[LN] Futago Matomete “Kanojo” ni Shinai? ~ Volume 2 _ Chapter 4 [IND]


Translator : Nacchan 

Proffreader : Nacchan 

 Chapter 4 : Berbagai Masalah...?

"Hiks... hiks... sudah kubilang maaf dari tadi... ah...!"

Di ruang klub koran yang remang dan pengap, dipenuhi berbagai barang.

Suara isak tangis Kousaka Matori bercampur dengan keterkejutan.

"Bukan di sini ya—"

"Tu-tunggu... jangan sentuh bagian penting itu... aaahn!?"

"Oh, di sini rupanya—lalu, kalau begini..."

"Hya... tu-tunggu, hentikan, sudah hentikan...! Jangan lebih dari ini!"

"...Umm, Matori-senpai kan? aku cuma mengutak-atik kamera, jadi tolong berhenti mengeluarkan suara-suara aneh..."

Sakuto memandang Matori dengan tatapan lelah.

Sakuto sedang mengutak-atik KANON-chan kesayangan Matori di depan matanya.

"Maafkan aku... tolong kembalikan KANON-chan ku..."

Entah ke mana perginya sikap angkuhnya tadi, Matori memohon dengan mata berkaca-kaca.

Mengejutkan bahwa dia adalah wakil ketua klub. Wakana yang duduk diam di sebelah Matori juga memandang senpainya yang terpuruk dengan agak menjauh.

Di ujung lantai satu gedung klub, ruangan sempit dan remang yang hanya mendapat sinar matahari sore, semakin diselimuti suasana suram sekitar dua puluh menit setelah mereka bertiga pindah dari belakang gedung sekolah.

"Ngomong-ngomong, kamu punya barang yang bagus ya?"

"Kan? Hebat kan! Aku ini di kelas termasuk—"

"Bukan kamu, maksudku kameranya..."

Yang hebat bukanlah Matori yang mencoba berpose seksi dengan 'ufuun', tapi kamera DSLR dari merek populer KANON. Dengan sombongnya disebut "Seri Hug", meski model entry level tapi harganya sekitar seratus ribu yen.

Untuk dibawa-bawa siswa SMA, terasa sedikit terlalu berlebihan, tapi melihat dia begitu terobsesi, mungkin ada alasan khusus di balik harganya.

"—Fuuh... selesai!"

"Eh? Apa yang baru saja kamu lakukan?"

"Sudah direset. Memori dan semuanya. Sebaiknya kamu atur ulang waktu dan tanggalnya nanti."

"Kamu iblis ya!? Padahal masih ada foto yang belum kupindahkan ke PC...!?"

"Tahu istilah 'makan buah simalakama'? Masih untung tidak kuhancurkan... —Nih, kukembalikan."

Begitu diletakkan di atas meja dengan suara 'tok', Matori langsung merebutnya dan memeluknya ke dada.

"Huhu... selamat datang kembali KANON-chan... pasti sakit ya~ pasti menderita ya~..."

"Smartphone-nya juga kukembalikan. Yang ini—"

"Jangan bilang ini juga direset total!? Padahal ada kontak dan aplikasi..."

Melihat Matori yang memucat, Sakuto menghela nafas "haah".

"...Tidak, hanya foto dan video yang sepertinya terkait dengan kejadian ini."

"Fyuh... oh, kalau cuma itu sih—"

"Dan sekalian, foto dan video yang tersinkron di cloud juga..."

"Apaa...!? Masa sampai segitunya!?"

"Ya, aku memang begitu..."

Alasan dia kesal adalah karena foto dan video Sakuto dengan kakak beradik Usami yang tersimpan di smartphone-nya juga terhapus.

(Tapi, sampai sejauh itu...)

Sepertinya dia telah mengambil foto diam-diam selama beberapa hari, ada banyak foto mereka bertiga. Selain berjalan sambil bergandengan tangan, tidak ada yang bisa dianggap sebagai "bukti pacaran"—tapi tetap saja menyeramkan.

Setelah sebagian besar rencana klub koran terungkap, Sakuto memandang Matori yang setengah menangis.

"Dasar iblis~ kejam~ kan tidak akan berkurang, apa salahnya sih~..."

Ah, tidak ada harapan untuk orang ini—sambil berpikir begitu dia melihat ke arah Azuma Wakana.

"...Jadi, boleh ceritakan alasan melakukan semua ini?"

"Uuh... maafkan aku..."

Wakana menundukkan kepala dengan penuh penyesalan.

"Tapi, kupikir hanya itu satu-satunya cara..."

