Proofreader: Lucretia
Bab 7: Perpisahan Dan Pertempuran Penentu
Satu bulan setelah ujian masuk berakhir.
Hasil ujian dikirim lewat pos dan sampai di rumah kota milik keluarga Marquis Rosemary.
Meskipun jadwal ujian antara kalangan bangsawan dan rakyat biasa berbeda, pengumuman kelulusannya dilakukan di waktu yang sama.
Ada tiga surat pemberitahuan yang sampai ke rumah: masing-masing ditujukan kepada Rest dan kedua saudari keluarga Rosemary.
“Aku… lulus!”
“Aku juga! Di sini tertulis aku lulus…!”
Di ruang duduk rumah itu, Viola dan Primula menghela napas lega setelah membaca isi surat kelulusan mereka.
“E-ehm…”
“Rest-sama…?”
Kemudian… keduanya menoleh ke arah Rest dengan tatapan sedikit gugup.
“…………”
Mendapatkan tatapan seperti itu, Rest diam sejenak, lalu tersenyum dan membuka mulut.
“...Aku lulus. Aku diterima!”
““Yaaay!!””
Begitu Rest menunjukkan surat kelulusannya, kedua saudari itu saling berpegangan tangan dan bersorak dengan gembira.
“Mulai musim semi nanti, kita bakal jadi teman sekelas, ya!”
“Aku senang sekali! Benar-benar senang…!”
Keduanya tersenyum bahagia dengan mata yang berkaca-kaca.
Melihat mereka lebih bahagia dari dirinya sendiri, hati Rest terasa hangat.
(Benar-benar… aku bersyukur bisa lulus…!)
Akhirnya, dia bisa melangkah ke babak baru dalam hidupnya.
Dia juga berhasil memenuhi harapan Viola, Primula, Deeble, dan pasangan Marquis Rosemary.
“Semua ini berkat kalian berdua… Terima kasih sudah mengizinkanku tinggal di rumah ini.”
“Rest-kun…”
“Rest-sama…”
“Hari itu… saat aku bertemu Viola dan Primula di hutan… adalah keberuntungan terbesar dalam hidupku. Aku bersyukur bisa bertemu kalian…!”
““……!””
Saat Rest mengungkapkan isi hatinya, Viola dan Primula menunjukkan ekspresi yang sangat tersentuh.
Air mata membasahi mata indah mereka yang bagaikan permata.
“Rest-kun, itu maksudnya…”
“A-apa… itu jawabanmu terhadap lamaran kami…?”
Dengan mata yang penuh harap dan gugup, mereka bertanya pelan.
“Soal jawaban itu… aku akan mengatakannya langsung dari mulutku sendiri, setelah semua urusan ini selesai.”
“Urusan… selesai?”
“Iya. Ada satu hal yang harus kuselesaikan dulu.”
Rest mengangguk dengan mantap.
Jawabannya sudah lama kupastikan. Aku pun sudah siap menghadapi semuanya.
Tapi… sebelum bisa menjawab lamaran dari dua orang itu, ada satu hal yang harus kulakukan lebih dulu.
“Besok, aku akan pergi ke rumah Viscount Kehormatan Ebern… untuk menyelesaikan semuanya dengan keluargaku.”
““……!””
Kedua saudari itu menahan napas.
Meski harus menunda pembicaraan penting, bagi Rest ini adalah urusan yang tak bisa ditunda.
Jika belum menyelesaikan urusannya dengan keluarga Viscount Ebern, Rest takkan bisa melangkah maju.
Agar bisa benar-benar memulai hidup baru, dia harus memutuskan hubungan dengan keluarga beracun itu.
“Kalau aku sudah kembali, ada hal penting yang ingin kusampaikan pada kalian. Jadi, bisakah kalian menunggu satu hari saja?”
“Baik, Rest-kun…!”
“Rest-sama, hati-hati ya…!”
Viola dan Primula mendekat ke Rest, lalu tersenyum lembut seperti ingin memberinya semangat.
“““““……”””””
Mereka bertiga seolah tenggelam dalam dunia mereka sendiri…
Sementara itu, di ruang duduk juga ada kedua orang tua si kembar, Dibble, dan para pelayan lainnya. Mereka hanya bisa menatap suasana itu dengan ekspresi campur aduk antara senyum hangat dan rasa kikuk.
