Translator + Proffreader [ Hinagizawa Groups_ Flaykityy ]
FOLLOW INSTAGRAM : Hinagizawa.insight
Chapter 2 : Seseorang dari Masa Depan
Chrono Sickzard
Kalender Sihir, Tahun 541, 4 Juli, pukul 16:44
Segala sesuatu yang terlihat di mata telah hancur.
Bangunan yang runtuh. Tanah yang berlumuran darah dan daging.
Dengan langkah kosong, setiap kali aku melangkah, aku menginjak kematian seseorang.
"Ugh..."
Aku jatuh ke tanah dengan punggungku terlebih dahulu. Pikiranku terhenti. Bahkan darah yang mengalir dari perutku mulai mendingin.
Aku menyadari bahwa sebentar lagi aku juga akan menjadi bagian dari kematian yang luas tak berujung ini.
Pada saat itulah sesosok bayangan besar muncul di pandanganku yang kosong.
"Hah, kau masih hidup ya, anak kecil yang beruntung... atau mungkin harus kusebut tidak beruntung?"
Sosok yang besar itu menatapku yang tergeletak di tanah. Rahang yang penuh dengan gigi tajam, mata merah, dan sisik putih murni tanpa campuran warna lain.
Aku menyadari bahwa makhluk ini adalah sesuatu yang berada di luar hukum dunia──spesies invasi.
"...Apakah ini ulahmu?"
"Memang benar. Pertempuran antara aku dan bangsaku menciptakan kehancuran ini. Aku tidak berniat meminta maaf."
Makhluk invasi besar itu berkata tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Dengan tangan yang gemetar, aku mengacungkan tinjuku ke arahnya.
"Akan kubunuh kau... Kalian semua!"
"Anak kecil yang hampir mati, berkata ingin membunuhku? Hahaha!"
Makhluk invasi itu tertawa, menyebabkan angin kencang bertiup.
"Aku baru saja bertemu seseorang yang mengatakan hal serupa, tapi setidaknya kau tampak lebih bersemangat. ──Namun, kau tidak perlu repot-repot."
Makhluk invasi itu mengangkat kepalanya, dan di lehernya terdapat sebilah pedang tertancap. Pedang itu begitu besar sehingga mustahil diangkat oleh manusia mana pun. Bahkan satu ayunan saja akan membelah tanah.
"Sayangnya, tampaknya inilah akhir dari perjalanan kami. ──Hah?"
Makhluk penyerbu itu mengernyitkan wajahnya.
Tentu saja, karena anak yang ia anggap hampir mati kini berdiri lagi.
Menunjukkan kelemahan di depan musuh adalah sebuah kebodohan besar.
Aku melangkah maju ke arah makhluk penyerbu itu. Namun, sebelum aku bisa melangkah lebih jauh, aku jatuh kembali ke tanah.
Meski begitu, aku merangkak maju sambil menggenggam tanah dengan erat.
"Kau benar-benar anak kecil yang gila ya…!"
Makhluk penyerbu itu mengejekku, tetapi dia terlihat benar-benar senang.
"Anak kecil, kau bilang akan membunuh kami semua, kan?"
Aku tidak menjawab. Sebagai gantinya, aku menatapnya dengan penuh kebencian.
Tampaknya itu sudah cukup baginya, karena makhluk invasi itu menundukkan kepalanya tepat di depanku.
"Baiklah, anak kecil. Aku akan mempertaruhkan sisa kehidupanku padamu. ──Jadi, buat aku memangsa sebanyak mungkin bangsaku!"
Setelah mengatakan itu, makhluk penyerbu itu berubah menjadi partikel cahaya dan menyatu ke dalam tubuhku.
Aku merasa seperti berada di dalam air panas, dan sebelum aku bisa melawan, kesadaranku sepenuhnya hilang.
Chrono Sickzard
Kalender Sihir, Tahun 555, 5 Maret, pukul 19:08
Di gedung medis dalam kompleks pasukan ksatria, para ksatria yang terluka dalam misi sebelumnya sedang menerima perawatan.
Sebagian besar ksatria dapat menyembuhkan diri mereka sendiri menggunakan kekuatan sihir, tetapi mereka yang kehabisan sihir atau tidak sadar tidak bisa melakukannya.
Aku sendiri termasuk salah satu yang kehabisan sihir, jadi aku sedang menunggu perawatan di ruang perawatan. Namun, karena aku masih sadar dan lukaku tergolong ringan, aku mendapat giliran terakhir.
"Ch-Chrono…!"
Pintu ruang perawatan terbuka dengan keras, dan Ofelia masuk sambil memeluk buku catatan merah di kedua tangannya.
Dia tampaknya datang dengan tergesa-gesa, napasnya berat, dan jubahnya turun dari bahunya.
"Maaf, aku terlambat… Aku dengar kamu terluka. Apa kamu baik-baik saja?"
"Ya, aku hanya sedikit terluka."
"Syukurlah… sepertinya tidak terlalu parah!"
Ofelia menghela nafas lega dan duduk di kursi.
"Tapi kamu tetap harus menyembuhkannya dengan benar ya!. ──Ayo, ulurkan tanganmu."
"Baik, aku serahkan padamu."
Aku menjabat tangan kanan Ofelia yang dia ulurkan.
"Baiklah, aku akan menyelaraskannya."
Begitu kata Ofelia sambil menutup matanya, lalu ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya.
Di dunia ini, sihir tidak terlalu unggul dalam hal mempengaruhi orang lain. Namun, bukan berarti tidak ada caranya.
Salah satunya adalah seperti yang kulakukan pada Alex, membangun dunia ideal dengan kekuatan sihir yang besar, dan menghancurkan dunia ideal orang lain.
Cara lainnya adalah dengan menyesuaikan sihir, seperti yang sedang dilakukan Ofelia kepadaku sekarang.
Dengan menyelaraskan gelombang sihirnya dengan sihir orang lain, tubuh akan terkecoh untuk menganggap sihir itu berasal dari dirinya sendiri. Dengan begitu, pengaruh sihir bisa dilakukan.
Meskipun konsumsi sihir lebih sedikit dibandingkan dengan menghancurkan dunia ideal, penyelarasan sihir bukanlah sesuatu yang bisa dipelajari dengan mudah. Dibutuhkan kekuatan sihir yang sangat harmonis seperti yang dimiliki Ofelia sejak lahir.
"──《Purification Binding》."
Ofelia membuka matanya perlahan dan berbisik.
Seketika, cahaya abu-abu berkilau, dan tubuhku mulai pulih oleh sihir Ofelia.
──《Purification Binding》. Sebuah sihir penyembuhan dan perlindungan yang diwariskan dalam keluarga besar Orfing.
Jika 《Healing》hanya dapat menyembuhkan luka luar,《Purification Binding》bahkan dapat membersihkan racun atau penyakit yang merusak tubuh.
"Fuuu... Aku sudah menyembuhkan semuanya," kata Ofelia dengan nada lega.
"Terima kasih, aku merasa jauh lebih baik," jawabku sambil memutar-mutar lenganku untuk memastikan kondisiku.
Entah karena sejak kecil aku sudah sering disembuhkan dengan《Purification Binding》oleh Ofelia, tubuhku terasa lebih sembuh dibandingkan saat aku menggunakan《Healing》milikku sendiri.
"Karena aku sudah sembuh, ayo kita pulang. Aku antar sampai ke asramamu."
"Ya, terima kasih."
Meski masih ada rasa lelah akibat kehabisan sihir, aku tidak kesulitan untuk berjalan.
Aku bangkit dari tempat tidur dan keluar dari bangsal bersama Ofelia.
"Oh iya, aku dengar tentang itu, Chrono. Kamu berhasil mengalahkan makhluk invasi tingkat III, ya!?" kata Ofelia dengan gembira saat kami berjalan di malam hari.
