu... bukankah itu terlalu jauh melompat pada kesimpulan?"
"Namun, jika tidak begitu, tidak ada alasan mengapa pedang Chrono-sama rusak lima bulan lebih awal dari seharusnya. Jika sejarah berubah, itu berarti ada seseorang yang tidak seharusnya ada di masa ini."
Meski secara refleks aku menolaknya, hal itu tidak sepenuhnya mustahil.
──Buktinya, gadis di hadapanku ini berasal dari masa depan.
Tidak ada bukti bahwa ada orang lain dari masa depan selain Charlotte.
Tidak juga ada jaminan bahwa sejarah yang Charlotte ceritakan benar.
Namun, jika kupikirkan, penjelasan itu masuk akal untuk kejadian-kejadian aneh yang terjadi belakangan ini.
"Jadi, apakah maksudmu orang dari masa depan itu sengaja merusak pedangku dan mengawasiku? Untuk apa...?"
"Itu... Aku tidak tahu. Namun, dalam cerita-cerita yang melibatkan perjalanan waktu, hal kecil saja sering kali dapat mengubah masa depan secara besar-besaran... Jika dunia ini pasti juga begitu..."
"Maksudmu, masa depan di mana aku mengalahkan spesies Level V juga bisa berubah?"
Wajah Charlotte langsung membeku mendengar ucapanku.
Level V adalah makhluk yang mampu menghancurkan dunia seorang diri.
Jika masa depan berubah dan aku tidak bisa mengalahkan satu pun dari mereka, kehancuran besar tak terhindarkan.
Kehancuran peradaban menjadi puing, darah dan daging bercampur dengan tanah──bayangan buruk itu melintas di pikiranku.
──Kalaupun begitu, apa yang bisa kulakukan?
Kecuali orang dari masa depan itu muncul di hadapanku, aku tidak tahu siapa dia. Kemungkinan yang bisa kulakukan begitu sedikit.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi..."
Charlotte berbisik.
Wajahnya penuh tekad, seperti saat aku pertama kali bertemu dengannya.
"Aku tidak akan membiarkan siapapun mengubah Chrono-sama yang aku sukai dan sejarah Anda. Jadi──"
Dengan berlutut, Charlotte menggenggam tanganku.
"Izinkan saya, Charlotte Lunataker, untuk tetap berada di sisi Anda. Sebagai ksatria pribadi Anda, saya akan melindungi Anda dan masa depan Anda."
Tatapan Charlotte yang serius membuatku tanpa sadar menganggukkan kepala, bahkan sebelum sempat memikirkan apa-apa.
"O-oke, kalau itu yang kamu mau, aku serahkan padamu."
"Syukurlah. Ji-jika saja aku kalau ditolak, aku tidak akan sanggup melanjutkan hidup rasanya..."
Begitu rasa tegangnya hilang, Charlotte tersenyum dengan ekspresi lega yang aneh, wajahnya benar-benar santai.
Bisakah aku benar-benar mengandalkan dia...? Mendadak aku merasa ragu.
Charlotte Lunataker
Kalender Sihir Tahun 555, 4 Maret, Pukul 22:30
Di salah satu kamar asrama yang disiapkan oleh pasukan ksatria.
Jika ingin melindungi masa depan Chrono-sama, aku harus berada sedekat mungkin dengannya.
Artinya, aku juga harus bergabung dengan pasukan ksatria di zaman ini.
Dengan membawa dokumen palsu yang aku buat dengan sihir, aku pergi ke markas ksatria, dan akhirnya diizinkan mengikuti ujian masuk besok.
Dari sudut pandangku sebagai seseorang dari masa depan, keamanan mereka terkesan mengkhawatirkan. Namun, tampaknya kekurangan sumber daya manusia adalah masalah abadi di setiap zaman.
Aku berbaring di tempat tidur yang keras sambil memandangi buku dengan tanda tangan di dekat bantal.
Nama Chrono-sama dan namaku yang ditulis olehnya.
Kalau bisa, aku ingin semua tulisan tangannya dijadikan font dan disebarkan ke seluruh dunia.
Di sebelah buku itu, ada foto berdua kami.
Melihatnya membuatku merasa seperti bertemu pandang dengannya, sehingga jantungku berdebar. Seharusnya aku menurunkan kualitas fotonya.
Dalam dunia ini, aku pertama kali bertemu Chrono-sama, tidur di tempat tidurnya sambil berselimut jubahnya, mendapatkan tanda tangannya, dan bahkan berfoto bersamanya.
Semua itu terekam jelas dalam ingatanku, seperti sebuah film. Kalau memungkinkan, aku ingin menggandakan memori ini sebagai media visual dan menyebarkannya ke seluruh umat manusia.
"……Tidak, aku terlalu aneh…"
Saat aku mengingat kejadian hari ini, rasa malu mulai menyerangku.
── Apakah udara di kamar Chrono-sama ada dalam paru-paruku? Seandainya aku membawa botol kecil…
"Uh……!"
── Sebagai ksatria pribadi Chrono-sama, aku akan melindungi dia dan masa depannya.
"Guee…!"
Diriku di masa lalu seperti menghunuskan pisau rasa malu pada diriku saat ini.
Saat mengingat kembali, perilaku dan pikiranku terlalu seperti penggemar obsesif. Aku ingin semuanya seolah-olah tidak pernah terjadi dan memulai ulang dari awal.
Tapi, meskipun aku memulai ulang seratus kali, aku bisa dengan mudah membayangkan diriku melakukan seratus kebodohan lain. Mustahil untuk menyembunyikan sifat asliku.
Apa yang telah terjadi tidak bisa diubah. Yang penting adalah apa yang kulakukan selanjutnya.
"Huff… huff…"
Aku mengatur napas dan menenangkan diri.
Aku adalah ksatria yang melindungi masa depan Chrono-sama. Tidak pantas bagi ksatria pribadi Chrono-sama untuk digoyahkan oleh rasa malu.
Pasti ada orang dari masa depan di zaman ini selain aku. Dan untuk alasan tertentu, orang itu berusaha mengubah masa depan Chrono-sama.
Demi nama ksatria pribadi, aku akan melindungi masa depan di mana Chrono-sama mengalahkan 7 makhluk Level V dan menjadi pahlawan.
"Apa pun yang terjadi, aku pasti akan melindunginya…"
Aku memperbarui tekadku sambil memandang foto kami berdua.
Namun, aku tetap saja aku merasa malu. Lain kali, aku harus menurunkan kualitas fotonya.
Chrono Sickzard
Kalender Sihir Tahun 555, 5 Maret, Pukul 08:12
Markas Cabang Pasukan Ksatria, Lendia.
Organisasi yang beranggotakan banyak ksatria ini memiliki akademi pelatihan yang ditujukan untuk melatih orang-orang yang dapat melawan spesies penyerang.
Mereka yang belajar di akademi ini disebut calon ksatria. Selama dua tahun, mereka mempelajari dasar-dasar sihir hingga cara menggunakan pedang, dan kemudian ditugaskan ke unit yang sesuai.
Sebagai siswa tahun kedua di akademi itu, aku sedang berjalan melewati gerbang utama yang megah.
"Selamat pagi, Chrono senpai!"
Sebuah suara manis terdengar bersamaan dengan kemunculan sosok kecil dari balik bayangan gerbang.
Dia adalah Ai Arkuvedia, siswa tahun pertama yang beberapa bulan lalu sementara ditempatkan di timku.
"Pagi, Ai."
"Chrono senpai, kenapa kemarin langsung pulang setelah misi? Ada urusan ya?"
"Ya, sedikit."
Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku membawa orang dari masa depan ke kamarku, jadi aku mengelak seadanya.
Tiba-tiba, suara keras datang dari belakang.
"Beri jalan! Ada korban terluka!"
Ksatria-ksatria berlari sambil membawa tandu.
Aku hanya sempat melihat sekilas luka bakar parah di tubuh korban, tapi itu sudah cukup membuat dadaku sesak.
"Itu pasti serangan burung api, ya," kata Ai.
"Sepertinya begitu."
Burung api itu baru-baru ini sering muncul dan menimbulkan banyak korban. Kemarin aku mencarinya, tapi yang kutemukan justru seorang gadis bernama Charlotte yang jatuh dari langit.
"Ini harus segera ditangani," gumamku.
"Betul, Chrono senpai pasti bisa, kan?"
"Aku sendiri?"
"Tentu, Senpai pasti bisa."
Ai hanya tersenyum penuh arti.
Di depan gedung akademi, kerumunan orang berkumpul. Di tengah lapangan, tampak seorang gadis berambut pirang muda mengenakan jubah hitam pria, dengan lima ksatria tergeletak di sekitarnya.
"Charlotte… luar biasa."
Aku tersenyum kecil, mengagumi kekuatannya. Meski tanpa teknologi masa depan, dia mampu bertarung seperti ini.
Saat Ofelia dan Ai mencoba melihat gadis yang menjadi bahan pembicaraan, aku hanya bisa tersenyum masam melihat pemandangan di depanku.
"Benar-benar kuat, ya... Charlotte."
Meski ia mengatakan ingin bergabung dengan kesatria zaman ini demi melindungi masa depanku, aku tidak menyangka ia bisa bertarung sejauh ini tanpa menggunakan teknologi dari masa depan.
Charlotte, yang menyadari kerumunan ada di sekitarnya, menampilkan ekspresi tegas yang tidak mungkin ia tunjukkan di depanku.
Dia melambaikan tangan kecilnya, dan hanya dengan gerakan itu, sorakan besar kembali bergema dari para penonton.
"Mulai hari ini, jumlah kandidat kesatria angkatan ke-12 bertambah. ──Baiklah, sebutkan namamu."
"Namaku Charlotte Lunataker. Aku akan bergabung mulai hari ini. Waktuku sebelum penempatan resmi tidak banyak, jadi aku mohon kerja samanya."
Di dalam kelas tempat para kandidat ksatria berkumpul, Charlotte diperkenalkan dengan percaya diri atas arahan instruktur.