◇ ◇ ◇
Rest memutuskan pergi ke rumah lamanya, keluarga Viscount Kehormatan Eberon, untuk melaporkan kelulusannya ke akademi.
“Tak apa-apa, Rest-kun? Kalau kamu mau, aku bisa ikut menemani.”
“Tidak, tak perlu.”
Sebelum berangkat, Albert sempat bertanya, tapi Rest menjawab dengan percaya diri dan penuh semangat.
“Masalah terakhir dengan keluarga itu ingin kuselesaikan sendiri. Meskipun aku sangat berterima kasih pada Anda, Tuan… tapi urusan ini tak bisa kuserahkan pada siapa pun.”
“Begitu ya… Aku sudah kirim pemberitahuan sebelumnya. Hanya kukatakan bahwa akan ada orang dari keluarga Marquis Rosemary yang datang, tapi tak kusebut namamu. Mereka pasti terkejut nanti.”
Albert menyeringai kecil, terlihat seperti menyimpan dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakiti anak-anaknya.
“Kalau sampai ada masalah, aku yang akan bertanggung jawab. Jadi lakukan apa pun sesukamu.”
“Baik. Terima kasih atas pengertiannya.”
Sebenarnya, Rest tak berniat membuat keributan… tapi tetap membungkuk hormat atas perhatian Albert. Lalu, dia berangkat menuju rumah lamanya dengan menggunakan kereta dari keluarga Marquis Rosemary.
Padahal, jarak ke rumah itu bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Tapi Albert sengaja menyuruhnya naik kereta supaya orang-orang di rumah itu tidak memandang rendah Rest.
(Akhirnya… saatnya telah tiba…)
Rest termenung sambil duduk di dalam kereta yang bergoyang lembut.
Sudah setahun sejak dia diambil oleh keluarga Marquis Rosemary. Lima tahun telah berlalu sejak ibunya meninggal karena sakit dan dia ‘dipelihara’ oleh keluarga Viscount Ebern.
(Tidak, bukan cuma lima tahun… lebih lama dari itu.)
Hubungan kelamnya dengan keluarga Viscount Ebern sebenarnya dimulai jauh sebelum itu.
Sejak dia lahir… tidak, sejak ayahnya—yang merupakan kepala keluarga itu—memaksa ibunya yang seorang pembantu untuk mengandung anaknya. Semuanya sudah ditakdirkan sejak saat itu.
Dan hari ini, semuanya akan berakhir. Rest yang sekarang bukan lagi anak yang cuma bisa menangis dan jadi samsak.
Dia sudah cukup kuat untuk tak bisa diremehkan lagi oleh mereka.
(Bukan berarti aku ingin balas dendam. Tapi kalau aku tidak bisa menunjukkan pada mereka bahwa aku bukan anak yang dulu lagi… aku tak akan bisa benar-benar melangkah ke masa depan.)
“Kita sudah sampai, Rest-sama.”
“Terima kasih.”
Kereta berhenti, dan suara kusir terdengar dari atas.
Rest sempat merasa aneh saat mendengar sang pelayan memanggilnya dengan “-sama”, padahal dulu hanya “-san”. Ini membuatnya sadar sekali lagi bahwa dirinya kini adalah orang dengan status yang berbeda dari sebelumnya.
“Hah…”
Dia menarik napas pendek, lalu bangkit dan turun dari kereta.
“Se—selamat datang!”
Sudah setahun berlalu sejak terakhir kali Rest menginjakkan kaki di rumah keluarga Viscount Kehormatan Ebern.
Yang menyambutnya di depan gerbang adalah ayahnya sendiri, Lucas Ebern, dengan senyum kaku seolah dipaksakan. Sepertinya karena sudah diberi kabar sebelumnya, dia memang sengaja menunggu di sini.
Di sampingnya berdiri sang istri, diikuti para pelayan di belakang mereka, semuanya membungkuk memberi salam.
“Terima kasih telah menyempatkan diri datang hari ini! Kami menyambut tamu dari keluarga Marquis Rosemary de—eh?”
Lucas awalnya bicara dengan penuh sopan dan hormat, tapi mendadak berhenti begitu menyadari siapa orang yang sedang dia beri salam. Wajahnya langsung tegang, matanya membelalak, dan tubuhnya membeku.
(Heh… jadi dia masih bisa mengenaliku, ya.)