"Ah, itu kebetulan saja. Lagipula, aku melakukannya bersama Alex."
"Tetap saja itu luar biasa! Semua orang di pasukan berbicara tentang bagaimana seorang ksatria yang belum sepenuhnya bergabung berhasil mengalahkan makhluk invasi tingkat III untuk pertama kalinya sejak pasukan ini didirikan." ujar Ofelia dengan semangat.
Sebenarnya, aku mengalahkan makhluk itu sendiri, tetapi hanya Charlotte dan Alex yang mengetahuinya.
Pasukan ksatria memang sempat mencatat adanya sihir dimensi luar yang sangat besar, tetapi mereka menganggapnya sebagai kerusakan alat. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa itu berasal dariku.
Ngomong-ngomong, Alex, yang sempat terluka parah, kini sudah pulih berkat 《Healing》 yang kuberikan. Dalam beberapa jam, sihirnya akan kembali, dan dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri.
Dia memang orang yang keras kepala dan menyebalkan, tetapi sepertinya dia bukan orang jahat.
‘Chrono Sickzard, pria yang paling sering berbagi medan perang dengannya.’ ... Julukan itu mungkin ada benarnya juga.
"Kamu memang kuat ya, Chrono."
"Apa kau meragukannya selama ini?"
"Bukan begitu. Aku hanya menyadarinya lagi," jawab Ofelia sambil menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Tapi, jangan terlalu memaksakan diri, ya. Apa pun yang terjadi, pastikan kamu kembali dengan selamat. Aku akan menyembuhkan luka atau penyakit apa pun untukmu. ... Aku tidak ingin kehilangan siapa pun lagi," bisiknya dengan suara pelan dan penuh emosi.
Ofelia, sama sepertiku, adalah salah satu yang selamat dari bencana invasi tahun 541.
Ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai sudah mendarah daging di dirinya.
"Tenang saja. Aku tidak akan membiarkan siapa pun hilang lagi."
"... Terima kasih, Chrono."
Tanpa sadar, kami sudah sampai di depan asrama perempuan.
Ofelia mengangkat kepalanya dari bahuku dan berbalik menghadapku.
"Selamat malam, Chrono. Sampai jumpa besok."
Ofelia melambaikan tangannya ke arahku sambil tersenyum.
"Ya, selamat malam."
Aku melihat Ofelia masuk ke dalam asrama sebelum berjalan pulang ke asramaku sendiri.
──Ya, aku menjadi ksatria untuk mencegah tragedi seperti bencana invasi terjadi lagi. Agar tidak ada yang kehilangan apa pun lagi.
Setelah menyelamatkan Charlotte dan Alex dengan kekuatan naga, serta berbicara dengan Ofelia, aku semakin yakin dengan tekadku.
Namun, ada seseorang yang berusaha menghalangiku.
Aku merogoh saku jubahku dan mengeluarkan sesuatu yang kecil.
──Alat Kendali.
Teknologi super dari masa depan yang tidak bisa dibuat oleh manusia di era ini, alat yang bisa mengendalikan makhluk invasi.
Dalam misi hari ini, aku tidak berhasil menemukan jejak orang dari masa depan, dan para ksatria juga tidak melihat pergerakan makhluk invasi yang mencurigakan.
Dengan kata lain, alat kendali ini dirancang khusus untuk menyerangku.
Identitas dan tujuan mereka masih misteri.
Namun, tidak diragukan lagi bahwa mereka mengawasi dan mencoba memanipulasiku untuk mengubah masa depan.
"Kalau saja mereka muncul di hadapanku, mungkin aku bisa melakukan sesuatu..."
"──Selamat malam."
Suara yang mengerikan terdengar dari belakangku.
"Siapa itu!?"
Aku langsung berbalik. Aku sama sekali tidak menyadari ada seseorang di belakangku hingga ia berbicara.
Di sana berdiri seseorang dengan wajah yang tersembunyi di balik topeng hitam, mengenakan jubah hitam.
Jika tidak diterangi oleh cahaya bulan, mungkin aku bahkan tidak akan menyadarinya.
Apakah ini sihir yang menghalangi pengenalan? Semakin aku mencoba melihat dengan jelas, semakin buram sosoknya.
"Hei, kebetulan sekali kita bertemu di tempat seperti ini..."
Aku perlahan meraih pedang di pinggangku.
Tentu saja dia bukan seseorang yang kukenal. Aku hanya mencoba mengatur waktu untuk mencengkeram pedangku.
Sosok bertopeng itu tidak menjawab, ia memasukkan tangannya ke bayangannya sendiri dan mengeluarkan sebilah belati.
Namun, itu bukan belati biasa. Pisau ungu yang terbentuk itu adalah pedang miniatur.
"Aku memintamu untuk duel."
Sosok bertopeng itu bersiap untuk menyerang.
"Kalau aku menolak, kau tetap akan menyerang, kan?"
Aku menyalurkan kekuatan sihir ke pedangku, membentuk bilah hitam.
Detik berikutnya, sosok bertopeng itu sudah melesat dan menyerangku dengan ujung pedangnya.
"Sial...!"
Aku dengan cepat langsung menangkis pisau yang berkilauan di bawah cahaya bulan.
Harus cepat. Jika aku terlambat sedikit saja, tubuhku sudah pasti terluka.
Saat aku menangkis belatinya, sosok bertopeng itu melompat mundur.
Sihir yang memanipulasi bayangan.
Pedang miniatur yang tidak mungkin dibuat di era ini.
Dan niat membunuh yang jelas.
Dari semua itu, dapat disimpulkan bahwa sosok ini adalah seseorang dari masa depan.
"Sepertinya aku tidak punya pilihan..."
Kekuatan sihirku belum pulih sepenuhnya. Untuk melawannya, aku harus menggunakan "Inti hati".
Namun, kekuatan "Naga" memancarkan sihir dari dimensi luar. Jika aku menggunakannya di tengah markas ksatria ini, pasti akan langsung terdeteksi.
Meski begitu, aku tidak bisa mati di sini. Tapi... ada sesuatu yang terasa aneh dari tindakan sosok bertopeng ini.
Kenapa dia menunjukkan dirinya di hadapanku?
Kenapa dia tidak membunuhku secara diam-diam?
Saat pertanyaan-pertanyaan itu berputar di pikiranku, aku melihat sosok dengan rambut emas dan jubah hitam muncul di pandanganku.
"──Charlotte Lunataker, hadir di sini."
"Charlotte!"
Charlotte berdiri di antara aku dan sosok bertopeng itu.
"Maafkan aku karena terlambat ya, Chrono-sama. Oh, ngomong-ngomong, kalimat tadi adalah dialog saat Chrono-sama muncul di Legend of Frontier──"
Charlotte mulai bicara hal-hal tidak perlu seperti biasanya.
Saat itu, angin berhembus, mengibarkan jubahnya.
Dan entah kenapa, pakaian dalam hitamnya serta kulit halusnya terlihat di bawah cahaya bulan──
"Kenapa kau datang setengah telanjang!?"
"Ah! Ja-jangan lihat! Aku baru saja mandi, jadi aku tidak sempat berganti pakaian!"
Charlotte buru-buru membungkus tubuhnya dengan jubah. Dengan pipi memerah, ia terlihat malu dan menggigit bibirnya.
"Ngomong-ngomong, pakaian dalam ini terinspirasi dari Anda, Chrono-sama."
"Apa!? Aku jadi desainer pakaian dalam di masa depan!?"
Ini adalah informasi tentang masa depan yang paling mengejutkan sejauh ini!
Doom! Langkah kaki sosok bertopeng bergema.