"Sampai terpojok seperti itu? Aku ingin dengar bagian 'tapi' itu. Termasuk soal mengejar-ngejar Hikari... jangan-jangan itu juga suruhan Matori-senpai?"

"Bukan! Masalah Hikari tidak ada hubungannya dengan ini!"

Sepertinya dia tidak berbohong. Matori juga mengangkat bahu dan menggelengkan kepala.

Tapi, setelah semua yang terjadi, sulit untuk mempercayai mereka berdua.

"Kalau masih pura-pura tidak tahu, aku akan format semua PC dan hard disk di sini lho?"

"'Apa katamu!?'"

"Kalau begitu kita mulai. Silakan ucapkan selamat tinggal pada semuanya."

Sakuto mulai mengoperasikan PC dengan wajah datar.

"Su-sudah hentikan! A-aku akan melakukan apa saja, tapi jangan itu!?"

"A-aku juga akan melakukan apa saja! Kumohon hentikannn───!"

Wakana dan Matori panik dan bergelayut padanya.

"He-hei, kalian berdua, lepaskan! Dan kenapa kalian mulai membuka baju!?"

"Hanya ini yang bisa kulakukan...!"

"Lihat, sekarang aku juga mau lho!? Bagaimana!?"

"Sudah kubilang tidak perlu! Kalian bukan tipeku!"

"'Kejam!'"

Saat itu, pintu ruang klub terbuka dengan keras──

"Ada ribut-ribut apa... lho? Sakuto-kun?"

"Chikage!?"

"Apa... apa yang sedang kalian lakukannn───!?"

Chikage terkejut. Dan satu orang lagi menyusul──

"Ada apa Chii-chan? Sakuto-kun juga ada?"

"Hikari juga!?"

"──Ya? ...Apa-apaan situasi ini? Ada yang bisa menjelaskan?"

Hikari tersenyum, tapi terasa aura "Gogogogo..." di belakangnya saking marahnya.

Sakuto pernah sekali melihat wajah Hikari saat benar-benar marah seperti ini.

Dalam situasi gawat ini, sepertinya Tuhan merasa kasihan dan mengirim seorang malaikat──

"...Eh? Ada apa dengan keramaian ini? Ada ribut-ribut apa... hoeeeee───!?"

Ekspresi tenang sang malaikat berubah seperti lukisan "The Scream" karya Munch.

Kalau diperhatikan, dia adalah gadis seperti malaikat bernama "Saika-senpai" yang tempo hari datang menemui Hikari.

Tentu saja, ketiga orang yang baru datang menunjukkan keterkejutan dan kemarahan melihat situasi yang tidak jelas ini.

Kenapa ada dua gadis menangis? Dan kenapa pakaian mereka berantakan, bergelayut putus asa pada Sakuto?

Sakuto membuka mulut dengan sangat tenang dan kalem.

"Kenapa Chikage dan Hikari ada di sini?"

"Aku datang untuk memberi salam sebagai pengawas! Lalu Sakuto-kun...!"

"Ngomong-ngomong, aku tidak salah. —Kalau Hikari?"

"Aku diajak Chii-chan untuk memberi salam kalau mau keluar dari klub. —Baru saja kudapatkan, surat pengunduran diri."

Hikari mengeluarkan surat pengunduran diri dari tasnya.

Melihat itu, Wakana tidak bisa menahan diri dan berteriak "Eeh".

"Hikari, kamu keluar dari klub...!?"

"Soalnya, dari awal aku cuma anggota bayangan, jadi kupikir tidak perlu ada..."

"Jangan begitu! Aku kesulitan! Kalau Hikari tidak ada...!"

Sakuto menghela nafas panjang dengan lelah.

"Untuk sementara, siapa saja boleh, bisa jelaskan situasi klub koran...?"

* * *

Suasana di ruang klub yang sudah tenang kembali dipenuhi atmosfer yang lebih muram.

Kakak beradik Usami duduk mengapit Sakuto, berhadapan dengan tiga anggota klub koran di seberang meja, bagaimana menggambarkan situasi ini ya.

Misalnya──seperti saat sedang asyik bermesraan dengan pacar di restoran, lalu pegawai bilang "Kalau mau berbagi meja masih ada tempat", dan kebetulan ketiga orang yang berbagi meja adalah mantan pacar──kira-kira sekecanggungan itu.

Malaikat yang duduk berhadapan dengan Sakuto membuka mulutnya dengan berat.

"Saya Uehara Saika, ketua klub koran... Sepertinya anggota klub kami telah membuat masalah yang luar biasa, saya benar-benar minta maaf..."