Rest tersenyum miring, sedikit mengejek dalam hati.
Penampilannya sekarang sudah jauh berbeda dari saat dia tinggal di rumah ini dulu—lebih bersih, lebih rapi, dan tubuhnya pun lebih sehat sejak pola makannya berubah.
Dibandingkan dengan dirinya yang dulu hidup di kandang kuda, dia sekarang benar-benar seperti orang lain. Tapi Lucas ternyata tetap bisa mengenalinya sebagai anak kandungnya.
(Biarpun busuk, dia masih ayahku, ya… nyebelin juga sih.)
“Mu—mustahil…! Kenapa… bagaimana bisa kau…!?”
“Selamat siang, Tuan Viscount Kehormatan.”
Rest tersenyum tipis sambil menyapa Lucas yang masih shock.
“Saat ini aku berada dalam asuhan keluarga Marquis Rosemary. Bahkan hari ini, aku datang dengan kereta yang diberi lambang resmi keluarga. Jadi… ‘mustahil’ yang barusan kau ucapkan itu, maksudmu untuk siapa, ya?”
“……!”
Wajah Lucas langsung pucat pasi.
Meski hubungan mereka adalah ayah-anak, saat ini Rest berdiri sebagai perwakilan dari keluarga bangsawan yang jauh lebih tinggi. Seorang Viscount Kehormatan macam Lucas tak bisa seenaknya bersikap kasar.
“Ma—maafkan aku… kata-kataku barusan sungguh tak pantas…”
“A—ada apa, suamiku? Siapa sebenarnya tamu ini…?”
Istrinya, Lisa Ebern, terlihat bingung. Tampaknya dia belum sadar kalau orang yang mereka sambut itu adalah Rest.
“Tak masalah. Semua orang bisa saja melakukan kesalahan.”
“……Terima kasih atas kemurahan hatimu…”
Lucas menunduk dalam, wajahnya penuh rasa malu dan marah yang ia tahan. Sementara itu, sang istri hanya bisa mondar-mandir pandangan antara suaminya dan Rest, masih belum paham apa yang sedang terjadi.
(Untung si Cedric nggak ada di sini. Kalau dia muncul, pasti udah bikin keributan.)
Ngomong-ngomong… ke mana sebenarnya pria itu?
Mungkin dia menghindar karena merasa bersalah sudah menempatkan kakak beradik dari keluarga Rosemary dalam bahaya, jadi memilih bersembunyi sekarang…
“Kalau begitu, bolehkah aku diajak masuk?”
“…Baiklah. Lewat sini.”
Dipandu oleh ayahnya yang berwajah masam, Rest pun akhirnya kembali ke rumah masa kecilnya—rumah yang tak menyimpan satu pun kenangan indah baginya.
Ayahnya membawanya masuk dan langsung mengarahkannya ke ruang tamu.
“A-a-a-apa!? Nggak mungkin! Masa iya laki-laki itu anak dari pelayan kotor itu!?”
“Yang tenang, Nyonya!”
Di lorong, sang istri yang baru sadar siapa tamu mereka langsung berteriak histErise, dan sang kepala pelayan buru-buru menenangkannya. Tapi Rest tidak menggubrisnya—dia hanya duduk di sofa dengan tenang.
Di seberangnya duduk pria yang dulu pernah dia panggil ayah. Wajah pria itu pucat, tangannya gemetar di atas lutut, dan ekspresinya penuh kebingungan dan rasa tidak percaya.
“Lama tidak bertemu, Tuan Viscount Kehormatan Ebern. Atau sebaiknya kupanggil… ‘Ayah’?”
“…………”
Nada bicara Rest terdengar ringan, tapi jelas mengandung sindiran. Lucas mengernyitkan dahi dalam-dalam.
Dulu, saat Rest masih tinggal di rumah ini, ucapan seperti itu pasti dibalas dengan teriakan, hinaan, atau pukulan. Tapi sekarang? Rest datang sebagai tamu dari keluarga Marquis Rosemary.
Tak peduli apakah ada surat pengesahan atau tidak—dengan lambang resmi keluarga di keretanya, jika Lucas berani menyakiti Rest, maka nama keluarga Ebern pasti hancur tak bersisa.
“Aku tak menyangka… kau akan muncul di sini sebagai perwakilan keluarga Marquis Rosemary. Tapi… sepertinya kariermu berjalan baik, ya…”
“Sepertinya keluarga Eberon juga tidak berubah, ya. Ngomong-ngomong… aku tak melihat Cedric di sini. Dia di mana?”