Meskipun wajahnya tidak terlihat, aku bisa merasakan dia lebih kesal daripada sebelumnya. Tentu saja, siapa yang tidak kesal melihat pemandangan seperti ini?
Charlotte mengeluarkan lengannya dari jubah, memperlihatkan pedangnya yang berkilauan emas.
"Serahkan ini padaku. Saksikan aksi Charlotte Lunataker... eh, tapi jangan terlalu banyak melihatku, ya, aku malu..."
Meskipun awalnya penuh percaya diri, di akhir kalimatnya nada suaranya merendah.
Namun, tanpa peduli pada ucapan Charlotte, sosok bertopeng itu menyerangnya. Gerakannya jauh lebih cepat daripada saat menyerangku.
Meskipun pedang itu hampir menusuknya, Charlotte menghembuskan nafas dengan tenang, menutup matanya, dan mengangkat pedangnya.
Pedang mereka bertemu, menghasilkan gelombang kejut di sekitar mereka.
"Cepat sekali..."
Charlotte menggumamkan itu sambil membuka matanya.
Ekspresinya yang serius menunjukkan bahwa dia bukan penggemar Chrono Sickzard, melainkan seorang ksatria sejati dari masa depan.
"Namun, kau bukan tandinganku!"
Charlotte mengayunkan pedangnya dengan penuh percaya diri.
Bilah-bilah mereka terus berbenturan. Dari luar, terlihat seperti Charlotte mendominasi pertarungan.
Namun, meskipun memiliki jangkauan serangan yang lebih pendek, sosok bertopeng itu tetap mampu menyerang balik dengan gerakan yang luar biasa.
Dalam hal kelincahan, ia bahkan lebih unggul dari Charlotte.
"Kau... siapa sebenarnya?"
"...."
Dalam pertarungan, Charlotte bertanya pada sosok bertopeng. Namun, sosok bertopeng itu tidak menjawab.
"Darimana era kamu berasal? Dari pedangmu, tidak jauh berbeda dengan era ku."
"……"
"Kenapa kau menargetkan Chrono-sama? Apa Chrono-sama telah melakukan sesuatu padamu?"
Pertanyaan Charlotte menyebabkan gerakan sosok bertopeng melambat sesaat.
"──Dia memang telah melakukannya."
Suara terdengar dari balik topeng itu.
"Chrono Sickzard…… telah menjadikanku manusia!"
"…!"
Tekanan yang muncul dari sosok bertopeng membuat Charlotte mundur ke belakang.
Namun, banyak lengan hitam yang keluar dari bayangan sosok bertopeng mencengkeram kaki Charlotte.
"Apa──?! …──《Kilatan Cahaya Bintang》."
Charlotte mencoba mengaktifkan terminal mantranya dengan cepat.
Namun, dia gagal menyebut nama mantranya. Sebelum dia bisa mengaktifkan terminal, tangan yang berasal dari bayangan menutup mulutnya.
Tubuh dan mulutnya kini terikat sepenuhnya, dalam keadaan yang benar-benar terdesak.
Sosok bertopeng itu tidak berhenti. Dia dengan cepat mengarah pedang ungunya ke Charlotte──
"──Hentikan sampai di situ."
Aku menangkap lengannya.
Keheningan menyelimuti tempat itu.
Charlotte yang terikat, sosok bertopeng yang mengarahkan pedang ke arahnya, dan aku, yang berdiri di antara mereka menghentikan pertempuran.
"…Sejak kapan kau menyadarinya?"
Sosok bertopeng itu berbicara, memecah keheningan. Ia tetap diam tanpa melawan, lengannya masih kugenggam.
"Dari awal sudah terasa aneh."
Jika tujuan sosok bertopeng adalah membunuhku, ia bisa melakukannya dengan serangan mendadak tanpa berbicara.
Jika tujuannya adalah menangkapku hidup-hidup, ia bisa saja menggunakan bayangannya untuk membatasi gerakanku seperti yang ia lakukan pada Charlotte.
"Tapi yang terpenting, aku tidak merasakan niat membunuh dalam seranganmu.──Kecuali serangan terakhir."
"……Seperti yang diharapkan."
Sosok bertopeng itu tertawa dari balik topengnya, lalu melepaskan Charlotte dari ikatan bayangannya.
"Tunggu sebentar! Jadi maksudnya, aku benar-benar mau dibunuh?!"
Charlotte, satu-satunya yang tidak memahami situasi, berteriak.
Bagi mereka yang bertarung langsung, sulit menyadari hal tersebut. Aku pun hanya memahaminya setelah mengamati gerakan sosok bertopeng dari jauh.
Namun, masih ada hal yang belum kupahami──identitas sosok bertopeng ini.
"Seperti yang Chrono-sama katakan, sejak awal saya tidak bermaksud menyakiti Anda. Saya hanya ingin memastikan sesuatu."
Setelah mengatakan itu, sosok itu melepas topengnya dan juga jubah hitamnya.
Rambut berwarna biru safir yang diikat di belakang, tubuh mungilnya──terlalu familiar bagiku.
"──Kita bertemu lagi ya, Chrono-sama."
Dengan senyum yang manis, Ai Arkuvedia menyapaku, seolah menjawab sapaan yang sebelumnya kukatakan.
*
"Perkenalkan kembali, namaku Ai Arkuvedia, anggota Pasukan Khusus Anti-Kultus dari Ksatria perbatasan."
Di dalam kamar Charlotte, Ai duduk bersimpuh dan berbicara. Suaranya tidak lagi terdengar manis seperti biasanya, dan ekspresinya tampak tenang. Rambutnya, yang biasanya tergerai, kini diikat ke belakang, membuatnya terlihat seperti orang yang berbeda.
Adapun kamar Charlotte, meskipun dia baru menempatinya satu hari, sudah dipenuhi dengan foto bertanda tangan dan foto dirinya bersama aku yang dipajang di dinding.
Tidak hanya itu, foto-foto tersebut dicetak menjadi poster, bantal, dan bahkan seprai tempat tidur. Jika digabungkan, ada lima "versi" aku di kamar ini. Aku mulai merasa aneh melihat wajahku sendiri yang terpajang di mana-mana.
"Awal mula kejadian ini adalah pada 6 Juni tahun 755 di kalender sihir. Saat itu, aku tengah menjalankan misi untuk menyusup ke markas Kultus Invasi. Informasi yang kami dapatkan adalah mereka akan melakukan ritual sihir."
"Kultus Invasi? Bukankah itu organisasi yang menggunakan alat-alat pelatihan?" Tanyaku
"Benar. Mereka adalah kelompok yang menyembah makhluk jenis invasi sebagai utusan dewa dan akan melakukan apa pun untuk mendapatkan teknologi dunia lain. Organisasi ini, konon, sudah didirikan sejak sekitar tahun 555 kalender sihir dan menjadi musuh Anda di masa depan." tambah Charlotte, memberikan konteks.
Dengan kata lain, di masa depan, ksatria tidak hanya melawan makhluk invasi tetapi juga kelompok yang memuja mereka. Jika organisasi ini sudah ada sejak masa ini, maka mereka adalah kelompok yang cukup bertahan lama.
"Tugasku adalah menghentikan ritual tersebut. Namun, aku gagal." lanjut Ai.
"Dan kemudian kamu menyadari bahwa kamu berada di masa ini?" tanyaku.
"Benar. Itu terjadi sekitar tiga bulan lalu, tepatnya pada 10 Desember tahun 554 kalender sihir."
"Jadi, statusmu sebagai junior adalah identitas palsu untuk menyusup?"
"Betul. Cara bicaraku yang biasanya juga bagian dari penyamaran. Aku minta maaf karena telah menipumu," kata Ai, menundukkan kepala.