Saika terlihat begitu menyesal sampai kasihan.

"Um... anda tidak menanyakan apa yang mereka berdua lakukan padaku?"

"Tidak... saya sudah paham. Ini bukan yang pertama atau kedua kalinya..."

Entah kenapa Saika jadi terlihat sangat kasihan.

"Jadi, untuk melanjutkan pembicaraan, bagaimana keadaan klub koran sekarang?"

"Ya... sebenarnya, klub koran sudah dalam kondisi sekarat──"

Singkatnya, begini rangkuman cerita Saika.

Pada awal April, klub koran ini berbeda dengan sekarang, katanya masih beraktivitas dengan normal. ...Melihat "aktivitas" mereka hari ini, ini cerita yang setengah tidak bisa dipercaya.

Sejak awal memang tidak begitu dikenal di sekolah, jumlah anggotanya sedikit, sampai-sampai ada yang bilang "Klub koran? Sekolah kita ada klub seperti itu?" tapi meski begitu para anggota tetap bersenang-senang dan tekun bekerja dengan tenang.

Keadaan berubah tepat pada saat itu.

Klub siaran yang ukurannya sama dengan klub koran, mengubah arah aktivitas mereka secara besar-besaran.

Sejak tahun ajaran ini, klub siaran aktif memperluas cakupan kegiatan mereka, cepat tanggap menyalurkan informasi berguna tentang SMA Arisuyama melalui tablet yang dibagikan sekolah ke setiap siswa, dan mulai melakukan aktivitas PR sekolah menggunakan YouTube.

Kontennya pun menarik, sekarang channel YouTube [AriGaku Ch] dalam waktu kurang dari dua bulan sudah mencapai monetisasi dengan jumlah subscriber dan views yang membanggakan. Sepertinya cukup populer bahkan di luar sekolah.

Aktivitas mereka diakui oleh seluruh sekolah, sekarang klub siaran dihargai sebagai "Klub Influencer" di SMA Arisuyama.

Sementara itu, klub koran──katanya tetap menjaga tradisi yang diwariskan senpai, dengan tekun membuat koran sekolah dengan serius.

Namun, dibandingkan dengan konten video yang update dengan cepat, koran yang terbit sebulan sekali jelas berbeda dalam hal penerimaan siswa.

Ngomong-ngomong, suara-suara tentang klub koran──

"...Koran sekolah? Ah, tidak baca tidak baca. Lebih tepatnya, belum pernah baca sama sekali."

"Tidak tertarik."

"Sudah subscribe [AriGaku Ch], jadi kurasa itu cukup~"

"Lagipula, kalau memikirkan SDGs, bukankah ini pemborosan kertas?"

──begitulah.

Intinya, klub koran berada di bawah bayang-bayang klub siaran, benar-benar menuju kepunahan──

"──Makanya, sialan! begitu pikir kami, sejak Mei klub koran mengubah arah menjadi artikel-artikel exposé..."

Matori menyela dengan rangkuman yang agak kotor.

"Tidak, itu perubahan arah yang sangat gagal... Dan perlu kukatakan, yang 'sialan' di sini adalah kalian klub koran, kan? Mencoba menulis artikel skandal atau lebih tepatnya artikel palsu... Lagipula, kenapa mengincar aku? Mengincar orang biasa sepertiku..."

"Kenapa? Karena kamu peringkat satu angkatan. Dan kakak beradik Usami itu juga peringkat satu kan? Ada sesuatu yang mencurigakan~"

Orang bodoh tapi tajam instingnya, pikir Sakuto.

"Pokoknya, aku dan kakak beradik Usami hanya berteman baik, tidak ada apa-apa?"

──Sejak Saika mulai menjelaskan, kedua tangan Sakuto terus digenggam erat oleh kakak beradik Usami di bawah meja.

"Jadi, jangan mengincar lagi ya?"

Saat Sakuto berkata dengan sangat lelah, Matori membuka mulut untuk membantah.

"Soal itu maaf, tapi yang salah adalah kebebasan pers yang tidak dijamin! Pihak sekolah selalu melarang kami menerbitkan koran, ini penindasan pers!"

Tentu saja, sekolah bertindak benar, Sakuto benar-benar lelah.

Matori sepertinya ingin mengemukakan sesuatu yang terdengar benar, tapi sepertinya dia tidak memahami arti kebebasan pers dengan benar. Sebelum itu, mungkin dia harus belajar tentang hak asasi manusia dulu. Sebelum membuat skandal palsu.