Rambut pirang cerahnya tertata rapi dengan kepang, wajahnya memancarkan ketegasan. Meski mengenakan seragam yang sama, ia memiliki aura yang sangat memikat, hampir seperti bangsawan dari negeri asing. Jika seseorang mengatakan ia seorang anggota keluarga kerajaan, mungkin kebanyakan orang akan mempercayainya.
Charlotte menunjukkan kekuatan luar biasa dalam ujian masuk dengan mengalahkan lima kesatria aktif sekaligus. Dengan kemampuan itu, seharusnya ia bisa langsung mendapatkan penempatan resmi tanpa harus melalui pelatihan.
Namun, atas permintaan kuat darinya sendiri, ia diperlakukan sebagai siswa pindahan angkatan ke-12, sama seperti kami.
"U-umm, bolehkah aku bertanya sesuatu!"
Belum sempat instruktur meminta pertanyaan, seorang gadis dari angkatanku dengan suara agak gugup sudah mengangkat tangannya.
"Ah, tentu saja, silakan," jawab Charlotte dengan ramah.
"Kamu berasal dari mana?"
"Asalku dari sebuah desa kecil di bagian utara Ortos. Saat sedang berlatih pedang, aku direkrut oleh anggota kesatria," jawab Charlotte dengan tenang.
Tentu saja itu bohong.
Tidak mungkin dia bisa berkata jujur bahwa ia berasal dari masa depan. Alasan itu hanyalah cerita yang dibuat untuk menutupi identitasnya dan menjelaskan keberadaannya di kesatria.
Agar tidak memberikan pengaruh buruk pada masa depan, Charlotte memutuskan untuk merahasiakan asal-usulnya dari masa depan dan berusaha seminimal mungkin berhubungan denganku.
"Mengapa kamu memakai jubah pria?"
"Ini? Sepertinya jubah putih untuk wanita sedang habis, jadi aku memakai jubah pria sebagai gantinya," jawabnya santai.
...Mungkin itu juga bohong.
Kemarin Charlotte membawa jubahku pulang dengan alasan ingin mencucinya. Dan hari ini, jubah yang ia kenakan tampak memiliki noda dan jahitan yang tidak mungkin dimiliki jubah baru.
Dari bukti tersebut, jubah yang ia pakai jelas-jelas milikku.
"Apa-apaan dia sampai memakai milikku di depan umum!"
Aku ingin sekali berteriak, tapi berdasarkan ceritanya, Charlotte adalah siswa pindahan yang tidak mengenalku. Jadi aku tidak bisa menyampaikan keberatanku.
"Apakah ini terlihat aneh?"
"T-tidak! Itu sangat cocok dan indah!"
Saat Charlotte dengan malu-malu menutupi mulutnya menggunakan lengan jubah yang tidak pas ukurannya, sorakan pun terdengar, terutama dari para gadis.
Di balik penampilannya yang tegas, terlihat sedikit rasa malu, membuatnya semakin memikat.
Bahkan aku, yang tahu sifat aslinya, merasa sedikit terpengaruh oleh gerakannya itu. Jadi aku memutuskan untuk tidak mempermasalahkan soal jubah tersebut.
"Apa kamu punya hobi?"
Pertanyaan dari para kandidat terus berlanjut.
"Hobi, ya..." Charlotte bergumam sambil melirik ke arahku.
Jangan-jangan dia akan membicarakan aku...
"Hobiku adalah membaca buku, kurasa," jawabnya dengan tenang.
Aku sempat khawatir dia akan menjadi terlalu antusias seperti kemarin, tapi ternyata tidak—
"Terutama karya yang menampilkan Tuan Chrono Sickzard. Aku telah membaca semua karyanya dan memiliki empat salinan untuk setiap buku: satu untuk membaca, satu untuk dipamerkan, satu untuk dibawa bepergian, dan satu untuk disimpan. Jika ada yang ingin tahu tentang Chrono-sama, tanyakan saja padaku. Aku bisa menjelaskan apa saja—"
"Ya ampun, dia melakukannya lagi...!"
Aku memukul meja dengan kepalan tangan, merasa frustasi. Suaraku sepertinya membuat Charlotte tersadar, dan ia tiba-tiba menjadi gugup dengan wajah memerah.
"Ma–maksudku, Chrono-sama yang kubicarakan itu bukan orang di kelas ini. Maksudku, itu adalah karakter... ya, begitulah... ah, kebetulan sekali ada seseorang di kelas ini dengan nama yang sama. Hahaha…"
Cara mengelaknya benar-benar tidak masuk akal.
Para kandidat lainnya tampak kebingungan, melemparkan tatapan bingung dan curiga ke arahku dan Charlotte.
*
'Spesies invasi memperoleh sifat dari target yang dimangsanya.'
Jika mereka melahap baja, mereka mendapatkan lapisan luar baja. Jika mereka menelan api, mereka memperoleh tubuh api.
Karena sifat ini, umat manusia mengalami kesulitan yang besar.
Spesies invasi memiliki kemampuan untuk melintasi dunia lain, sehingga tidak sedikit individu yang memiliki sifat yang tidak ada di dunia ini.
Terhadap mahluk tersebut, senjata manusia tidak berdaya untuk melawan mahluk tersebut.
Namun, umat manusia tidak menyerah.
Jika senjata itu tidak ada di dunia ini, maka mencarinya dari dunia lain adalah jawabannya.
Spesies invasi memperoleh sifat dari target yang dimangsanya.
Dan, spesies invasi memiliki kemampuan untuk melintasi dunia lain.
Jika demikian, bukankah kita bisa memanfaatkan sifat spesies invasi?
Jika kita membedah ratusan hingga ribuan mayat spesies invasi dan menganalisis sifatnya, mungkin kita dapat menemukan teknologi yang telah mereka mangsa—senjata dari dunia lain yang dapat mengalahkan para invasi itu.
Berdasarkan pemikiran tersebut, para penyihir dan cendekiawan di seluruh dunia berkumpul dan menciptakan senjata.
Senjata itu adalah bilah kekuatan magis super padat untuk melawan spesies invasi—dikenal sebagai "Blade".
Sekilas, itu hanya terlihat seperti gagang pedang saja. Namun, dengan aliran kekuatan magis dari penggunanya, ia membentuk bilah kekuatan magis yang sangat padat.
Para ksatria melatih keterampilan mereka dengan Blade melalui pertempuran simulasi untuk melawan spesies invasi.
"Baiklah, aku menyerah!"
"Pertarungan selesai. Pemenangnya adalah Charlotte Lunataker."q
Di lapangan tempat pelajaran seni pedang berlangsung, terdengar suara menyerah seorang gadis calon ksatria, diikuti penilaian instruktur.
"Hmm. Teknikmu tidak buruk juga."
Charlotte, yang mengalahkan gadis itu, menyimpan bilah Blade-nya.
"Tapi, kamu terlalu fokus pada mengayunkan Blade sehingga mengabaikan kakimu. Selain menyerang, penting juga untuk menciptakan ritme sendiri."
"Y-ya…! Terima kasih banyak."
Seperti instruktur, Charlotte memberikan saran. Nasihatnya tepat, sehingga instruktur di dekatnya tampak agak canggung.
"Charlotte, mau melawanku berikutnya?"
"Tentu saja. Serang aku sesukamu."
Dikelilingi teman-teman seangkatannya di tengah lapangan, Charlotte menerima tantangan mereka satu per satu tanpa henti sejak pagi.
"Ini sudah kemenangan beruntun yang ke-14…"
Di pojok lapangan, aku bergumam..
Jika dihitung dengan 5 pertarungan dari ujian masuk, itu menjadi 19 kemenangan beruntun.
Baik seni pedang maupun kemampuan mempertahankan Blade dalam pertarungan beruntun, semuanya berada di tingkat tertinggi.
"Anak sehebat itu bilang dia menyukaiku…"
Membayangkan Charlotte, yang tampak tenang menerima serangan teman-temannya, adalah orang yang sama yang dengan cepat berbicara tentangku, membuatku sedikit gugup.
"Ah, aku menemukannya!"
Saat memandang ke arah suara itu, aku melihat Ofelia datang ke lapangan.
"Hei, Ofelia. Apa kamu boleh ke sini?"
"Iya. Ini waktunya istirahat, jadi tidak masalah. Kudengar anak yang mengalahkan lima orang saat ujian masuk pindah ke kelasmu, kan? Aku penasaran seperti apa dia."
Ofelia adalah seorang angkatan ke-12 sepertiku. Namun, karena kecerdasannya dan kurangnya kemampuan bertarung, ia sudah bekerja sebagai peneliti spesies invasi.
"Jadi, gadis berambut pirang itu Charlotte Lunataker ya?"
Saat Ofelia menoleh, terdengar sorak-sorai dari tengah lapangan. Charlotte telah mengalahkan satu lawan lagi.
"Itu kemenangan ke-15."
"Ke-15!? Hebat sekali!"
"Tapi, kurasa dia belum menunjukkan kemampuan penuhnya."
"Benarkah?"
"Saat ujian masuk, dia mengalahkan lima ksatria aktif. Sulit bagi calon ksatria seperti kita untuk membuatnya serius."
Ksatria di tempat pelatihan memang sering ditugaskan, tapi lebih banyak pada dukungan belakang.
Tidak mungkin mereka melawan Charlotte, yang pernah menjadi kapten di masa depan.
"Kalau begitu, siapa yang lebih hebat, kamu atau dia?"
"…Kenapa membandingkan aku dengannya?"
"Karena kamu lebih kuat dari yang lain, kan?"
Dengan senyuman yakin, Ofelia membuatku sulit mengelak.
Meski aku ingin mencoba melawan orang sekuat itu, Charlotte sebagai lawan terasa terlalu mencolok.
"Seandainya aku punya alasan untuk tidak bertarung…"
"Aku tahu kamu akan bilang begitu, jadi aku membawakan Blade yang sudah diperbaiki! Yang sebelumnya adalah Chronon One, dan ini Chronon Two."