Melihat penjelasannya, sepertinya dia tidak berbohong. Dia mulai muncul di sekitarku sejak bulan Desember, jadi ceritanya masuk akal.
"Namun, sulit untuk dipercaya," kata Charlotte sambil melipat tangan dan memandang Ai dengan penuh curiga.
Dia mengenakan pakaian dalam, tapi tetap memakai jubahku, yang entah kenapa tampak aneh.
"Apakah ada yang mencurigakan dari pernyataanku?" tanya Ai dengan nada tegas.
"Ya, semuanya mencurigakan! Pertama, soal keberadaan pasukan khusus itu. Sebagai anggota Ksatria perbatasan di zaman ini, aku tahu tentang organisasi itu, tetapi aku tidak pernah mendengar tentang pasukanmu!"
"Itu karena keberadaan pasukan ini dirahasiakan. Pasukan ini terutama ditugaskan untuk menyusup, mengumpulkan informasi, dan melakukan sabotase terhadap Kultus Invasi. Anggotanya dilatih sejak kecil dalam isolasi penuh," jelas Ai dengan dingin.
Charlotte tampak tidak terima, lalu bertanya dengan tajam,
"Kalau begitu, kenapa kamu menyerang aku dan Chrono-sama? Dan kenapa butuh tiga bulan untuk mengungkapkan identitasmu?"
Ai, yang sebelumnya percaya diri, tiba-tiba terdiam.
Wajahnya mulai memerah saat dia menjawab dengan pelan,
"Karena... aku juga menyukai Chrono-sama"
Dia melirik ke arahku dengan pandangan malu-malu. Pengakuan tiba-tiba itu membuat jantungku berdebar.
"Sebenarnya, cukup melihat dari jauh dan berbicara sesekali sudah cukup. Tapi ketika melihatmu di dekatnya, aku tidak bisa menahan diri. Aku ingin melakukan duel juga, seperti yang kamu lakukan."
Charlotte, yang tampaknya mulai mengerti situasinya, mendekati Ai dengan mata berkaca-kaca.
"Aku paham sekarang... kalau kamu menyukai Chrono-sama, kamu pasti orang baik."
Namun, Ai memotongnya dengan nada dingin,
"Aku menyerangmu bukan karena itu. Aku hanya ingin menguji apakah kamu pantas untuk berada di sisinya. Hasilnya? Mengecewakan. Jika aku yang berada di posisimu, aku akan selalu menjaga Chrono-sama, bahkan saat mandi bersama."
"Mandi bersama? Itu hanya hal yang bisa ditemukan di doujin!"
"Tenanglah, Charlotte. Itu cuma perumpamaan, kan…"
Tapi… untuk sebuah perumpamaan, tatapan Ai terasa terlalu serius.
Ai mendekat ke sisiku dan menggenggam erat lenganku.
Aku bisa merasakan dada lembut dan tulang rusuknya yang agak keras, membuat detak jantungku semakin cepat.
"Mulai sekarang, aku yang akan melindungi Chrono-sama seorang diri. Kamu bisa melakukan wisata santai atau apapun yang kamu mau."
Charlotte terlihat terkejut mendengar itu.
"Apa maksudmu?"
Dengan gerakan seperti mengusir nyamuk, Ai melambaikan tangannya.
Charlotte, yang jarang menunjukkan ekspresi serius, kali ini tampak mengerutkan alisnya.
"Kalau dibiarkan, dia terlalu meremehkan kemampuanku. Gadis egois yang tidak mau berbagi! Saat itu aku hanya menahan diri agar bisa menangkapmu hidup-hidup. Jika aku serius, hasilnya pasti akan berbeda."
"Walaupun menggunakan perangkat mantra, hasilnya tidak akan berubah. Dalam pertarungan antar manusia, aku tidak pernah kalah."
Suasana di antara mereka semakin tegang, dengan mereka saling memprovokasi.
Sedikit saja ada pemicu, ruangan ini bisa berubah menjadi medan perang.
"Kalian berdua, hentikan sampai di sini."
Tak tahan melihatnya, aku menghentikan mereka.
"Kita masih belum tahu siapa sebenarnya manusia dari masa depan yang memakai alat kendali itu, juga apa tujuannya. Ini bukan saatnya bertengkar."
"…Hmph. Kalau Chrono-sama yang berkata begitu, aku akan mundur kali ini," ujar Charlotte sambil mengendurkan bahunya dan menghela nafas panjang.
Namun, matanya masih menyala dengan semangat bertarung.
"Tapi! Membiarkan ini tanpa menentukan siapa yang lebih unggul rasanya tidak memuaskan. Ai Arkuvedia, jika kau mengaku sebagai penggemar Chrono-sama, mari kita tentukan siapa yang lebih mencintai Chrono-sama!"
Seperti menyerahkan surat tantangan, Charlotte menunjuk Ai.
"Pertarungan kuis Chrono Sickzard dimulai!"
"…Pertarungan macam apa itu?"
"Jangan hentikan kami, Chrono-sama. Sebagai penggemar sejati, pertemuan mata adalah sinyal untuk menentukan superioritas melalui pengetahuan."
Aku merasa generalisasi itu terlalu besar…
"Baiklah. Apakah kau pikir bisa menang melawan aku, yang telah menghafal semua 18 jilid 『Kisah Legenda Chrono』, yang terdiri dari 1.906.217 kata?"
"Aku telah mempelajari semua karya yang melibatkan Chrono-sama dan bahkan sudah mempersiapkan pidato kemenangan untuk kompetisi kuis Chrono Sickzard ke dunia. Tidak ada alasan bagiku untuk kalah!"
Mereka mulai saling unjuk gigi.
Dengan Charlotte, aku bahkan tak tahu apakah ini mengagumkan atau tidak.
Namun, karena Ai juga terlihat bersemangat, sepertinya aku tak perlu menghentikannya jika itu bisa memuaskan keduanya.
"Baiklah, aku akan mulai ya. Sebutkan nama identifikasi level V yang ketiga kali dikalahkan Chrono-sama!"
"Phoenix yang Tak Mati. Itu bahkan tidak cukup untuk pemanasan " jawab Ai dengan cepat.
Charlotte memberikan soal, dan Ai menjawabnya dengan instan. Mereka terus bergantian, dengan yang salah menjawab pertama sebagai pihak yang kalah.
"Sekarang giliranku. ── Di antara pedang yang digunakan Chrono-sama, mana yang memiliki masa penggunaan paling lama?"
"Pedang generasi ketiga, Genon. Masa penggunaannya adalah lima tahun tujuh bulan. ── Lalu, sebutkan nama warung makan langganan Chrono-sama!?"
"Ranman-tei. ── Berapa ukuran sepatu Chrono-sama?"
"27 cm. Kalau begitu, berapa tinggi dan berat badannya!?"
Pertarungan kuis antara Charlotte dan Ai berlanjut tanpa henti.
Pertanyaan yang muncul bahkan aku sendiri tak tahu jawabannya. Kedua orang ini jelas lebih tahu tentang Chrono Sickzard dibanding diriku sendiri. Apakah pertarungan ini akan ada akhirnya?
"── Kalau begitu, Chrono-sama memiliki tahi lalat di posisi yang tidak bisa dilihat sendiri. Dimana lokasinya?"
"Apa!?"
Saat kuis telah melewati lebih dari 100 pertanyaan, untuk pertama kalinya Charlotte tampak kebingungan.
"Itu pertanyaan yang tidak valid! Informasi seperti itu tidak ada di buku sejarah maupun panduan resmi!"
"Tentu saja tidak ada. Karena ini adalah informasi yang kudapat selama tiga bulan menjadi adik kelas Chrono-sama. …Jangan bilang, Chrono-sama bukan bagian dari kuis ini?"