Lagipula, mengarahkan kemarahan ke pihak sekolah itu salah sasaran.

Pihak sekolah hanya membuat keputusan yang masuk akal, yang aneh adalah klub koran.

"Jadi, soal yang tadi itu..."

Benar-benar tidak ada harapan, Sakuto kehilangan kata-kata karena lelah.

"Kupikir hanya itu satu-satunya cara..."

"...? 'Itu' maksudnya apa? Dan skandal yang dimaksud..."

"Kami juga ingin tahu. 'Itu' dan skandal yang dimaksud apa?"

Kakak beradik Usami memandang Sakuto dari kedua sisi dengan bingung.

"Ya, soal itu..."

Namun, rasanya tidak pantas untuk mengatakannya,

"...Matori-senpai, tolong jelaskan."

Sakuto menyerahkannya pada pelaku utama.

"Ah, um... sebenarnya──"

......

.........

............

"A... apa... apa-apaan iniiiiii────────────!?"

Teriakan marah Chikage bergema keluar ruang klub, sampai ke sudut-sudut gedung klub.

Band orkestra yang terkejut berhenti bermain mengabaikan konduktor, klub kaligrafi membuat goresan terlalu kuat hingga merusak karya mereka. Bahkan ketua klub kartu battle sampai mengeluarkan kartu yang jelas-jelas salah dan mengucapkan kata-kata klimaks "Turn end! Sekarang, tunjukkan kekuatan sejatimu padaku!"

Chikage masih gemetar, rambutnya berdiri, memelototi Wakana dan Matori dengan wajah seperti hantu. Bahkan ketiga anggota klub koran memucat "Hiiii!?" dan berpelukan.

"Sudah, sudah, tenanglah, Chikage..."

"Mana bisa tenang...! Sakuto-kun hampir jadi korban pelecehan lho!?"

"Eh? Tidak, kalau sampai segitunya..."

"Lagipula, o-o-op... hal mesum───!"

"Ya, ayo tenang dulu... Sepertinya ceritanya belum selesai..."

Dia mengerti Chikage marah untuknya, tapi kalau terlalu marah hubungan mereka bisa ketahuan, dan klub koran akan punya bahan gosip.

"Apapun alasannya, kali ini tidak bisa dimaafkan! Sebagai komite pengawas, aku akan melapor ke Tachibana-sensei! Klub dibubarkan! Dibubarkan! Kuputuskan sekarang juga!"

Sepertinya percuma bicara apapun sekarang.

Lalu, Saika yang tidak terlibat dalam kejadian ini berkata setengah menangis pada dua anggotanya.

"Matori-chan, Wakana-chan, apa yang sudah kalian lakukan..."

Bisa dimengerti perasaan terkejut Saika yang tidak tahu apa-apa.

Di sisi lain, kemarahan Chikage sangat beralasan, dan usulan pembubaran yang diucapkan karena emosi pun tepat.

"Maafkan aku, Saika-senpai! Aku termakan hasutan Matori-senpai, kenapa aku..."

"Iya benar, Wakana cuma melakukan yang kusuruh... jadi yang salah semua Wakana."

"Kok bisa begitu!? Yang punya ide kan Matori-senpai, yang salah itu...!?"

"Karena Wakana ragu-ragu di tengah jalan! Kalau terus maju dan menyentuh... ah, tidak ada yang bisa disentuh ya..."

"Sudah! Jangan mengejek dadakuuu───!"

Tidak ada yang lebih buruk dari pemandangan orang-orang buruk saling lempar tanggung jawab.

Kasihan ketua Saika dan Tachibana-sensei yang tidak ingin klub koran dibubarkan, tapi klub seperti ini lebih baik dibubarkan saja demi sekolah.

Namun Sakuto merasakan kekhawatiran samar.

"...Jadi, kalau klub sampai dibubarkan karena kejadian ini, apa yang akan kalian lakukan?"

Sakuto mencoba bertanya untuk memastikan.

Matori yang sedang bertengkar dengan Wakana membuka mulut.

"Kalau begitu mau bagaimana lagi, kami akan membuat klub surat kabar sebagai kelompok informal. Meski tidak dapat dana klub... tapi kami memang suka surat kabar..."

Sepertinya mereka punya rencana selanjutnya. Suka boleh saja, tapi──

"Dan agar tidak kalah dari penindasan pers, kami akan menulis artikel gosip sekuat tenaga!"

──Ini gawat.

Sakuto bertukar pandang dengan kakak beradik kembar yang sama-sama menunjukkan ekspresi lelah.