"Jadi, kamu yang memberi nama itu…"
Ofelia menyerahkan Blade, mematahkan alasan yang ingin kugunakan.
Sementara itu, Agatha, yang berdiri di sebelah Ofelia, berkata, "Aku juga ingin tahu siapa yang menang."
Ofelia mendorong punggungku, seolah memberikan semangat.
Kini, aku tidak punya jalan keluar lagi. Aku pun mengajukan simulasi pertarungan kepada Charlotte, yang baru saja mencatat kemenangan ke-16 berturut-turut.
"Charlotte, selanjutnya aku dengamu, bagaimana?"
"Chrono sa... nngh! Chrono-kun, ya. Tentu saja, tidak masalah."
Sempat hampir memanggil seperti biasanya dengan "sama," Charlotte berdeham untuk menutupi kesalahannya.
Rasanya aneh mendengar Charlotte memanggilku dengan "kun." Lagipula, fakta bahwa dia biasanya memanggilku dengan "sama" juga sudah cukup aneh...
"Charlotte...! Sebenarnya, kita sedang dilihat oleh kenalanku."
Aku memanggil Charlotte dengan suara yang hanya bisa didengar olehnya, lalu mengarahkan pandangan ke Ofelia dan Agatha yang berdiri di belakang.
"Rambut abu-abu itu... senyuman yang menenangkan hati siapa pun yang melihatnya... Jangan-jangan, itu Ofelia Orfing!?"
"Kau kenal Ofelia?"
"Tentu saja! Dia adalah Ofelia Orfing, yang dibesarkan di panti asuhan yang sama dengan Chrono-sama, dan dikenal telah menganalisis banyak teknologi dari invasi spesies! Luar biasa... Rasanya seperti melihat yang asli..."
"Yah, memang asli sih."
Melihat seberapa antusias Charlotte dengan penjelasannya, tampaknya Ofelia juga akan tercatat dalam sejarah. Sebagai seseorang yang telah bersamanya sejak kecil, ini lebih masuk akal bagiku daripada jika aku sendiri disebut sebagai pahlawan.
"Jadi, aku ingin meminta sesuatu... Setelah beberapa kali saling serang, aku akan berpura-pura goyah. Saat itu, seranglah aku habis-habisan."
"Mengapa begitu...? Melihat kemampuanmu kemarin, aku pikir kita seimbang..."
"Ada alasan tertentu untuk itu. Aku tidak ingin para ksatria mengetahui kemampuan asliku. Saat ada banyak orang, aku tidak bisa menggunakan kekuatanku yang kemarin."
"Begitu ya...! Memang benar, selama masa pelatihan, Chrono-sama dikenal sebagai siswa dengan nilai biasa-biasa saja, seperti orang kebanyakan yang mudah dilupakan. Agar tidak mengubah masa depan, lebih baik tidak menonjol di sini."
"Kalau kamu ucapkan seperti itu, rasanya sedikit menyebalkan... Tapi, ya, itulah rencananya."
Setelah sepakat untuk mengatur hasil pertandingan, aku dan Charlotte menjaga jarak dan mengalirkan sihir ke dalam pedang kami.
Muncullah bilah hitam dan emas.
Pedang yang terbentuk dari sihir dengan kepadatan tinggi itu mampu menembus kulit makhluk invasi. Berkat perawatan, rasanya pedang ini lebih nyaman digunakan dari biasanya.
"Berikutnya giliran Chrono, ya."
"Sepertinya ini akan menjadi kemenangan ke-17 untuk Charlotte."
Para teman sekelas mulai bersorak-sorak. Sebagian besar dari mereka tampaknya yakin aku akan kalah. Memang benar, hasilnya akan seperti itu.
"Kamu boleh mulai dulu."
"Kalau begitu, aku terima tawarannya—"
Segera setelah itu, rambut emas berkilauan muncul di depanku.
"Cepat sekali—"
Aku secara refleks menangkis pedangnya dengan bilahku.
Percikan api keluar dari benturan pedang bermuatan sihir.
Ini jauh lebih cepat dibandingkan saat aku melawan yang lain.
Tampaknya, sebelumnya Charlotte belum menunjukkan kemampuan penuhnya.
"Langsung serius, ya di awal-awal...!"
"Karena aku melawan calon pahlawan besar di masa depan, ini wajar, bukan?"
Dengan senyum percaya diri, Charlotte menyerangku dengan pedangnya.
Setiap benturan pedang menciptakan getaran kecil di udara, membuat tekanan besar pada lenganku.
"Apa-apaan rencana goyah tadi...?"
Aku ingin menertawakan diriku sendiri. Tanpa perlu berpura-pura, aku pasti akan kalah.
Namun, aku berhasil memancing kemampuan penuh Charlotte, dan Ofelia mungkin sudah cukup puas melihat sejauh ini.
Tetapi, membiarkan semuanya selesai begitu saja rasanya tidak menyenangkan.
"《Lapisan inti hati Pertama》──《Pelepasan Halus》"
Begitu aku mengucapkan nama sihir itu, detak jantungku berdegup kencang, memenuhi tubuhku dengan sihir.
Merasa ada lonjakan sihir mendadak, Charlotte melompat mundur.
Sihir ini memanfaatkan detak jantung untuk meningkatkan sihir secara sementara.
Namun, teknik ini memberikan beban besar pada tubuh, sehingga jarang digunakan.
"Katanya kamu tidak bisa menggunakan ini di depan banyak orang."
Charlotte tersenyum masam.
"Seharusnya begitu."
Ketika aku melirik pedangku, bilah hitam itu mulai memancarkan warna merah samar.
Aku bermaksud menggunakan sihir ini dengan hati-hati, tetapi mungkin aku hanya punya waktu 30 detik sebelum ksatria menyadari keberadaannya.
"Tapi kamu tahu, kan? Kamu pasti tahu—aku orang yang tidak suka kalah."
Dengan kekuatan sihir yang meningkat, aku memperpendek jarak dengan Charlotte.
Aku sadar ini bukan keputusan yang cerdas. Seharusnya aku membiarkan Charlotte menang dan menjadi lawan ke-17 yang dikalahkannya.
Namun, aku bukan tipe orang yang bisa diam saja di bawah tekanan seperti ini.
—Kalau memang harus kalah, biar saja 30 detik lagi. Selama 30 detik itu, aku akan mengerahkan segalanya.
Pedang kami kembali bertabrakan, sihir berhamburan ke segala arah.
Dalam jarak yang sangat dekat, aku bisa mendengar nafas Charlotte.
"Ah, aah... Wajah Chrono-sama begitu dekat..."
Charlotte yang biasanya percaya diri kini terlihat gugup, wajahnya memerah seperti mendidih.
"Wajah Chrono-sama yang penuh semangat ini terlalu tampan ... Jarak ini seperti jarak untuk jatuh cinta! Chrono-sama, bolehkah saya mencetak bentuk wajah Anda!? Aku ingin memajangnya di kamar!"
Charlotte bergumam tak jelas, dia terlihat benar-benar terkejut dan pedangnya menjadi tidak stabil.
"Hei, tenanglah, Charlotte!"
Tubuh Charlotte terlihat gemetar, lalu ia terduduk lemah.
"...Aku sudah tidak kuat lagi..."
Kepalanya tertunduk, dan Charlotte jatuh terduduk.
...Pertarungan sudah berakhir.
"Serius!? Chrono menang!?"
"Dia sekuat itu!?"
"Tapi bukannya Chrono-kun dari panti yang sama dengan Ofelia...?"
Para penonton terkejut dengan hasil tak terduga ini.
Dari luar, mungkin terlihat seperti aku yang mengalahkan Charlotte, si juara 16 kali beruntun.
...Padahal kenyataannya, Charlotte terlalu bersemangat sendiri dan akhirnya kalah.
Pertarungan yang seharusnya dimana aku kalah, selesai dalam waktu kurang dari 30 detik, dengan kemenangan yang tidak disengaja.
*
Ruang makan di cabang Lendia digunakan oleh semua orang yang ada di sana, sehingga saat jam makan siang, tempat itu selalu penuh dan sesak.
"Sepertinya ruang makan selalu ramai ya, kapan pun itu zamannya. ... Tapi, aku merasa sepertinya kita mendapat perhatian yang berlebihan."
"Yah, itu wajar saja kalau kamu begitu mencolok!"
Aku dan Charlotte berdiri dalam antrian di ruang makan.
Dari segala arah, pandangan diarahkan ke kami, disertai bisikan-bisikan yang tampaknya membicarakan sesuatu.
Charlotte, yang mendominasi ujian masuk dan pertempuran simulasi, dan aku, yang entah bagaimana berhasil mengalahkannya.
Karena kami berdua bersama, sulit untuk tidak menarik perhatian. Terlebih lagi, Charlotte memuji-muji aku dalam sambutan perkenalannya, sehingga tidak ada cara untuk menghindar dari situasi ini.
"Dengan sangat menyesal, aku meminta maaf, Chrono-sama. Semua ini terjadi karena kekuranganku..."
Charlotte menundukkan pandangan dan bahunya dengan penuh rasa bersalah.
Melihatnya seperti anak anjing yang sedih, rasa kesalku pun perlahan memudar.
"Yah, mungkin ini tidak akan berdampak besar."
Pada dasarnya, kami hanya menjadi lebih mencolok dari yang diharapkan. Hal seperti ini tidak akan mengubah masa depan... mungkin.
"Senpaaai! Bolehkah aku makan siang bersama senpai hari ini juga~? ...Huh."
Setelah menerima nampan berisi makan siang, Ai muncul entah dari mana.
Namun, ia tampaknya menyadari keberadaan Charlotte di belakangku dan sedikit mengerutkan alis.
"Chrono-senpai, bisa kemari sebentar."
"Ada apa?"
Mengikuti isyarat tangan Ai, aku mendekat ke arahnya.
"Siapa wanita berambut pirang itu...? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya."
Ai berbisik di telingaku. Suaranya yang biasanya manis kini terdengar dingin.
"Itu Charlotte. Pagi ini dia mengikuti ujian masuk, kan?"