"Tsk! ── Chrono-sama! Apakah benar apa yang dia katakan? Apakah Anda memiliki tahi lalat di tempat yang tidak bisa Anda lihat?"
"Karena aku tidak bisa melihatnya, mana mungkin aku tahu!?"
"Be-benar juga… ── Beri aku waktu untuk berpikir, Arkuvedia!"
Charlotte menempelkan tangan di dagunya, berusaha berpikir keras.
Sepertinya otaknya juga tidak pernah memprediksi harus memikirkan di mana posisi tahi lalatku berada.
"Jika tidak terlihat, berarti di bagian belakang… Tidak, berpikir seperti ini tidaklah cukup! Pikirkan di mana seharusnya Chrono-sama memiliki tahi lalat, lakukan simulasi.
── 'Eh, bolehkah aku membantu menggosok punggung Anda, Chrono-sama?
'Ah, silahkan, Charlotte.'
'Ka-kalau begitu, permisi──'"
Entah kenapa Charlotte mulai berbicara sendiri, seperti berakting.
Saking anehnya pemandangan ini, aku memandang Ai di sebelahku.
"…Charlotte sedang apa, ya?"
"Dia sedang berbicara dengan Chrono-sama dalam pikirannya. Aku juga sering melakukannya."
"Oh, Ai juga begitu, ya."
Tentu saja, Ai juga termasuk dalam golongan yang sama dengan Charlotte.
"── ' Chrono-sama, ternyata tahi lalat Anda ada di sini.'
'Oh, begitu? Aku tidak tahu. Hebat sekali, Charlotte.'
'Tentu saja, aku tahu segalanya tentang Anda.'
'Selesai. Terima kasih sudah membaca hingga akhir. Semoga──'"
"…Aku rasa bagian penutupnya tidak perlu, ya?"
"Ah! Maaf, aku terlalu terlarut. Tapi, aku sudah yakin sekarang. Jawabannya adalah di dekat pangkal bahu kanan!"
Dengan percaya diri, Charlotte memberikan jawabannya.
Dalam keheningan, tatapan Charlotte dan Ai bertemu.
Meski pertanyaannya sepele, atmosfernya terasa seperti dunia yang sedang dipertaruhkan.
"──Salah."
"Kuuuh! Bagaimana bisa aku salah…!"
Charlotte jatuh tersungkur sambil mengeluarkan suara penuh penyesalan.
"Lalu, di mana jawabannya?"
"…Rahasia. Akan lebih memuaskan jika itu tetap menjadi rahasia antara aku dan Chrono-sama."
Ai tersenyum nakal dengan ekspresi menggoda.
Karena aku juga tidak tahu, itu akan tetap menjadi rahasia Ai, tapi aku terlalu malas untuk menanggapinya.
"Ti-tidak bisa diterima! ── Chrono-sama, bolehkah aku memeriksanya sendiri!?"
"Tidak boleh!"
Ketika aku menolak Charlotte yang mulai merayap mendekat, terdengar ketukan di pintu.
"Charlotte, mau mandi bersama di pemandian umum?"
Itu suara Ofelia.
Melihat jam, ternyata ini adalah waktu penggunaan pemandian untuk wanita.
"Apa yang harus kulakukan, Chrono-sama…"
Charlotte menatapku dengan wajah bingung.
Sementara itu, Ai yang tadi berada di sebelahku sudah menghilang.
Sepertinya kemampuan menyamar sebagai mantan anggota pasukan khusus sangat membantu.
"Karena Ai sudah pergi, lebih baik kita bubar dulu saja."
"Baiklah. …Namun,"
Charlotte melirik ke arah pintu.
Sepertinya dia ragu apakah akan pergi ke pemandian bersama Ofelia.
"Pergilah saja."
"Tapi, bagaimana jika Chrono-sama diserang saat aku tidak ada…?"
Sepertinya Charlotte masih memikirkan apa yang dikatakan Ai sebelumnya.
Aku mengusap kepala Charlotte yang sedang menunduk.
"Jangan terlalu dipikirkan. Aku sudah sangat senang dan terbantu dengan kehadiranmu."
"Chrono-sama…!"
Charlotte menatapku dengan wajah berbinar, seolah melihat sesuatu yang suci.
"Terima kasih. Bagian yang Anda usap tadi tidak akan pernah kucuci lagi!"
"…Di pemandian umum, biarkan Ofelia mencuci bagian itu dengan baik, ya?"
Charlotte Lunataker
Kalender Sihir, Tahun 555, 5 Maret, pukul 20:33
Pemandian umum milik pasukan ksatria ini hampir tidak ada bedanya dengan apa yang ada dua ratus tahun kemudian.
Kolam air panas yang besar. Ubin berwarna amber yang terlihat bersih dan terawat memberikan kesan higienis.
"Ahh... Haa..."
Ofelia, yang sedang berendam di bak mandi, meregangkan tubuhnya dengan lebar di sampingku. Rambut abu-abu miliknya diikat di atas kepala, dan dada besarnya mengapung di permukaan air...
"Eh, Charlotte, ini pertama kalinya kamu masuk pemandian sebesar ini ya?"
"Yah, tidak juga sih... Aku hanya tidak terbiasa dengan ini."
"Oh, begitu... Maaf ya, aku mengajakmu meskipun kamu belum terbiasa. Jangan tegang, santai saja, oke?"
Ofelia memandangku dengan cemas saat melihat aku yang tampak meringkuk.
Ini adalah kali kedua aku masuk ke pemandian umum.
Pertama kali adalah ketika kolaborasi antara salah satu pemandian umum terkenal dengan Chrono.
Aku sangat antusias dengan pemandian bertema Kurono-sama (meskipun hanya airnya yang berwarna hitam), sampai-sampai aku berendam seperti ikan selama enam jam hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit karena dehidrasi.
Enam jam itu adalah kebahagiaan yang luar biasa karena aku seperti berada dalam kehangatan dengan tema Chrono-sama, tetapi karena tidak ingin mengganggu konten, sejak saat itu aku menghindari pemandian umum.
Beberapa teman-temanku mengatakan bahwa ini bukan solusi yang tepat, tapi aku tidak benar-benar paham apa yang mereka maksud.
Karena itu, aku memang tidak terbiasa dengan pemandian umum.
Dalam anime atau manga, di pemandian seperti ini biasanya para gadis berkata, 'Eh, apakah dadamu semakin besar lagi?' 'A-astaga, sudah, hentikan~' sambil bercanda dan saling menyentuh, tetapi sejauh ini tidak ada yang melakukan hal seperti itu.
...Pasti ada jadwal tertentu, seperti setiap dua minggu sekali pada hari Sabtu. Agar tidak mempermalukan diri sendiri, sebaiknya aku belajar tata cara dasar sebelum hari itu tiba.
Namun, alasan aku merasa tegang bukan hanya karena tidak terbiasa dengan pemandian umum.
Ai Arkuvedia.
Rambut biru safirnya, tubuhnya yang bersandar di lengan kanan Chrono-sama, dan senyum puasnya saat kuis pertempuran. Semua itu terus menghantuiku.
Jika ini berlebihan, aku mungkin menyebutnya kebencian; jika tidak, itu hanya rasa kesal. Sebuah perasaan aneh yang berganti-ganti di antaranya.
"Aneh..."
Aku bergumam sambil menurunkan alisku.
Selama ini, aku telah berinteraksi dengan ribuan penggemar Chrono-sama di dunia nyata maupun internet. Beberapa dari mereka sangat baik, sementara yang lain buruk dalam menjaga etika. Namun, ini pertama kalinya aku merasa seperti rasa benci terhadap seseorang.
"Charlotte, apa kamu baik-baik saja?"
Mungkin aku membuat ekspresi yang sangat serius, sehingga Ofelia memandangku dengan khawatir.