* * *

Sakuto dan kakak beradik Usami yang keluar dari ruang klub koran, ketiganya menunjukkan ekspresi khawatir.

"Ayo bubarkan saja."

"Sebelum itu, aku mau mengajukan surat pengunduran diri dulu~"

Kakak beradik kembar berkata dengan tegas.

"Tunggu, tunggu, kalian berdua... Seperti yang kita dengar tadi, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kapok. Meski dari klub koran jadi kelompok informal, kalau dibiarkan begitu saja akan jadi masalah..."

"Apa yang menggangu pikiran Sakuto-kun?"

Sakuto menceritakan apa yang dia lihat saat mengambil kamera dan smartphone dari Matori.

Bahwa ada foto-foto mencurigakan yang bisa membuat orang berpikir skandal Takayashiki Sakuto melibatkan kakak beradik Usami.

"Maksudnya, kalau dibiarkan begitu saja, suatu saat hubungan kita bertiga bisa terbongkar..."

"Begitu ya? Kupikir setelah kejadian ini mereka akan sadar dan tidak mendekati Sakuto-kun atau kita lagi?"

"Tidak, kamu lihat sendiri kan semangat mereka yang menyimpang itu? Pasti mereka akan berbuat sesuatu lagi..."

Memikirkan itu, hati Sakuto tidak tenang.

《Fakta bahwa mereka bertiga pacaran harus dirahasiakan》

Kalau sampai terbongkar, mereka tidak bisa menjalani kehidupan sekolah seperti biasa. Ingin menyelesaikannya sebelum tersebar ke seluruh sekolah.

Ditambah lagi ada masalah Chikage. Meski Chikage sendiri pasti bisa dengan bangga mengatakan telah melakukan hal yang benar dengan membubarkan klub, tetap saja rumor bahwa Chikage terlibat dalam pembubaran klub pasti akan beredar.

"Menurutku lebih baik kalau mereka di-BAN selamanya dari sekolah?"

Hikari berkata dengan tajam.

"Cukup kejam ya... Yah, mungkin itu cara terbaik, tapi..."

Seperti kata pepatah "Kentut terakhir musang", kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan klub koran yang terdesak akan melakukan sesuatu yang besar sebagai usaha terakhir mereka.

"Jadi, apa kita harus mengambil sikap tegas sekarang?"

"Tidak, aku tidak peduli apa yang orang pikirkan tentangku, tapi aku tidak ingin kalian berdua menderita jika orang-orang tahu."

"*Kyun♡*"

"Ah, ya... mungkin bukan waktu yang tepat untuk itu. Dan jangan diucapkan..."

Sakuto mengalihkan pembicaraan kembali ke topik utama.

"Untuk saat ini, kurasa lebih baik kita mengamati situasinya dulu. Membubarkan klub sepertinya tidak akan efektif, jadi untuk ke depannya..."

Saat itu, tiba-tiba sebuah ide muncul di benak Sakuto, dan dia bergantian menatap Hikari dan Chikage.

"Chikage, berapa lama periode auditnya?"

"Karena minggu depan ujian akhir semester, jadi sampai rapat setelah upacara penutupan tanggal 20 dua minggu lagi."

"Jadi batas waktunya sampai setelah pulang sekolah di upacara penutupan..."

Dengan periode ujian di antaranya, tidak sampai dua minggu. Sakuto berpikir keras, membayangkan skenario terbaik yang mungkin untuk semua orang yang terlibat...

"Baiklah, ayo kita lakukan..."

Sakuto bergumam pelan.

"Apa yang akan kita lakukan?"

Sakuto mengangkat jari telunjuknya.

"Mari kita awasi klub koran sambil membuat mereka berutang budi pada kita."

Hikari mengangguk mengerti.

"Karena kalau dibiarkan begini saja, mereka akan terus mengincar skandal kita kan?"

"Tepat sekali. Untuk mencegah mereka berbuat aneh, kita akan mengikat mereka dari luar dan dalam. Tapi tetap dengan cara yang kooperatif, sambil menyelesaikan masalah klub koran."

Kali ini Chikage mengangkat tangannya dan bertanya, "Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Chikage, tolong lanjutkan tugas auditmu seperti biasa. Malah, kumohon lebih tegas lagi."

"...? Apa tidak apa-apa begitu?"

"Tidak masalah. Sisanya aku dan... mungkin kamu tidak suka, tapi Hikari, maukah kamu membantu?"

"Ya! Tentu saja! Aku tidak keberatan kalau bersama Sakuto-kun!"