"Dia yang tadi itu...? Lalu kenapa dia bergabung ke akademi pelatihan?"
Ai tampak curiga.
Memang benar, dengan kemampuan Charlotte, dia seharusnya langsung diterima secara resmi. Jadi, reaksi Ai cukup masuk akal.
"Sepertinya aku akan makan sendiri hari ini. Sampai jumpa, Senpai."
Dengan suara khasnya, Ai melambaikan tangan dan pergi.
"Ara? Siapa gadis tadi?"
Setelah mengambil makanannya, Charlotte bertanya kepadaku.
"Tadi itu, juniorku, namanya Ai. ...Apa kamu mengenalnya?"
"Tidak... Itu nama yang baru pertama kali kudengar."
Karena Charlotte tahu tentang Ofelia, aku bertanya-tanya apakah ia juga tahu tentang Ai. Namun, tampaknya Charlotte tidak mengetahui segalanya tentang aku dan orang-orang di sekitarku. ...Wajar saja, mengingat dia berasal dari dua ratus tahun di masa depan.
Ketika kami duduk di kursi yang kosong, Ofelia datang berlari ke meja kami.
"Maaf, ya! Analisisnya memakan waktu lama. ──Ah, itu tadi!"
Menyadari kehadiran Charlotte, Ofelia mengangkat alisnya. Charlotte langsung berdiri dan mengulurkan tangan padanya.
"Aku Charlotte Lunetaker. Aku sudah mendengar tentangmu dari Chrono. Senang bertemu denganmu."
"Begitu ya! Aku Ofelia Orfing. Senang bertemu juga, Charlotte-chan!"
Setelah saling memperkenalkan diri, mereka tersenyum dan berjabat tangan.
Aku sempat khawatir Charlotte akan menunjukkan sisi fanatik-nya secara tiba-tiba, tetapi dia tampaknya bisa tetap tenang.
...Namun, ketika aku melirik kakinya, terlihat ia mencubit pahanya sendiri dengan tangan kirinya. Sepertinya dia berusaha keras untuk menahan diri.
"Aku melihat simulasi pertarungan tadi! 16 kemenangan berturut-turut, itu luar biasa! Kudengar kamu mengalami kehabisan mana, apa kamu baik-baik saja?"
"Terima kasih sudah khawatir. Setelah makan sedikit, aku merasa jauh lebih baikan."
Charlotte tersenyum anggun sambil tetap mempertahankan auranya yang tenang.
Kehabisan mana ditandai dengan keringat berlebih dan pusing.
Charlotte mengalaminya karena pertarungan berturut-turut, dan kebetulan itu terjadi saat melawan Chrono. Itulah kesimpulan yang dibuat oleh para rekan dan Ofelia. Karena mereka salah paham secara kebetulan, biarlah tetap seperti itu.
"Tapi Chrono sangat kuat juga. Bahkan tanpa kehabisan mana, aku mungkin tetap kalah."
"Benar, Chrono itu lumayan kuat! Dia memang sering bolos, jadi nilainya buruk dalam seni pedang, tapi kalau soal menggunakan pedang, dia mungkin yang terbaik di antara kita. Oh, tapi nilainya dalam pelajaran teori, parah banget sih, sampai bikin ketawa."
"Ofelia. Aku senang kamu memujiku, tapi bisakah berhenti menyelipkan hinaan di tengahnya?"
"Fufufu. Maaf, ya. Aku hanya ingin menggoda sedikit."
"...Ugh, interaksi mereka ini... indah sekali..."
Charlotte bergumam lirih sambil mendengarkan percakapan kami. Entah bagian mana dari percakapan itu yang menurutnya indah.
"Haa... Akhir-akhir ini, banyak yang membasmi makhluk invasi, jadi analisisnya semakin banyak saja."
Ofelia menghela napas, tetapi ia tampak tidak terlalu keberatan.
Di kesatria, tidak hanya ada prajurit yang bertempur melawan makhluk invasi.
Ada juga peran analis, yang bertugas menganalisis teknologi yang disimpan oleh makhluk invasi.
Makhluk invasi memiliki kemampuan untuk menyerap karakteristik makhluk yang mereka makan, sehingga dengan menganalisis tubuh mereka, dimungkinkan untuk mendapatkan teknologi dari dunia lain.
── Dan para analis bertugas menguraikan serta mereplikasi teknologi tersebut.
"Jadi, teknologi yang sedang dianalisis saat ini menarik sekali, tahu? Ini semacam kotak persegi. Kalau kamu memasukkan sesuatu ke dalamnya, itu bisa menghangatkannya!"
Ofelia berbicara dengan antusias sambil menggunakan gerakan tangan untuk menjelaskan.
Waktu makan siang biasanya diisi dengan cerita tentang teknologi yang telah dianalisis oleh Ofelia, dan aku menjadi pendengar setianya.
"Itu juga senjata?"
"Belum ada yang tahu sama sekali. Tapi, Profesor Agatha menduga itu adalah sesuatu yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, seperti memanaskan makanan."
Teknologi yang diperoleh dari makhluk invasi sangat luar biasa, sehingga dalam belasan tahun terakhir, tingkat budaya dunia ini telah meningkat pesat. Ironisnya, meskipun manusia berada di ambang kepunahan karena makhluk invasi, kehidupan justru menjadi lebih makmur setelah invasi dimulai.
"Ah, maaf ya, Charlotte-chan. Membahas hal seperti ini saat makan pasti membuatmu merasa tidak nyaman..."
"T-tidak, tidak apa-apa. Mendengar cerita langsung dari seorang analis aktif adalah kesempatan yang sangat berharga. Aku bahkan ingin mencatat setiap kata dari pembicaraan kalian."
Meskipun wajah Charlotte terlihat tenang, di bawah meja dia mencubit pahanya dengan keras. Tampaknya keinginannya untuk mencatat setiap kata itu memang beneran.
"Halo, halo, maaf mengganggu saat makan."
Saat sedang mendengarkan Ofelia berbicara, tiba-tiba seseorang menyapa kami.
Dia memiliki rambut cokelat tua dan mengenakan jubah hitam yang ukurannya tidak pas. Dari pakaiannya terlihat seperti pria, tetapi tingginya selevel dengan pandanganku yang sedang duduk. Jika ada yang menyebutnya sebagai gadis, itu pun tidak terasa aneh.
"Namaku Alex Bedlake dari kelas 2-1. Kalau disebut Alex Sang Petir, pasti kalian para rekan seangkatan mengenal namaku, kan?"
Alex memperkenalkan dirinya dengan sikap angkuh.
Aku melirik ke arah Ofelia yang seangkatan denganku, tetapi dia hanya menggeleng pelan dengan ekspresi kebingungan. Tentu saja, aku juga tidak tahu siapa dia. Namun──
"Buuh! Apa!? Alex Sang Petir itu!?"
Charlotte yang sedang minum sup tiba-tiba menyemburkannya. Sepertinya seorang otaku seperti dia mengenal nama itu.
"Seperti yang kuduga, namaku memang dikenal di antara para rekan seangkatan!"
Mungkin karena senang dengan reaksi Charlotte, Alex tersenyum puas sambil merapikan rambutnya.
"Kau tahu tentang dia, Charlotte?"
"Tentu saja! Alex Bedlake. Pada zaman ini, dia adalah orang paling populer setelah Chrono-sama...! T-tapi, aku hanya memuja Chrono-sama, jadi aku tidak terlalu peduli dengannya, ya? Namun, dia begitu sering muncul bersama Chrono-sama di medan perang sehingga disebut sebagai pria yang paling sering bertarung di medan yang sama dengan Chrono Sickzard dalam buku sejarah. Dalam karya resmi maupun fan content, mereka sering dipasangkan, terutama dalam konten yang membuat mereka terlihat sangat dekat──"
Saat aku bertanya dengan suara pelan, Charlotte menjawab dengan penuh semangat. Seperti biasa, pembicaraannya tidak ada habisnya, jadi aku mengalihkan perhatianku kembali ke Alex yang ada di depanku.
Jika Charlotte berbicara dengan penuh semangat seperti itu, kemungkinan besar Alex juga menjadi karakter terkenal di masa depan.
"Jadi, Alex Bedlake. Apa yang kau inginkan dariku?"
"Tentu saja, aku datang karena tahu siapa dirimu. Aku adalah calon lulusan terbaik akademi ini, dengan peringkat keseluruhan tertinggi. Tapi, aku mendengar ada murid pindahan yang telah memenangkan 16 pertandingan simulasi berturut-turut. Aku ingin tahu seperti apa orang itu."
Artinya, dia sebenarnya datang untuk bertemu Charlotte.
"Namun, aku juga mendengar bahwa ada seseorang yang berhasil mengalahkan murid pindahan itu. Dan orang itu ternyata adalah dirimu, Chrono Sickzard."
Alex menatapku dengan tajam, tampak memprovokasi.
...Baiklah, aku tarik kembali dugaanku tadi. Rupanya, dia memang mencariku.
"Sepertinya kamu mendapat informasi yang salah, Alex. Saat itu Charlotte mengalami kehabisan energi sihir. Itu bukan karena aku kuat."
"Aku tahu nilai keseluruhanmu hanya berada di peringkat 52, yang berarti kau seharusnya bukan tandinganku. Tapi, jumlah makhluk invasi yang kau kalahkan adalah peringkat kedua setelahku, bukan? Rekor seperti itu tidak mungkin dicapai oleh seseorang dengan nilai akademik dan simulasi yang biasa-biasa saja."
Alex tersenyum sinis, seolah menyiratkan bahwa dia mencurigai sesuatu.
"Sepertinya kamu sudah melakukan riset yang cukup dalam ya."
"Aku sudah mengingat nilai seluruh rekan seangkatanku. Kau mungkin hanyalah seorang ksatria biasa di antara para kandidat lainnya. Namun, siapa tahu, mungkin kau adalah tipe orang yang menyembunyikan taringnya, menunggu kesempatan untuk menjatuhkanku. Jadi, aku ingin memastikan sejak sekarang siapa yang lebih unggul."