Karena dia sudah mengundangku ke pemandian, aku memutuskan untuk tidak memikirkan masalah ini.
"Maaf, aku sudah baik-baik saja."
"Oh, syukurlah. Hei, Charlotte, kita sudah cukup akrab sekarang. Boleh tidak aku tahu lebih banyak tentangmu?"
"Tentu saja, tanya saja apa pun tentangku."
Aku sudah menyiapkan latar belakang cerita yang tidak mencurigakan di zaman ini. Apa pun pertanyaan yang muncul, aku pasti bisa menjawabnya dengan sempurna.
"Charlotte, apakah kamu suka Chrono?"
"Gubeeehhhh..."
Aku terjatuh ke dalam air dengan suara aneh karena pertanyaan itu terlalu langsung dan menusuk.
Bagaimana mungkin pertanyaan kritis seperti ini muncul?!
Tidak mungkin mereka tahu aku adalah penggemar Chrono-sama hanya dari gerak-gerikku. Jangan-jangan ada orang dari masa depan yang menyebarkan desas-desus tentangku!
Aku mencoba tetap tenang dan mengangkat wajahku dari air.
"Ke-kenapa kamu berpikir begitu?"
"Karena aku dengar dari semua orang kalau kamu mengakuinya saat perkenalan. Jadi, apakah itu benar?"
...Ternyata ini memang kesalahanku sendiri.
Dan, seperti yang diduga, desas-desusnya juga cukup dilebih-lebihkan.
"Yah itu, tergantung pada definisi 'suka'..."
Seperti biasa, penggemar berat suka menggunakan alasan definisi.
"Jadi, kamu membencinya?"
"Tidak, sama sekali tidak."
"Aku suka dia, kau tahu?"
"Ugh... Polos sekali!"
Dengan senyum cerah, Ofelia mengatakan hal itu seolah itu adalah hal yang wajar. Aku hampir tidak bisa menahan rasa silau melihatnya.
Namun, apa yang dimaksud Ofelia dengan "suka" mungkin adalah perasaan terhadap keluarga yang telah lama bersamanya, berbeda dengan perasaanku yang lain.
Tapi tunggu, apa sebenarnya arti "suka" bagiku?
Sebelum datang ke era ini, aku mencintai Chrono Sickzard sebagai konsep, bukan sebagai individu dalam sebuah karya tertentu.
Namun, setelah berada di sini, aku bertemu dengan Chrono-sama yang asli.
Kami berbicara, aku mendapatkan jubah darinya, dan kami mengambil foto bersama.
Aku bahkan melihat kekuatan naga yang dimilikinya.
Kata seperti "terima kasih" darinya dan sentuhan di pipiku masih terukir dalam ingatanku hingga sekarang...
"Charlotte, apa kamu baik-baik saja?"
Suara Ofelia menarikku kembali ke kenyataan. Karena dia menanyakan hal itu, aku harus menjawabnya.
"Ya... Aku suka dia juga."
...Aku masih belum sepenuhnya memahami perasaanku.
Namun, menjawab bahwa aku menyukainya pasti bukan jawaban yang salah.
"Wah, aku tahu kamu pasti begitu."
Ofelia tersenyum bahagia sambil menyatukan kedua tangannya.
Melihat reaksinya, dia mungkin menganggap bahwa aku menyukai Chrono-sama hanya sebagai teman.
"Dia keren, kan? Sekarang dia lebih tenang, tapi dulu dia jauh lebih percaya diri!"
"Le-lebih percaya diri dari sekarang?!"
"Iya! Saat dia baru masuk panti asuhan, dia selalu menjadi orang pertama yang menemukanku saat aku menangis. Dia bilang, Aku pasti akan melindungimu, Ofelia, jadi jangan khawatir."
Ofelia mencoba menirukan tatapan tajam dari Chrono-sama. Aku sangat ingin menyaksikan langsung pemandangan itu dan merekamnya, tetapi itu adalah impian yang tidak mungkin tercapai sekarang.
"Lalu, kamu tahu..."
Dengan penuh semangat, Ofelia melanjutkan ceritanya tentang masa kecil Chrono-sama.
Apa yang dia katakan adalah informasi asli yang berbeda dari apa yang aku dapatkan dari karya fiksi atau buku sejarah. Sebagai penggemar, aku harus menahan diriku agar tidak kehilangan kontrol karena terlalu bersemangat!
Apakah aku juga terlihat seperti ini saat berbicara tentang Chrono-sama? …Tidak, rasanya membandingkan seorang otaku sepertiku dengan seseorang yang benar-benar menghabiskan waktu bersama Chrono-sama seperti dia adalah hal yang terlalu tidak sopan.
"Kamu tahu banyak tentang Chrono-kun, ya?"
"Tentu saja! Kami sudah bersama selama lebih dari sepuluh tahun. Kami bahkan pernah mandi bersama!"
"Ma-mandi bersama!?"
"Eh? Oh, iya, tapi itu dulu. Sekarang sih, sudah tidak lagi."
"Be-begitu ya… Tapi, benarkah rumor kalau Chrono-sama… eh, maksudku, Chrono-kun memiliki tahi lalat di punggungnya?"
"Tahi lalat…? Oh, iya, kalau tidak salah, ada di sekitar pangkal lehernya."
"Pangkal leher, ya…"
Sejujurnya, aku ragu antara bahu kanan atau pangkal leher.
...Memang benar, jika aku bertanya kepada seratus orang di jalan, kemungkinan besar kelompok yang memilih pangkal leher akan menang tipis. Aku sampai-sampai membuat keputusan yang salah.
Tidak, apa yang sebenarnya aku tanyakan? Pembahasan tentang pemandian tadi terlalu mengejutkan hingga aku tidak sengaja menanyakannya.
"Oh ya dulu juga, waktu aku bermain dengannya terkadang aku digendong olehnya, aku sering menekan tahi lalatnya, kurasa."
"Sampai digendong juga!?"
Aku bisa dengan mudah membayangkan Chrono-sama yang kecil menggendong Ofelia di punggungnya.
Aku pun ingin digendong seperti itu juga, atau mungkin malah menggendongnya, dan juga ingin melihat pemandangan itu dari kejauhan. Ah, aku harus menemukan cara untuk membagi diriku menjadi tiga!
Inilah keunggulan dari menghabiskan waktu bersama sejak kecil… Pengalaman seperti itu tidak mungkin kudapatkan, karena aku hanya seorang otaku yang hidup di dua ratus tahun kemudian.
"Charlotte-chan, kamu baik-baik saja? Wajahmu merah sekali, jangan-jangan kamu kepanasan?"
"Ah, iya… mungkin kamu benar. Aku akan keluar dulu."
Dengan kekhawatiran Ofelia, aku kembali ke ruang ganti. Sebenarnya, aku hanya terlalu bersemangat mendengar cerita tentang Chrono-sama, tetapi tetap saja, aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
"Maaf ya, tadi aku terus bercerita. Lain kali, biar aku mendengar ceritamu, Charlotte-chan."
"Tidak, tidak… Mendengar cerita tentang Chrono-kun itu sudah sangat berharga bagiku."
Sambil mengeringkan tubuhku dengan handuk, pikiranku mulai kembali tenang. Aku menyadari bahwa alasan aku merasakan perasaan negatif terhadap Ai adalah karena perasaanku terhadap Chrono-sama telah berubah.
Dalam hal duel, Ai memang lebih unggul dariku, meski dengan enggan aku mengakuinya.
Dalam hal pengetahuan tentang Chrono-sama, yah… Aku tidak ingin mengakui kalah, tetapi sepertinya ada beberapa hal yang dia lebih tahu. Jujur saja aku tidak ingin mengakui hal tersebut, sih!