* * *

Setelah Chikage kembali ke komite audit, Sakuto dan Hikari berdua kembali ke ruang klub koran.

"Um... Chikage-san... tidak, Chikage-sama... apa yang dia katakan...?"

Wakana bertanya dengan ragu-ragu.

"Untuk saat ini, aku sudah meminta Chikage untuk tidak membubarkan klub atau melaporkan ke komite kedisiplinan siswa dulu."

"Jadi tidak jadi dibubarkan!? Ya Tuhan... Terima kasih, Takayashiki-kun...!"

Wajah Wakana langsung berseri-seri.

"Tidak, tunggu dulu... Aku bilang 'untuk saat ini' karena yang berikutnya ini penting. Memang tidak langsung dibubarkan, tapi periode audit sampai tanggal 20, jadi syaratnya klub koran harus menerbitkan koran yang layak sampai batas waktu itu..."

...begitulah yang kuputuskan untuk dikatakan.

"Be-begitu ya... Haah~..."

Wakana menghela nafas lega, tapi situasinya tidak bisa dibilang baik karena masalah hanya ditunda. Mereka punya waktu kurang dari dua minggu. Dalam periode ini, mereka harus menerbitkan koran yang layak.

Kalau begitu, masalah selanjutnya adalah kekurangan anggota.

"Saika-senpai, berapa anggota klub selain kalian bertiga?"

"Ditambah Hikari-chan jadi empat orang..."

"Empat orang ya... Lalu, sejauh mana penyelesaian koran bulan ini?"

"Um, secara keseluruhan sekitar dua puluh persen. Biasanya kami membuat artikel khusus tentang klub olahraga menjelang turnamen musim panas, tapi..."

Saika memandang ke arah Wakana.

"Kalau wawancara sudah setengah jalan. Matori-senpai sudah mengambil fotonya kan?"

Matori memandang KANON-chan kesayangannya dengan senyum sedih.

"Baru saja hilang. Lebih tepatnya, dihapus..."

Sakuto teringat apa yang dia lakukan, tapi sama sekali tidak menyesalinya. Malah "rasakan".

"Sekitar setengahnya sudah dipindah ke PC... tapi sisanya harus difoto ulang deh~..."

Matori menghela nafas, tapi memang harus difoto ulang.

Kemudian Hikari mengangkat tangannya.

"Foto yang hilang itu disimpan di kamera atau di kartu SD?"

"Di SD, tapi kenapa?"

Hikari tersenyum.

"Kalau begitu, pinjamkan kartu SD-nya padaku."

"Boleh sih, tapi mau diapakan...?"

"Aku tidak tahu apakah bisa sepenuhnya, tapi aku akan mencoba memulihkan data fotonya."

"Eh!? Itu bisa dilakukan!?"

"Ya!"

Melihat Hikari menjawab dengan santai, Sakuto menghela nafas lega.

"Jadi begitulah, sepertinya Hikari akan membatalkan pengunduran dirinya untuk sementara."

"Ya. Aku sudah lama diminta Wakana-chan, dan setelah berbicara dengan Chii-chan tadi, aku pikir akan mencoba kegiatan klub koran."

"Terima kasih, Hikari...!"

Wakana kembali tersenyum cerah.

Sakuto melihat kedua senpai yang juga gembira seperti Wakana, lalu berkata pelan.

"Dan kali ini, aku juga akan membantu. Meski tidak bergabung dengan klub."

"Eh? Tapi, tidak apa-apa...?"

"Takayashiki tidak marah pada kami?"

Sakuto tersenyum kecut.

"Tentu saja aku marah. Karena itu aku akan mengawasi kalian. Aku tidak mau kejadian seperti hari ini terulang lagi... Yah, kita sudah terlanjur naik perahu ini. Aku akan membantu semampuku."

Matori tersenyum kecut dan memandang Saika.

Keputusan akhir diserahkan pada ketua klub, tapi jawabannya hanya satu...

"...Kalau begitu, Takayashiki-kun, Hikari-chan, mohon bantuannya!"

...Untuk saat ini, bisa dibilang infiltrasi berhasil.

Dengan menawarkan bantuan di tahap ini, sepertinya mereka berhasil membuat klub koran berutang budi.

Ditambah dengan membungkam Chikage, mereka bisa sedikit membuat klub koran merasa berhutang.

...Tapi, masalah sebenarnya dimulai dari sini.

Dengan Sakuto dan Hikari mengawasi dari dalam, dan Chikage dari komite audit mengawasi dari luar, mungkin mereka bisa mengoreksi arah klub yang sudah melenceng jauh.