"──Chrono tidak lemah."
Suara Ofelia yang sedang memotong roti terdengar penuh amarah.
"Hei, Ofelia..."
"Maaf ya, Chrono. Aku tidak bisa diam saja jika ada yang berbicara buruk tentang keluargaku."
Dengan mata tajam, Ofelia menatap Alex tanpa mengalihkan pandangan.
...Tidak perlu disebutkan lagi, di sela ketegangan yang terjadi ini ada orang yang masih membahas hubungan antara aku dan Alex di masa depan dengan suara kecil, itu adalah Charlotte.
"Kamu Ofelia Orfing ya..."
"Oh, ternyata kamu tahu tentang aku, ya. Padahal Chrono sendiri tidak tahu banyak."
"Mana mungkin aku melupakan jenius yang menjadi analis dengan melompati tingkat. ...Tapi, aku mengerti sekarang. Rasanya aku pernah mendengar nama Chrono sebelumnya."
Alex mengangkat pipinya, tampak puas seolah mendapatkan pencerahan.
"──Kamu salah satu dari sedikit yang selamat dari bencana invasi tahun 541, kan?"
Aku terkejut, tidak menyangka Alex tahu tentang bencana invasi itu.
"Kalau soal Ofelia, itu wajar. Tapi, jarang ada yang masih mengingat namaku."
"Sebagai ksatria, itu hal yang mendasar, bukan? Malam neraka di mana dua makhluk invasi level V bertarung habis-habisan. Jika kamu adalah salah satu yang selamat, aku justru semakin ingin menguji kemampuanmu."
Alex meraih kerah bajuku dan menarikku lebih dekat ke arahnya.
"Mari aku pastikan, Chrono Sickzard. Siapa yang lebih unggul sebagai ksatria!"
Jarak kami begitu dekat hingga wajah kami hampir terlihat di mata masing-masing.
Dia mengatur segalanya sesuka hati, tapi aku bukan tipe yang tinggal diam saat diprovokasi sejauh ini.
"Waah, luar biasa! Adegan ini ada di versi aslinya juga! Eh, apa ini justru versi aslinya...? Ugh...!"
"Tunggu, Charlotte-chan, kamu mimisan!? Ayo, dongakan sedikit kepalamu!"
Charlotte tiba-tiba mimisan, membuat Ofelia panik.
『Telah terdeteksi kemunculan makhluk invasi di area bencana 2-B. Regu pertama hingga ketiga, segera menuju lokasi dan musnahkan target. Diulangi──』
Di tengah suasana yang memanas, suara perintah untuk keluar bertugas menggema di udara.
Sebagai anggota regu ketiga, aku langsung memakan dengan cepat makan siangku ke dalam mulut dan berlari keluar untuk bersiap.
Terlepas dari ketegangan tadi, semuanya berubah saat makhluk invasi muncul.
"Hati-hati ya, Chrono," seru Ofelia dari belakang. Sebagai analis, ia tetap tinggal di belakang bersama Charlotte, yang belum memiliki regu tetap.
"Ini kesempatan yang bagus, bukan?"
Alex yang berlari di sebelahku mulai berbicara.
"Aku ini ksatria unggulan, jadi sudah seharusnya aku ada di regu pertama. Kita akan bertarung di medan yang sama."
"Penempatan regu sementara tidak ada hubungannya dengan nilai, kan..."
"Benarkah? Bagaimana kalau kita menentukan siapa yang lebih unggul dengan melihat siapa yang bisa membunuh lebih banyak makhluk invasi? Aku bahkan rela bermain di bidang keahlianmu."
"Maaf, tapi aku tidak tertarik bermain-main seperti itu di medan perang. Jika ingin membandingkan kemampuan, kita cari di waktu lain saja."
"Seperti itu, ya. Baiklah, aku akan menantikan wajah kekalahanmu!"
Tanpa menunggu jawabanku selesai, Alex tertawa terbahak-bahak dan menjauh ke belakang.
...Sepertinya dia tidak terlalu cepat saat berlari. ...Apa-apaan orang itu.
*
"Fuh──"
Aku menusukkan bilah pedang ke tubuh makhluk invasi.
Raungan kematian yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata menggema dari mulut raksasa itu, dan tubuh berbentuk bola itu berhenti bergerak.
"Ini yang kedelapan..."
Aku menatap tajam ke arah lubang besar di langit.
Langit biru yang cerah.
Celah yang terbentuk seolah membelah langit itu.
Lubang ini dikenal sebagai "celah dimensi," sebuah celah yang diciptakan oleh makhluk invasi untuk memasuki dunia ini.
Para ksatria memperkirakan ukuran celah dimensi ini berdasarkan besarnya energi luar dimensi yang merembes keluar dan skala makhluk invasi yang muncul darinya.
Nilai energi luar dimensi kali ini mencapai 5000.
Rata-rata nilai energi luar dimensi selama sebulan terakhir adalah sekitar 2000, yang berarti lebih dari dua kali lipat jumlah makhluk invasi yang masuk kali ini.
Aku mulai berlari melintasi medan perang yang hancur untuk menemukan makhluk invasi berikutnya.
Karena jumlah mereka terlalu banyak, para ksatria berpencar. Hal ini membuatku lebih mudah untuk bertindak sendiri, sesuatu yang sangat menguntungkan.
Meski aku tidak setuju, aku terpaksa bersaing dengan Alex untuk jumlah makhluk yang dikalahkan, jadi aku tidak boleh bersantai.
"Aku menemukannya..."
Dalam pandanganku, terlihat makhluk invasi. Entah apa yang dipikirkannya, ia diam melayang di udara.
Aku memusatkan energi sihir pada kakiku dan mendekatinya dalam sekejap.
Makhluk itu bahkan tidak menyadari keberadaanku sebelum tubuhnya terpotong dalam satu tebasan.
Itu yang kesembilan.
"Kyurururu..."
Terdengar suara yang terdengar seperti ejekan dari titik butaku.
Aku menolehkan pandanganku dari arah suaranya dan melihat dua makhluk invasi yang bersembunyi di balik reruntuhan.
Dengan mulut besar yang terbuka, keduanya menerjang ke arahku.
Aku segera menebas salah satu dari mereka, tapi yang lainnya berhasil menggigit sisi perutku.
"Ugh!"
Aku menahan rasa sakit dan kembali bersiap dengan pedangku.
...Apakah ini jebakan?
Makhluk yang melayang tadi ternyata hanya pengalih perhatian untuk menarikku keluar, sementara dua makhluk lainnya menunggu di balik bayangan untuk menyerang. Serangan mereka terasa seperti direncanakan.
Namun, hal seperti itu seharusnya tidak mungkin terjadi.
Makhluk invasi kelas bawah hanya bertujuan untuk bertahan hidup dengan memangsa, dan mereka tidak memiliki kecerdasan untuk melakukan kerja sama seperti itu.
"Kau...! Bukan makhluk invasi biasa, kan...?"
Aku bertanya, tapi tentu saja tidak ada jawaban.
Makhluk yang memakan dagingku itu membuka mulutnya dengan senyuman seringai, seolah mengejekku.
"──Kilatan Cahaya Bintang"
Suara seorang gadis terdengar, dan sinar cahaya menembus tubuh makhluk itu.
"Kau baik-baik saja, Chrono-sama?"
Charlotte, yang mengenakan jubah hitam, berlari ke arahku.
"Charlotte... Kenapa kamu ada di sini? Kamu masih belum ditempatkan, kan?"
"Penempatan itu tidak penting. Aku adalah ksatriamu, jadi melindungimu adalah hal yang wajar! ──Lebih penting lagi, bagaimana dengan lukamu!?"
Charlotte dengan panik memeriksa lukaku.
Tampaknya dagingku hanya sedikit terkoyak, dan tidak sampai mengenai organ dalam.
"T-t-tapi ini luka serius! T-tenanglah, Chrono-sama, tenanglah! Aku bisa menyembuhkan ini dengan sihir penyembuhan yang terdaftar di terminal sihir otomatisku. Tunggu sebentar! T-tidak, pertama-tama aku harus mendisinfeksi... dengan air liurku!"
"Kamu yang harus tenang dulu... Aku baik-baik saja kok, aku bisa menangani ini sendiri."
Aku menghentikan Charlotte yang hendak mendekatkan bibirnya ke lukaku, lalu meletakkan tanganku di atas sisi perut yang tergigit.
"Sihir pemulihan."
Aku memusatkan energi magis ke area yang terluka sambil mengucapkan nama sihir, dan daging di sisi perutku perlahan mulai pulih.
Sihir di dunia ini pada awalnya dikembangkan untuk mencapai keabadian.
Teknik ini menggunakan energi magis yang mengalir dari jantung seseorang untuk membangun lapisan yang disebut "ideal domain," di mana hukum alam dunia dapat dibalik.
Karena itu, sihir yang berfokus pada penguatan tubuh atau regenerasi diri berkembang dengan pesat.
Namun, sihir yang memengaruhi orang lain, seperti serangan atau penyembuhan, masih menjadi bidang yang belum sepenuhnya berkembang. Penelitian tentang sihir dari dunia lain, melalui analisis makhluk invasi, sedang berlangsung.
"Fiuh..."
Luka di perutku sudah sembuh, dan aku melepaskan ideal domain yang telah kubangun.
Melihat proses ini, Charlotte gemetar seperti melihat sesuatu yang luar biasa.
"L-luar biasa, Chrono-sama! Kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan tanpa terminal sihir?"
"Tentu saja, aku seorang ksatria. Charlotte juga bisa, kan?"
Sebagian besar ksatria mempelajari proses untuk menguasai sihir seperti percepatan dan pemulihan untuk melawan makhluk invasi.
"…Ini memalukan, tapi di zamanku, sihir otomatis dengan terminal adalah hal yang umum, jadi aku tidak pernah melakukannya sendiri..."
Charlotte menundukkan pandangannya dengan malu-malu.