Namun, jika begini terus, posisiku sebagai ksatria pribadi Chrono-sama akan terancam… Aku harus menunjukkan kepada Chrono-sama bahwa aku juga bisa berguna.
"Wah, Charlotte-chan, pakaian dalammu terlihat dewasa sekali!"
"Oh, ini?"
Baru saja pakaian dalamku dilihat oleh Chrono-sama, dan sekarang Ofelia juga melihatnya. Yang kupakai sekarang adalah koleksi hasil kolaborasi antara "Legenda Chrono" dengan sebuah produsen pakaian dalam. Bra hitam ini dihiasi dengan kilauan merah di bagian tengah yang terinspirasi dari mata Chrono-sama, membuat desainnya tampak mewah dan elegan.
Tentu saja, aku membelinya pada hari peluncurannya. Namun, karena kilauan merahnya dianggap seperti pola mata serangga, reputasinya sangat buruk sehingga bulan berikutnya harganya turun menjadi setengahnya.
...Aku ingin menceritakan ini, tapi jelas tidak mungkin, jadi aku diam saja.
"Dulu aku menabung uang jajan untuk membelinya."
Ibuku menangis dan marah sambil berkata, ‘Uang jajan ini bukan untuk membeli hal bodoh seperti ini!’ Ah, rasanya nostalgia sekali.
"Wah, keren ya. Aku juga ingin beli satu, yang seperti itu."
Ofelia mengangkat dadanya yang terbungkus pakaian dalam sederhana dengan kedua tangannya. Kalau Ofelia memakai pakaian dalam mewah, itu… bagaimana ya… rasanya terlalu menggoda, seperti melanggar aturan, bukan?
"Charlotte-chan, besok libur ya?"
"Ah, iya. Kudengar begitu."
"Enaknya! Aku malah harus kerja untuk menganalisis spesies invasi yang kalian kalahkan tadi."
Sambil memasang pakaiannya, Ofelia memasang ekspresi cemberut.
"Tapi, kudengar aku akan menganalisis spesies burung yang Chrono kalahkan. Aku jadi semangat! Sayang sekali aku tidak bisa melihat aksi Chrono waktu itu."
("Ah, dia benar-benar luar biasa! Ketika Chrono-sama menebas bola api dengan pedangnya, aku sampai berpikir itu Dewa…!") Ingin sekali aku bersemangat bercerita dengan kosa kata yang minim, tapi sayangnya aku dianggap tidak ikut misi waktu itu, jadi aku tidak bisa.
"Kalau libur, biasanya kamu ngapain aja?"
"Uh…"
Pertanyaan ini muncul—pertanyaan yang selalu ada di puncak daftar ‘pertanyaan paling sulit bagi otaku.’ ‘Apa yang kamu lakukan di hari libur?’ Aku biasanya bangun sekitar jam satu siang, menonton anime yang direkam, sambil bermain gim dan media sosial hingga hari berganti—dan jelas, aku tidak akan pernah mengatakannya.
"Karena aku baru pindah ke sini, aku masih belum tahu harus melakukan apa."
Tidak sepenuhnya bohong sih.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu minta Chrono untuk menunjukkan kota ini?"
"Apa!?"
Ucapan Ofelia yang santai itu seperti petir yang menyambar bagiku.
"Ja-jadi, maksudmu, mengajak Chrono-kun keluar! Berjalan-jalan! Lalu memintanya jadi pemandu! Dan mengabadikan kenangan itu di ingatan! Begitukah maksudmu!?"
"Uh, iya… Tapi penjelasanmu malah lebih panjang."
"Kalau aku melakukan itu, bukankah aku bisa dituntut atas suatu pelanggaran!?"
"Sepertinya tidak, deh… Aku yakin Chrono juga punya waktu luang. Kalau gadis imut seperti Charlotte-chan yang mengajaknya, dia pasti senang."
Senang, ya…?
Sejak di sekolah hingga hari ini, aku hampir tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenis di luar urusan formal.
Malahan, aku biasanya duduk di sudut kelas, menghindari kelompok mereka, membaca komik bersama teman-teman otaku, atau menulis novel secara bergantian. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Chrono-sama jika aku mengajaknya keluar.
"Tapi… itu mungkin saja… kalau aku mulai dari titik tertentu…"
"Hmm? Ada apa?"
"Ah, tidak ada. Aku hanya tiba-tiba memikirkan sesuatu yang bagus."
Berkat saran Ofelia, sebuah ide tak terduga muncul di kepalaku.
Kalau begini, aku juga bisa berguna bagi Chrono-sama…!
Chrono Sickzard ~ Kalender Magis Tahun 555, 5 Maret, pukul 21:10 ~
Aku kembali dari kamar Charlotte dan berendam di bak mandi di kamarku.
"Tak kusangka, Ai juga datang dari masa depan…"
Ai ternyata sudah berada di era ini sejak tiga bulan yang lalu.
Itu berarti, orang-orang masa depan dengan alat pengendali juga mungkin telah bersembunyi di zaman ini sejak lama.
Kalau begitu, kenapa mereka baru sekarang memasang alat pengendali pada spesies penjajah untuk menyerangku?
Aku menghela nafas dan keluar dari kamar mandi.
"Oh, Anda sudah keluar? Ini handuknya."
"Ah, terima kasih."
Aku menerima handuk dari Ai yang hampir melepas bajunya dan mulai mengeringkan rambutku.
"…Tunggu, kenapa kamu ada di sini?"
Karena dia berada di sini begitu alami, aku hampir tidak menyadarinya.
...Meskipun mungkin sudah terlambat, aku tetap melilitkan handuk di pinggangku.
"Aku pikir Anda kelelahan hari ini, jadi aku datang untuk membantu mencuci punggung Anda."
"Memang aku lelah sih, tapi itu tidak perlu dilakukan…"
"Begitu ya… Sayang sekali."
Ai dengan wajah kecewa mengenakan kembali bajunya yang hampir dilepas.
Melihat tatapannya yang suram, sepertinya dia serius.
Aku bertanya-tanya, apa yang akan terjadi jika aku keluar sedikit lebih lambat? …Tidak, lebih baik aku tidak memikirkannya. Menggunakan handuk saja rasanya kurang aman.
"Jadi? Kamu tidak mungkin datang kesini hanya untuk mencuci punggungku, kan?"
Aku bertanya sambil mengganti ke pakaian tidurku.
"Benar. Aku datang untuk melapor… tentang orang dari masa depan yang menggunakan alat pengendali."
Mendengar kata "alat pengendali," alisku mengerut.
"Orang dari masa depan yang menggunakan alat pengendali itu mungkin anggota sekte penjajah yang datang ke masa depan bersamaku. Selama tiga bulan terakhir, aku secara diam-diam melindungi Anda, tetapi alat pengendali ini adalah bukti pertama yang jelas."
Benar, sebelumnya mereka hanya memanipulasi pedang atau menggunakan cara tidak langsung untuk mengintervensiku.
"Jadi, orang dari masa depan itu mengubah pendekatannya. Kenapa baru sekarang?"
"Karena mereka mungkin menyadari bahwa Charlotte berasal dari masa depan. Dengan pengetahuan sejarah, mereka segera menyadari bahwa dia adalah anomali. Aku sendiri juga menyadarinya."
…Dengan seberapa mencoloknya dia, mustahil dia luput dari perhatian orang dari masa depan.
"Bagi orang dari masa depan yang menggunakan alat pengendali, Charlotte adalah pengganggu tak terduga. Entah apa rencana mereka, tetapi mungkin mereka mempercepat rencana itu."
"Jadi, kejadian hari ini terjadi secara tiba-tiba?"