Pihak sekolah juga pasti akan mengizinkan penerbitan jika korannya layak.

Dan jika dana kegiatan diberikan dengan benar, klub koran tidak akan mencoba mencari skandal lagi, dan rahasia mereka bertiga akan terjaga.

Untuk itu, ada banyak hal yang harus dilakukan.

"Matori-senpai, jika Hikari berhasil memulihkan foto-fotonya, bagaimana dengan halaman depan yang seharusnya memuat tentangku?"

"Ugh... cara bicaramu itu... Tapi, kita bisa menempatkan wawancara dan foto klub olahraga untuk turnamen musim panas di halaman depan."

"Jadi, tinggal menyelesaikan sisa wawancara dan item yang belum selesai, ya?"

"Ya. Minggu depan kita masuk periode ujian, jadi aktivitas klub terbatas, tapi kalau kita manfaatkan libur panjang Sabtu, Minggu, dan Senin Hari Laut, sepertinya bisa dilakukan."

"Kapan penerbitan bulan ini?"

"Hari penutupan sekolah, tanggal 20. Selama selesai cetak sebelum tanggal 19, itu tidak masalah."

"Begitu ya..."

Waktunya tepat.

Karena audit berakhir tanggal 20, mereka bisa menunjukkan aktivitas yang baik hingga saat itu, menyerahkan artikel yang selesai tanggal 19 ke sekolah, dan menerbitkan tanggal 20, laporan ke komite audit tidak akan jadi masalah.

(Selama kita bisa menerbitkan koran... eh?)

Sakuto tiba-tiba melihat ke arah Wakana. Dia tampak memiliki ekspresi cemas.

Hikari, yang juga menyadari ketidaknyamanan Wakana, bertanya lebih dulu.

"Wakana-chan, ada apa? Apa ada yang kamu khawatirkan?"

Wakana menunduk dengan ekspresi muram.

"Aku khawatir apakah koran yang kami buat dengan serius akan dibaca semua orang..."

Sakuto tiba-tiba tersadar.

Mungkin bukan hanya Wakana, tapi seluruh anggota klub koran khawatir tentang hal itu.

Koran yang mereka susun dengan susah payah mungkin tidak akan dibaca, dan itulah yang membuat mereka terpaksa mencari bahan skandal.

"...Tidak, tidak apa-apa. Kami dapat kesempatan, jadi harus melakukannya!"

Wakana berusaha ceria, tapi Sakuto dan Hikari menyadari betapa pentingnya hal itu.

Pada akhirnya, jika koran tidak dibaca, bisa jadi akan terulang lagi masalah yang sama seperti sebelumnya.

"Hikari, menurutmu bagaimana soal itu?"

"Dengan sedikit usaha pada judul, konten, dan tata letak, mungkin bisa... pertama-tama, aku ingin membaca edisi-edisi sebelumnya."

"I-iya!"

Setelah itu, Wakana mengambil file-file yang berisi edisi-edisi lama secara acak. Hikari mulai membalik-balik halaman file tersebut.

"Hikari... apa kamu benar-benar membacanya...?"

Merasa ada yang aneh karena sepertinya tidak dibaca, Wakana bertanya dengan ragu-ragu.

"Tidak, aku sedang melihatnya. Aku ingin konsentrasi sebentar..."

Hikari tidak berhenti, terus membalik halaman dengan serius dan mengambil file berikutnya. Sepertinya dia bisa diandalkan.

"Kalau begitu, ayo kita mulai juga?"

Begitu Sakuto berkata demikian, Saika dan Matori langsung berdiri.

"Kalau mau wawancara klub olahraga sekarang, aku bisa..."

"Kalau butuh kamera, aku juga bisa ikut."

Melihat kedua senpai yang bersemangat, Sakuto memberikan senyum tanpa beban.

"Untuk hari ini, mari kita bersihkan ruang klub dengan anggota selain Hikari. Soalnya udara di sini pengap."


Twintalk! 2: Kamar Impian...?

Malam hari setelah mengunjungi ruang klub koran. Kakak beradik Usami sedang mandi bersama. Tentu saja topik pembicaraan mereka adalah tentang klub koran...

"Hmm..."

"Ada apa, Chii-chan?"

Chikage yang berendam di bak mandi mengerutkan alisnya.

"Aku teringat... Tidak kusangka skandal kita yang jadi incaran!"

"Mungkin tak terhindarkan kalau tiga murid top angkatan jadi dekat. Mereka memang curiga, tapi hubungan kita belum ketahuan kan?"