Sihir melibatkan penggunaan energi magis di atmosfer untuk mengaktifkan teknik tertentu.
Di era modern ini, teknik tersebut masih dalam tahap pengembangan, tetapi di zaman Charlotte, sihir telah berkembang hingga menggunakan terminal otomatis.
"Jadi, apa yang kamu lakukan jika terminalmu hancur?"
"Aku akan bertarung tanpa sihir... Karena itu, aku selalu memastikan terminal tidak dihancurkan, dan dalam pertempuran melawan manusia, aku akan berusaha menghancurkan terminal lawan."
Meskipun tampak tidak aman dari sudut pandang modern, ada keuntungan dalam dapat fokus sepenuhnya pada penggunaan pedang.
"Ngomong-ngomong, tentang makhluk invasi tadi...!"
Aku bergegas menuju tempat makhluk invasi yang baru saja kukalahkan. Gerakan tiga makhluk ini jelas berbeda dari yang lain. Pasti ada sesuatu yang unik pada mereka.
Aku memeriksa makhluk yang ditembak oleh Charlotte. Di atas mulut raksasanya, ada sesuatu yang bercahaya menarik perhatianku.
"…Apa ini?"
Benda itu berukuran kecil, hanya sebesar ujung jari, dan merupakan sesuatu yang belum pernah kulihat sebelumnya.
Benda itu, jika diibaratkan, mirip dengan sesuatu yang dibawa Charlotte dari masa depan──
"Chrono-sama, dari mana Anda mendapatkan itu!?"
Charlotte tampak terkejut.
Matanya melebar tak percaya, bahkan keringat mulai muncul di dahinya.
"Kamu tahu apa ini?"
"…Ya, aku tahu."
Charlotte mengangguk dengan berat hati.
"Itu adalah alat yang disebut Choukyouki (pengendali). Makhluk invasi yang dipasangi alat ini akan memiliki kecerdasan lebih tinggi dan dapat mematuhi perintah manusia hingga tingkat tertentu."
"Apa? Aku belum pernah mendengar teknologi seperti itu──"
Sampai di situ, aku menyadari sesuatu.
──Charlotte sedang membicarakan masa depan, bukan zaman ini.
"Seperti yang Anda duga... Alat ini adalah teknologi yang diciptakan sekitar 180 tahun dari sekarang, pada era sihir tahun 730, oleh Kalama Sistolfi, seorang petinggi dari organisasi Cult of Invaders yang menyembah makhluk invasi sebagai utusan dewa. Dengan kata lain──"
"Jadi memang ada ya..., orang dari masa depan selain Charlotte di sini!"
Saat aku menyadari fakta itu, rasa dingin menjalar di tubuhku.
Meskipun sudah menduganya, bukti nyata ini menambah kenyataan yang menakutkan.
"Selain itu, mereka jelas-jelas menargetkan nyawa Anda, Chrono-sama. Kemungkinan besar, makhluk invasi lainnya juga telah dipasangi pengendali. Kita harus menghindari tindakan ceroboh──"
Tiba-tiba, suara tawa nyaring terdengar, disusul kilatan petir. Sosok seseorang muncul di depan kami.
"Halo, Sickzard. Betapa kebetulan kita bertemu."
Orang yang muncul tiba-tiba itu adalah Alex, yang menyapa dengan gaya sok keren.
Area yang menjadi tanggung jawab pasukannya seharusnya jauh dari sini. Tidak mungkin ini hanya kebetulan.
"Apa maumu, Alex...? Aku tidak punya waktu untuk meladeni tingkahmu sekarang."
"Kau bilang tidak punya waktu untuk meladeniku, padahal kita sedang bertarung satu sama lain?!"
Alex, seperti biasa, salah paham dan terkejut sendiri.
"Bukan itu maksudku──"
"Jadi, kau sudah mengalahkan cukup banyak makhluk invasi hingga merasa santai? Hebat juga kau, Sickzard."
"…Hei, Charlotte, orang ini sama sekali tidak mendengarkanku. Apakah dia seperti ini juga di masa depan?"
"Yah, di semua karya yang menggambarkan dia, biasanya seperti ini… Tapi, dia dikatakan lulus dari akademi dengan predikat terbaik."
"Orang seperti ini jadi lulusan terbaik kita, ya..."
Aku khawatir dengan rekan-rekanku.
Alex tampaknya tenggelam dalam dunianya sendiri dan tidak berniat mendengarkan.
Meski begitu, jika aku memberitahunya bahwa orang dari masa depan ikut campur, dia mungkin tidak akan percaya.
Aku harus mencari cara untuk menjelaskan situasi ini…
"Baiklah, Sickzard. Aku akan menunjukkan kesungguhanku, kekuatan keluarga Bedlake.──《Tubuh Petir》"
Saat Alex mengucapkan nama sihir itu, tubuhnya diselimuti percikan listrik kecil.
"Jadi, Sickzard, bersiaplah untuk menghadapi kekalahanmu."
Alex tertawa keras sambil melompat, tubuhnya seketika menghilang ke kejauhan dalam kilatan cahaya.
"Sialan! Dia hanya mengatakan apa yang mau dia katakan...!"
Padahal ada kemungkinan orang dari masa depan dengan niat buruk berada di medan perang ini…
"Charlotte, bukankah dia orang yang dikenal sebagai 'pria yang paling sering berada di medan perang bersama Chrono Sickzard?"
"Benar! Bahkan ada jutaan karya fiksi penggemar yang dibuat tentangnya!"
"Kalau dia mati di sini... apa yang akan terjadi pada masa depan?"
Charlotte menjadi pucat seketika setelah mendengar pertanyaanku.
"Dampaknya sangat besar... Dikatakan bahwa level V yang ketiga berhasil dikalahkan berkat bantuan Alex."
Masa depanku, kenapa aku harus berteman dengan orang yang merepotkan seperti itu...?
Tapi aku tidak bisa mengabaikannya dalam situasi darurat ini.
"Charlotte, kita kejar Alex!"
"Siap!"
*
"──《Fungsi Penyempurnaan Sihir》 aktif. Perintah: ciptakan sihir untuk melacak lokasi target."
『Pengenalan suara berhasil. Sihir sedang disempurnakan... selesai. Nama: 《Sihir Pelacak》. Memulai pola sihir: Î=@∈Îș=<α>:$──』
Sambil berlari di medan perang, Charlotte mengucapkan nama sihir tersebut, dan dari perangkatnya memunculkan peta wilayah beserta beberapa titik merah yang tersebar.
"Luar biasa... jadi ini juga bisa dilakukan?"
"Ya. Jika sihirnya sederhana, perangkat ini bisa menyempurnakannya di tempat."
Aku sebenarnya tidak ingin terlalu bergantung pada perangkat sihir dari masa depan, tetapi situasi darurat ini memaksaku. Untuk menyusul Alex, kami tidak punya pilihan lain.
"──Titik di tengah adalah aku dan Chrono-sama. Alex... berdasarkan gerakannya, dia mungkin yang ini."
Charlotte menunjuk salah satu titik merah yang bergerak sangat cepat melintasi peta.
"Seberapa cepat dia sebenarnya...?"
"《Tubuh Petir》 adalah sihir yang mengubah tubuh seseorang menjadi petir, memungkinkan pergerakan dengan kecepatan tinggi."
Charlotte, dengan pengetahuannya tentang masa depan, menjelaskan sihir milik Alex.
"Itulah sebabnya di masa depan dia disebut sebagai Alex Sang Manusia Petir. Oh, ngomong-ngomong, julukan ini nantinya berubah menjadi Alex Sang Dewa Petir. Perubahan itu terjadi di volume 8 Kisah Legenda Chrono, yang menampilkan adegan ikonik antara Chrono-sama dan Alex! ...Nah, izinkan saya memeragakan adegannya sekarang."
"Kurasa... Kamu tidak perlu sampai memperagakannya."
"Ah... Maafkan saya! Saya jadi terlalu bersemangat saat bertugas..."
Charlotte menutupi mulutnya dengan malu.
Kalau seperti ini terus, mustahil kami bisa mengejar Alex tanpa dia berhenti.
Andai aku juga bisa menggunakan sihir yang sama seperti Alex, tapi itu tidak mungkin.
Sebelum invasi makhluk asing, sihir adalah sesuatu yang dimonopoli oleh individu atau keluarga tertentu, dan informasi serta tekniknya hampir tidak pernah dibagikan. Setelah berdirinya Ordo Ksatria Perbatasan, paradigma itu mulai berubah. Informasi dan teknik sihir mulai dibuka untuk umum, dengan tujuan memperbanyak jumlah manusia yang mampu melawan makhluk invasi. Namun, beberapa keluarga penyihir kuno tetap merahasiakan teknik mereka.
Keluarga Bedlake, tempat Alex berasal, adalah salah satu dari sedikit keluarga konservatif yang tidak pernah membagikan informasi tentang sihir mereka. Di medan perang ini, hanya Alex yang bisa menggunakan 《Tubuh Petir》.
"Chrono-sama, Alex telah berhenti bergerak."
"Sepertinya dia bertemu dengan makhluk invasi...? Cepat, Charlotte!"
Kami bergegas menuju lokasi Alex, yang sepertinya sedang bertempur.
Di sepanjang perjalanan, kami melihat banyak mayat makhluk invasi yang gosong seperti disambar petir.
Tidak salah lagi, itu semua hasil pertarungan Alex. Keahliannya sebagai pembasmi peringkat pertama tidak diragukan lagi.
"Guahhhhhhh!"
Sebuah ledakan terjadi di depan kami, disertai jeritan nyaring. Itu suara Alex.
"Dasar dia...!"
Denyut nadiku melonjak.
Ledakan sebesar itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh makhluk invasi level I.
Saat kami tiba di lokasi ledakan, pemandangan yang mengerikan tersaji di depan mata.
Tanah berlubang seperti digali dengan sekop raksasa, reruntuhan berserakan, dan asap mengepul dari semua arah, menegaskan bahwa ini adalah pusat ledakan.