"Itu hanya dugaanku, tetapi aku pikir begitu. Jika benar, orang dari masa depan itu kemungkinan akan bertindak lagi dalam waktu dekat."
Meskipun ini hanya spekulasi, itu cukup masuk akal.
"Sepertinya aku tidak akan bisa tenang untuk sementara waktu."
"Jangan khawatir soal itu. Aku akan terus berada di sisi Anda sebagai pengawal, jadi Anda bisa beristirahat dengan tenang sekarang."
"Ngomong-ngomong, belakangan ini aku merasa diawasi…"
"Ya, semua itu mungkin saat aku mengawal Anda. Fakta bahwa Anda menyadari keberadaanku meski aku sedang dalam penyamaran, itu luar biasa, Chrono-sama."
"Tapi aku juga merasakan tatapan itu di kamar mandi dan toilet kadang-kadang…"
"… Uh… yah, bagaimana aku mengatakannya…"
"Dari keheninganmu, aku sudah bisa menebaknya…"
"J-jangan salah paham, Chrono-sama. Itu hanya beberapa kali, dan aku tidak benar-benar melihat langsung!"
Ai berbicara dengan cepat sambil wajahnya memerah.
Setidaknya lebih dari lima kali tubuhku telah terlihat…
"Yah, jangan terlalu memaksakan diri. Aku juga bisa melindungi diriku sendiri."
"Tidak… tolong izinkan aku melakukan ini. ──Karena Anda telah menjadikan aku manusia."
"Menjadikanmu manusia…?"
Oh ya, dia sempat mengatakan hal seperti itu saat pertarunganku dengan Charlotte.
"…Bolehkah aku menceritakan sedikit kisah masa laluku?"
Ai menundukkan pandangannya.
"Seperti yang kusebutkan sebelumnya, aku tumbuh di lingkungan yang sangat khusus. Aku tidak mengenal orang tuaku, tidak pernah pergi ke sekolah, dan setiap hari hanya berlatih untuk bertahan hidup. Aku tidak pernah menjalani kehidupan yang manusiawi."
Ai menceritakan kisahnya dengan tenang.
Aku tidak tahu persis seperti apa kondisi pasukan khusus anti-sekte tempat Ai berada, tetapi dari caranya berbicara, mudah dibayangkan bahwa hidupnya sangat berat.
"Tetapi, yang mengubah diriku adalah sebuah buku usang di markas, 'Kisah Legenda Chrono'."
Dengan wajah sedikit malu, Ai tersenyum.
"Tidak ada hiburan lain selain itu, jadi aku membaca buku itu dengan penuh antusias. Dan, 1.906.217 kata serta Kisah Legenda Chrono-sama memberikan warna dalam hidupku. Cinta yang seharusnya kuterima dari orang tua, emosi yang kubagi dengan teman, keberanian, ketakutan, kekaguman, kecemburuan—semua hal yang seharusnya dimiliki manusia, Kisah Legenda Chrono dan Anda yang memberikannya padaku.──Itulah sebabnya, Chrono-sama yang membuatku menjadi manusia."
Ai menatapku dengan sorot mata yang penuh gairah. Nafasnya terdengar berat, dan wajahnya memerah seperti terbakar.
"…Maaf. Sepertinya aku terlalu banyak bicara tentang diriku sendiri."
Mungkin menyadari hal itu, Ai memalingkan pandangan dan menutupi mulutnya dengan tangan.
"Aku tahu mengatakan ini pada Chrono-sama yang sekarang mungkin hanya akan merepotkan Anda. Tapi aku tidak bisa menahannya…"
Aku berlutut di hadapan Ai untuk menatapnya sejajar.
"Walaupun bey, aku mengerti perasaanmu, Ai. Terima kasih."
Ai mengatakan bahwa berkat karya yang menjadikanku subjeknya, dia bisa menjadi dirinya yang sekarang.
Meskipun aku tidak merasa telah melakukan sesuatu yang berarti untuknya, aku tidak bisa mengatakan hal yang dingin kepada gadis yang mencurahkan perasaannya.
Ai menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu menatapku dengan wajah yang kini lebih tenang.
"Itulah sebabnya, aku akan melakukan apa pun untuk Chrono-sama. Jika Anda menyuruhku membunuh seseorang, aku akan menjadi pedang. Jika Anda menyuruhku melindungi, aku akan menjadi perisai."
Dengan senyum tipis, Ai meletakkan tangannya di dadaku.
"Apakah Anda ingin mencoba?──Keyakinan butaku."
"Eh?"
Sebelum aku bisa bertanya, Ai mendorongku hingga terjatuh.
"Hei?! Apa yang kamu lakukan…!"
Pertanyaan itu keluar secara refleks.
Namun, berat tubuh Ai yang kini berada di atas perutku mengacaukan pikiranku.
Tubuh kecil dan lembutnya duduk di atas tubuhku, dengan senyum menggoda yang semakin mendekat.
"Keberadaanku saat ini adalah berkat Anda, Chrono-sama. Jika itu keinginan Anda, aku akan melakukan apa saja.──Silahkan, beri aku perintah apa pun."
Jari-jarinya meluncur di dadaku, sementara dia berbisik di dekat telingaku.
Ini… sangat berbahaya…!
Jantungku berdegup kencang seperti drum, seolah memerintahku untuk bergerak maju.
Namun…! Jika aku menyerah pada keinginan ini, aku merasa akan kehilangan terlalu banyak…!
Bahkan, apakah ini tidak akan mengubah masa depan…!?
"Apapun, ya?"
"Ya. Apa pun yang Anda inginkan."
"Kalau begitu, bisakah kamu memanggilku 'senpai' lagi, seperti dulu?"
"…Hah?"
Mungkin tidak menduga permintaanku, Ai memiringkan kepalanya, nampak kebingungan.
"…Aku bukan benar-benar juniormu, tahu?"
"Aku tahu itu. Tapi aku tidak terbiasa dipanggil dengan 'sama' olehmu."
Aku memaksakan sebuah senyuman.
Setelah sebelumnya dipanggil 'senpai,' mendadak dipanggil 'sama' terasa sangat aneh.
"Jika kita pernah berada di organisasi yang sama di masa depan, dalam cakupan luas, kita bisa dibilang senior dan junior, kan? Tapi kalau kamu tidak nyaman, tidak apa-apa tetap pakai 'sama'."
"Bukan karena aku tidak nyaman sih, tapi…"
Ekspresi menggoda Ai berubah menjadi bingung. Dia terlihat ragu, matanya melirik ke sana kemari.
"Benarkah tidak apa-apa…? Kalau aku, makhluk sepertiku, menjadi juniormu."
"Tentu saja. Bagiku, kamu sudah menjadi juniorku sejak awal."
"…Ugh."
Ai menutupi wajahnya dengan kedua tangan, mengeluarkan suara yang tertahan.
"Anda memang pandai membuatku bahagia, Chrono-sama…"
Ai berbisik pelan, lalu melepaskan ikatan rambutnya.
"Baiklah, Chrono-senpai! Mulai sekarang, aku akan menjadi juniormu. Mohon bimbingannya~!"
Senyum cerah yang familiar dan suara lembut yang sudah kukenal kembali.
Meskipun sisi tenangnya tidak buruk, ini jauh lebih cocok dengannya. …Dengan ini, kestabilan mentalku sepertinya akan tetap terjaga.
"Jadi, apakah ada permintaan lain, Senpai~?"
"Hmm, kalau begitu, aku ingin tidur sekarang, jadi bisakah kamu turun?"
"Eh~. Aku bisa tidur bersamamu lho~."
Aku menggeser Ai yang mulai merajuk, lalu bersiap untuk tidur.
"Ngomong-ngomong, Chrono-senpai, jubah yang dipakai Charlotte-senpai itu milikmu, kan?"