"Itu benar sih, tapi memasang honey trap untuk Sakuto-kun itu curang dan mesum!"

"Hahaha... Ungkapan terakhirmu itu baru kudengar? Lagipula, Sakuto-kun bukan orang yang akan terjebak hal seperti itu kan?"

Hikari selesai menggosok punggung. Si kembar berendam bersama di bak mandi saling berhadapan.

"Lalu, bagaimana dengan komite audit? Tidak seperti waktu festival Ajisai kan?"

"Tidak apa-apa. Kali ini ada senpai kelas 2 dan 3, dan anggotanya juga banyak."

"Jangan memaksakan diri ya? Sepertinya Sakuto-kun juga mengkhawatirkanmu."

"Aku mengerti. Kali ini aku akan menyelesaikannya dengan baik."

Meski Chikage bersemangat, tapi yang diaudit adalah klub tempat kakaknya.

Sakuto memintanya untuk mengaudit dengan tegas, tapi dia juga khawatir apakah tidak apa-apa kalau terlalu ketat... Chikage terkadang bisa terlalu berlebihan.

"Bagaimana dengan Hii-chan? Bagaimana klub korannya?"

"Tiga orang selain aku sedang bersih-bersih dan merapikan ruang klub. Aku membaca lima tahun edisi lama."

"Kenapa?"

Hikari tersenyum bangga.

"Asal kata 'belajar' itu 'meniru' lho? Aku ingin melihat referensi artikel yang ditulis klub koran selama ini. Sakuto-kun juga sepertinya melihat sekitar tiga tahun? Atau lebih tepatnya, dia ingat."

"Hebat ya... bisa ingat semuanya hanya dengan sekali lihat..."

"Bahkan aku tidak bisa meniru itu. Hebat ya, Sakuto-kun."

"Ehehe, dia kan pacarku!"

"Dia juga pacarku lho?"

Kakak beradik Usami saling pandang dan tersenyum.

"Ngomong-ngomong, kenapa Sakuto-kun memulai bersih-bersih?"

"Hmm... mungkin 'teori jendela pecah'? Lingkungan bisa mempengaruhi mental. Lagipula, kalau mau mengerjakan sesuatu, lebih baik ada ruang yang luas."

Chikage mendengarkan dengan kagum, tapi teringat kamarnya sendiri.

"Chii-chan mungkin sebaiknya membereskan 'kamar impian' sedikit?"

"Tu-tunggu...!? Aku selalu membersihkan kamarku kok!"

"Bukan itu, tapi boneka-boneka yang sangat banyak itu."

"Mereka terlalu imut untuk dibuang!"

Chikage yang mudah tersentuh perasaannya adalah tipe yang tidak bisa membuang barang-barangnya. Karena selalu menyimpan barang-barang sejak kecil, kamarnya dipenuhi boneka.

Hikari sedikit menyindir kamar Chikage dengan menyebutnya "kamar impian".

"Kamar Sakuto-kun sepertinya sangat rapi ya?"

"Ya... Sepertinya hanya ada barang-barang yang benar-benar diperlukan..."

"Seperti apa ya kamarnya?"

"Karena dia tinggal dengan bibinya, mungkin sangat rapi. Lalu, bergaya, dipenuhi aroma Sakuto-kun, di kamar yang indah seperti itu, kita kencan di rumah..."

Hikari memandang Chikage yang tenggelam dalam khayalannya dengan senyum kecut, tapi dia juga sama-sama menyukai aroma Sakuto.

"Kalau begitu, ayo keluar? Chii-chan? Kamu terlalu banyak berkhayal sampai seperti gurita rebus tuh? Chii-chan? Chii-chan...!? ..."

Entah apa yang membuat Chikage pusing, tapi setelah itu Hikari merawatnya.

"Maaf ya, Hii-chan... uuh... aku lengah..."

"Ahaha... pokoknya istirahatlah."

Sambil berkata begitu, pikiran Hikari masih tentang klub koran.

(Kalau tidak ada Sakuto-kun, aku pasti...)

Pasti tidak akan terlibat dengan masalah klub koran.

Kalau bersama Sakuto-kun masih bisa tenang, tapi dia tidak yakin bisa bergaul dengan anggota klub koran yang penuh karakter unik itu. Karena itu dia memutuskan untuk menjaga jarak dengan klub koran, tapi karena sudah memutuskan, harus dijalankan.

(Pokoknya, kalau korannya sudah selesai dibuat, setelah itu bisa keluar dari klub kan...──)


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Join the conversation