Di tengah lubang itu, ada sosok yang terbaring. Saat aku melihatnya, jantungku berdetak kencang.
"Alex!"
Aku menuruni lereng dan berlari ke arahnya.
Tubuhnya penuh luka bakar parah, dagingnya menghitam. Lengan kirinya, yang seharusnya memegang pedang, telah menjadi abu. Penampilannya sangat jauh dari sosok yang beberapa menit lalu tertawa keras.
"Sickzard... kau...?"
Dia masih sadar, meski hanya sedikit. Tapi dalam kondisi ini, hidupnya tidak akan bertahan lama.
"Charlotte! Gunakan sihir penyembuhan!"
"Baik!"
Charlotte segera mengaktifkan perangkat sihirnya untuk memulai sihir penyembuhan pada Alex.
Cahaya biru dari perangkat itu perlahan memulihkan tubuh Alex, tapi waktu terasa sangat singkat.
Jantungku berdetak semakin cepat dan berat.
"Sickzard..."
"Jangan bicara dulu."
"Aku tak apa... cepat lari..."
"Diamlah!"
Kenangan buruk merayap ke permukaan pikiranku.
Begitu banyak nyawa yang hilang di depan mataku.
Dan kini, Alex hampir menjadi salah satu di antaranya.
"Makhluk invasi itu... kami tidak bisa mengalahkannya. Panggil bala bantuan..."
"Kiieaaaarrrrrghhhh!"
Tiba-tiba, raungan nyaring menggema, memekakkan gendang telingaku.
Ketika aku melihat ke atas, terlihat seekor burung yang berputar-putar di langit.
Tubuhnya diselimuti api, dan sambil mengepakkan sayapnya, ia perlahan turun di depan kami.
Setiap kali kedua sayapnya, yang seukuran tinggi orang dewasa, mengepak, percikan api beterbangan, menciptakan hawa panas dan menghadirkan rasa kematian yang nyata.
Makhluk ini jelas berada di luar hukum dunia—makhluk invasi.
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 4000』
Peringatan terdengar dari perangkat Charlotte.
Nilai sihir 4000 berarti makhluk ini setara dengan level III.
──‘ini pasti, makhluk invasiberbentuk burung yang akhir-akhir ini muncul telah menyerangnya.’
Percakapan dengan Ai, serta ksatria yang terbaring di tandu, terlintas di pikiranku.
Aku segera memahami bahwa makhluk invasi yang disebutkan Ai adalah makhluk yang kini berdiri di depan kami.
"Charlotte, apakah ada ksatria lain di sekitar sini?"
"T-tidak... hanya kita berdua di sekitar sini."
"Berapa lama lagi hingga bala bantuan tiba?"
"Mereka sedang bergerak, tetapi akan memakan waktu... Namun, jangan khawatir. Saya akan menahannya—"
Charlotte berdiri sambil menggenggam pedangnya, bersiap untuk melawan.
Keringat menetes dari kepalanya, menandakan betapa tegangnya dia.
"Tidak, Charlotte. Tetaplah di sini dan lanjutkan memberikan pertolongan pertama kepada Alex."
Aku menaruh tangan di bahunya dan berdiri sambil membawa pedangku.
Meski kehadiran maut terasa begitu nyata, aku tetap luar biasa tenang.
Tidak ada ksatria lain di sekitar, dan bala bantuan masih jauh.
Situasi ini terasa putus asa—tetapi, bagiku, ini adalah kesempatan yang sempurna.
"Tapi, Chrono-sama!"
"Apa pun yang akan kamu lihat sekarang, jangan pernah beri tahu siapa pun."
"──《Lapisan inti hati Kedua》──《Pembebasan Keraguan》."
Saat aku mengucapkan nama sihir itu, jantungku berdebar kencang seperti bersorak gembira, dan energi sihir berwarna merah yang semakin kuat mengalir ke seluruh tubuhku.
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 3500』
Perangkat sihir kembali memberikan peringatan.
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 4000』
Pedang yang semula berwarna hitam mulai berubah menjadi merah.
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 4500』
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 5500』
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar. Perkiraan nilai sihir: 6000』
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi dalam jumlah besar──』
"Chrono-sama... apa yang sebenarnya Anda lakukan..."
Suara Charlotte terdengar bergetar di belakangku, sementara perangkatnya terus memberikan peringatan.
Bahkan dengan pengetahuannya yang mendalam tentang diriku, dia tidak mungkin memahami apa yang sedang terjadi. Karena kekuatan ini adalah rahasia yang tidak pernah kuceritakan kepada siapa pun, dan tidak akan pernah.
"Aku akan melindungi Charlotte dan Alex. Jadi, tenang saja."
Aku menoleh ke belakang dan tersenyum padanya, mencoba meyakinkannya.
"Chrono-sama...! Mata kiri Anda...!"
Charlotte tampak terkejut.
Wajar saja. Mata kiriku sekarang telah berubah menjadi merah, persis seperti sosok Chrono Sickzard dari karya yang pernah dia ceritakan.
『Mendeteksi energi sihir luar dimensi──』
"Inilah kekuatan Chrono Sickzard—"
『──Perkiraan nilai sihir: 8000』
"──Kekuatan yang kudapatkan dari menerima jantung makhluk invasi level V."
*
‘Sejak pembentukan Ordo Ksatria, invasi apa yang paling tragis?’
Jika pertanyaan itu diajukan, sebagian besar ksatria akan memberikan jawaban yang sama.
──Bencana invasi pada tanggal 4 Juli tahun 541 dalam Kalender Sihir.
Di bagian barat Kerajaan Ortos, terdapat Kastil Lendia, yang sekarang menjadi cabang Ordo Lendia.
Tiba-tiba, dua makhluk invasi Level V muncul di langit di atas kastil tersebut.
Bencana yang dipicu oleh Raja Sihir Dimensi, Naga, yang menyerap semua jenis sihir, dan Raja Kehancuran, Macan Putih, yang melahap semua senjata, menghancurkan semua makhluk hidup dalam radius tiga kilometer dalam waktu semalam—kecuali enam orang.
Salah satu yang selamat adalah seorang gadis, putri dari keluarga Orfing, yang terkenal dengan sihir perlindungan dan penyembuhan. Dia selamat berkat sihir perlindungan berlapis yang diberikan oleh orang tuanya yang hampir mati.
Yang lain selamat karena memiliki daya tahan abnormal terhadap energi sihir, atau bahkan karena mereka adalah makhluk abadi tanpa konsep kematian. Setiap penyintas memiliki alasan yang jelas.
Namun, satu orang penyintas tidak bisa dijelaskan, meskipun Ordo Ksatria menyelidikinya tanpa henti. Dia bukan berasal dari keluarga penyihir ternama, tidak memiliki tubuh yang istimewa, dan jelas bukan makhluk abadi. Dia hanyalah anak lelaki biasa.
──Dan itulah aku, Chrono Sickzard.
Namun, aku selamat dari bencana invasi hanya karena keberuntungan semata.
Aku ingat dengan sangat jelas. Pada hari itu, 4 Juli tahun 541, ketika aku hampir mati, makhluk invasi berbentuk naga muncul di hadapanku dan memberiku jantungnya.
Sejak saat itu, aku hidup dengan jantung makhluk invasi Level V──Naga.
Selama denyut jantungku tetap normal, tidak ada masalah. Namun, jika aku menggunakan 《Inti Hati》 atau meningkatkan denyut jantung secara berlebihan, energi sihir naga meluap dan terdeteksi sebagai energi sihir dimensi oleh Ordo Ksatria.
Karena itu, kekuatan ini hanya bisa digunakan ketika tidak ada saksi mata dan hanya saat melawan makhluk invasi.
──Jika Ordo Ksatria mengetahui kekuatan ini, aku pasti tidak akan diizinkan tetap menjadi ksatria.
Energi sihir naga mengalir melalui tubuhku, memenuhi pikiranku dengan pengetahuan dari dunia lain yang dimiliki naga tersebut.
Dengan pedang berwarna campuran hitam dan merah di tanganku, dan mata yang juga bercahaya hitam dan merah, aku menatap makhluk invasi di depanku.
Ekspresi makhluk invasi itu sulit dibaca, tetapi tampaknya ia menyadari bahwa energi sihir yang terpancar dariku bukanlah milik manusia. Percikan api di sekelilingnya terasa lebih panas dari sebelumnya.
"Hei, jangan gemetar gitu dong, kau juga makhluk sejenis, bukan?"
Dengan kekuatan kaki yang diperkuat oleh energi merah, aku melesat maju.
"Cepat sekali!?"
Charlotte berseru dari belakang ketika aku melewati pandangannya dalam sekejap.
Makhluk invasi berbentuk burung itu terbang ke udara, mengumpulkan energi sihir, lalu melontarkan bola api dari mulutnya.
Dalam kondisi ini, aku bisa dengan mudah menghindar. Namun, jika bola api itu menghantam tanah, ledakannya akan melukai Charlotte dan Alex. Maka──
"Haaaah!"
Dengan teriakan penuh semangat, aku mengayunkan pedangku ke arah langit.
Energi sihir berlebih yang tersimpan di pedang itu berubah menjadi bilah yang memotong bola api di udara.
Bola api itu terbelah dua, jatuh ke tanah di kedua sisi kami, menyebabkan ledakan besar.
"Seharusnya aku bisa membuatnya lenyap di udara…."
Energi sihir naga sulit untuk dikendalikan. Jika aku menggunakan kekuatan penuh, pedangku mungkin justru menimbulkan kerusakan lebih besar.
Makhluk invasi itu tampaknya menyadari perbedaan kekuatan kami dan mencoba melarikan diri dengan naik lebih tinggi ke langit.
"Tidak akan kubiarkan kau kabur."
Aku melompat tinggi, melawan gravitasi dengan kekuatan naga. Dalam sekejap, aku sudah berada di sisi makhluk invasi itu.
Aku menancapkan pedangku ke salah satu sayapnya.
"GYAAAAAAAH!"
Teriakan melengking memecah langit, sementara suhu api di sekitarnya meningkat drastis, membakar lenganku.
Makhluk invasi itu berputar-putar liar di udara, mencoba melepaskanku. Tapi apa pun yang dilakukannya, aku tidak akan melepaskan cengkeramanku.
Aku meningkatkan kekuatan pedangku, memotong salah satu sayapnya.
Teriakan lain terdengar saat kami berdua mulai jatuh ke tanah. Namun, matanya yang putih masih dipenuhi dengan kebencian. Ia menatapku dengan niat membunuh, berusaha mengumpulkan api terakhir di dadanya untuk membakarku habis.
"Tidak akan kubiarkan!"
Tepat sebelum makhluk itu melepaskan api, aku menancapkan pedangku ke mulutnya.
Ledakan besar terjadi di udara saat energi sihir kami bertabrakan.
Suara gemuruh, panas, dan angin kencang menyerangku.
Dengan dinding energi sihir──sebuah penghalang──aku melindungi diriku dari dampak ledakannya.
Ketika aku membuka mata, pedangku telah menancap di tanah, menembus kepala makhluk invasi itu.
"Tampaknya… aku menang," gumamku kepada mayat makhluk invasi tersebut.
Dengan kepala yang hancur dan api yang padam, tubuh makhluk itu tersebar di tanah.
"Chrono-sama! Chrono-sama!"
Aku mendengar suara Charlotte memanggilku, meski gendang telingaku terasa pecah.
"Charlotte…."
Saat melihat rambut emasnya, tubuhku yang kelelahan akhirnya roboh ke arahnya.
"Chrono-sama!?"
Charlotte menangis dengan wajah memerah.
"Maaf… sepertinya aku sudah mencapai batasku."
Meski memiliki kekuatan naga, tubuhku tetap tubuh manusia biasa. Semakin aku menggunakan kekuatan ini, semakin besar kerusakan pada tubuhku.
Detak jantungku perlahan kembali normal, dan energi merah pada pedangku mulai menghilang. Namun, sebelum itu, ada satu hal yang harus kulakukan dengan energi naga yang tersisa.
"Charlotte, aku punya permintaan…."
"Apa pun itu akan ku kabulkan, Chrono-sama! Katakan saja!"
"Bawa aku ke tempat Alex."
Dengan bantuan bahu Charlotte, aku akhirnya berhasil sampai ke sisi Alex.
Sepertinya tubuh Alex sedikit pulih berkat sihir penyembuhan dari perangkat penyembuhannya, namun dia masih dalam kondisi kritis.
"Ini batas dari perangkatku... Kalau bukan perangkat khusus untuk sihir penyembuhan, dia tidak akan bisa disembuhkan."
"Tidak apa-apa, ini saja sudah cukup. Terima kasih sudah bisa mempertahankan dia sampai sejauh ini."
Aku berlutut di samping Alex dan meletakkan tangan di sekitar area dada tempat jantungnya berada.
Alex mengerutkan bahunya sedikit, menatapku dengan mata kosong.
"Apa yang akan kamu lakukan... Sickzard?"
Suara yang hampir hilang, terdengar serak.
Namun, menurut Charlotte, Alex akan menjadi pahlawan yang setara denganku di dunia masa depan. Jika dia mati di sini, masa depan akan berubah besar.
"Jangan melawan, Bedlake. Aku yang akan menyembuhkanmu..."
Aku membungkus tubuhku dan Alex dengan kekuatan sihir dari <Naga>.
Sihir di dunia ini tidak begitu efektif untuk mengintervensi orang lain. Sihir hanya berfungsi dalam dunia ideal yang dibangun oleh kekuatan sihir seseorang. Tidak mungkin untuk mengintervensi tubuh orang lain yang dibungkus dengan kekuatan sihir yang berbeda.
Namun, ada beberapa pengecualian.
Jika seseorang membangun dunia idealnya dengan kekuatan sihir yang sangat besar dan menghancurkan dunia ideal orang lain, dia bisa menggunakan sihir terhadap tubuh orang lain seolah-olah itu tubuhnya sendiri.
"──《Penyembuhan Luka》."
Aku mengucapkan nama sihirnya.
Kekuatan sihir <Naga> mengembalikan tubuhku yang kelelahan dan tubuh Alex yang hampir mati kembali ke keadaan semula. Kulit yang terbakar kembali ke warna semula, dan lengan kiri yang seharusnya menjadi arang mulai kembali berbentuk, seolah-olah waktu diputar mundur.
"Fuh──"
Aku kehabisan seluruh kekuatan sihirku dan akhirnya terjatuh di samping Alex.
"Apakah Anda baik-baik saja, Chrono-sama!?"
Charlotte berteriak dan memelukku.
"Aku hanya kehabisan sihir..."
Aku tidak memiliki cukup sihir tersisa untuk menyembuhkan tubuhku dan Alex sepenuhnya.
Namun, tubuh Alex yang menjadi arang sudah kembali seperti semula. Bahaya kematian sepertinya telah berlalu.
"Charlotte, apakah kamu terluka...?"
"Tidak! Aku baik-baik saja!"
"Begitu ya. Syukurlah..."
Aku tersenyum, lega karena bisa melindungi mereka berdua.
Namun, pada saat yang sama, ketakutan karena kekuatan <Naga>ku terlihat mulai menghapus rasa lega itu.
"...Apakah kamu kecewa? Dengan aku?"
Aku bertanya pada Charlotte yang mengangkatku.
Kekuatan yang baru saja kugunakan—kekuatan sihir Naga —harusnya juga tidak diketahui oleh Charlotte yang berasal dari masa depan.
Tentu saja dia bisa merasa kecewa setelah mengetahui bahwa orang yang menjadi dasar karakter favoritnya menggunakan kekuatan dari spesies invasi.
Namun──
"Hal seperti itu... tidak mungkin terjadi... Justru, saya semakin yakin bahwa Chrono-sama adalah Chrono-sama!"
Charlotte menyipitkan matanya dan memandangku dengan penuh kasih sayang.
"Tidak takut menghadapi musuh apa pun, dan siap menyelamatkan teman-temannya meskipun harus mengorbankan nyawa. Tidak diragukan lagi, Chrono-sama adalah Chrono Sickzard yang saya cintai!"
Itu adalah pengakuan yang tidak diragukan lagi ditujukan kepadaku.
Kata-kata Charlotte menghapus ketakutan dan rasa bersalah dalam diriku.
Aku merasa malu dan tidak bisa membalas pandangannya. Namun, jika aku tidak mengungkapkan perasaanku dengan suara, kata-kata Charlotte akan menjadi sia-sia.
"Terima kasih, Charlotte."
Aku menatap mata Charlotte dan dengan tangan yang masih terbakar, membelai pipinya.
"…!"
Charlotte menghela nafas pendek dan wajahnya memerah.
Biasanya, dia akan berbicara dengan cepat, tetapi sekarang dia sedikit mengalihkan pandangannya, seakan merasakan tanganku.
"Ada seseorang di sana!?"
Suara seorang ksatria terdengar dari jauh.
Mungkin mereka datang setelah melihat ledakan tadi.
"Charlotte, sembunyilah. Kalau kamu ada di sini, ini akan membuat segalanya jadi rumit."
"…………"
"Hei, apakah kamu baik-baik saja?"
"Ah, maaf..... baiklah, kalau begitu aku permisi."
Charlotte dengan enggan meletakkan tubuhku yang dia gendong ke tanah dan pergi.
"Hei, Sickzard..."
Suara Alex terdengar dari samping.
Suara itu penuh semangat, seolah suara seraknya tadi adalah kebohongan.
"Kamu sudah sadar ya?"
"Ya, dan untuk tadi. …Terima kasih."
Alex berbisik pelan, seakan merasa malu.
"Kamu bisa mengucapkan terima kasih?"
"Jangan anggap remeh aku. Aku ini anak sulung keluarga Bedlake, loh!?"
Alex berteriak keras. Dengan energi seperti itu, seharusnya dia sudah baik-baik saja.
"…Alex, aku ada permintaan."
"Tenang saja, aku tidak akan membocorkannya."
Sepertinya Alex sudah mengerti apa yang ingin kukatakan, dan dia lebih dulu mengatakannya.
"Aku hampir dibunuh oleh spesies invasi berbentuk burung, dan diselamatkan oleh Sickzard. Jika aku mengatakannya dengan jujur, aku tidak akan mendapat keuntungan apa-apa, kan?"
"…Terima kasih. Satu hal lagi, aku ingin meminta sesuatu. Bisakah kita bilang kita berdua yang mengalahkan spesies invasi itu?"
"Kenapa?"
"Jika semua kredit diberikan kepadamu, itu akan membuat pergerakan kita lebih sulit, kan?"
Ksatria tidak akan menganggap aku hanya kebetulan selamat dari bencana penjajahan.
Itulah sebabnya Agatha masih melakukan pemeriksaan rutin padaku dan mencoba mencari alasan. Jika aku mendapat prestasi, pengawasan akan semakin ketat. Jika itu terjadi, aku tidak akan bisa menggunakan kekuatan Naga.
Masa depan diriku yang belum dikenal sampai aku mengalahkan mahluk invasi level V pertama mungkin juga karena aku menghindari perhatian sebisa mungkin.
"Begitu, ya. …Hahaha."
Tiba-tiba Alex tertawa.
──Bukan tawa ceria biasa yang dibuat-buat, tetapi tawa tulus.
"Seperti yang kutebak, ternyata kamu menyembunyikan kekuatan sejati mu, kan?"
"Ya, tebakanmu benar."
"Berarti, nilai buruk di pelajaran juga pura-pura, ya?"
"Y-ya, tentu saja… Seperti yang seharusnya."
Karena dia mengartikan dengan cara yang menguntungkan, aku biarkan saja begitu.
Beberapa ksatria lainnya akan segera datang membantu. Aku telah menyelamatkan Alex, dan sekaligus mengalahkan spesies invasi berbentuk burung itu.
Dengan ini, bahaya yang ada di depan seharusnya sudah berlalu.