“Itu…”
“Sudah lama aku tak bertemu dengannya. Apa dia sedang tidak di rumah?”
“…………”
Lucas memilih diam, wajahnya seperti sedang mengunyah kepahitan yang luar biasa.
(Kalau dilihat dari waktunya… sepertinya ini ada hubungannya dengan hasil ujian masuk itu, ya.)
Rest mulai menebak-nebak alasan ketidakhadiran Cedric, lalu langsung masuk ke inti kedatangannya.
“Yah, tak apa. Bukan soal penting juga. Lebih penting lagi, aku datang ke sini untuk menyampaikan kabar penting.”
“Aku dengar.”
“Beberapa hari lalu, hasil ujian masuk Akademi Kerajaan sudah diumumkan. Aku ikut ujian itu, dan dinyatakan lulus. Jadi… mulai tahun depan, aku resmi menjadi siswa baru.”
“A—apa…!?”
“Itu bohong!”
Lucas sampai bersuara tinggi, dan Lisa yang masih berdiri di ambang pintu menjerit seperti kucing dicakar.
“Tak masuk akal…! Aku tak pernah dengar kau ikut ujian itu!”
Meskipun Lucas tanpa sadar kembali memanggil Rest dengan “kau”, Rest memilih mengabaikannya dan melanjutkan.
“Aku ikut dari jalur rakyat biasa, jadi wajar saja kalau tidak ada yang memberitahu kalian. Lagipula, hak asuhku sudah lama dipindahkan ke Marquis Rosemary. Tidak ada kewajiban untuk melapor pada kalian.”
“Guh… ughh… ya, memang… tapi sebagai ayah dan anak, seharusnya ada…”
“Sebagai ayah dan anak?”
Mata Rest menyipit, bibirnya melengkung dingin, kata-katanya menyayat.
“Sebagai ayah dan anak? Maaf… sejak kapan kita pernah benar-benar punya hubungan seperti itu?”
Setelah ibunya meninggal, Rest dipindahkan ke rumah keluarga Viscount Kehormatan Ebern. Tapi… sampai di situ saja hubungan mereka sebagai “keluarga”. Di rumah itu, dia dipaksa tinggal di kandang kuda, dan bahkan pernah dipaksa makan seperti anjing—penghinaan yang tak pernah bisa dia lupakan.
Lalu sekarang, mereka pikir masih ada ikatan sebagai orang tua dan anak? Itu jelas konyol.
“Ugh… guhh… ya, itu… memang benar…”
“Itu gak masuk akal! Karena—karena Cedric nggak lulus, tahu!? Nggak mungkin, anak dari pembantu rendahan itu bisa lulus sementara anakku yang hebat malah gagal!”
“Diam, Lisa! Kalau kamu cuma mau teriak-teriak, keluar sana!”
Lucas membentak istrinya yang mulai kehilangan kendali.
Rest cuma mendesah kecil. Ternyata dugaannya benar—Cedric memang gagal dalam ujian masuk. Dari sikap pasangan itu dan suasana rumah ini, sebenarnya dia sudah bisa menebak.
(Cedric memang nggak jago belajar, sih. Dari cerita Viola dan Primula, dia juga kacau waktu ujian praktik… yah, gagal pun nggak aneh.)
Saudara tiri yang selalu dimanja karena dianggap jenius dalam sihir—dan sudah sering menghina Rest serta menyeret kakak beradik keluarga Rosemary ke dalam masalah. Orang seperti itu… akhirnya kena batunya.
“Ngomong-ngomong, aku masuk jurusan sihir, ya.”
Rest menambahkan satu bom lagi, dan seperti dugaan, rumah kembali meledak.
“Jurusan sihir!? Tidak mungkin!!”
“Bohong! Itu bohong! Bohong, bohong, bohong! Mana mungkin begitu!?”
Bagi keluarga Eberon, itu adalah kata-kata yang pantang diucapkan.
Kalau Rest masuk jurusan lain—seperti jurusan ksatria atau administrasi—mungkin mereka masih bisa menerima, meski dengan enggan.
Tapi sihir? Jurusan yang seharusnya “hak eksklusif” Cedric si jenius?
Itu tidak bisa diterima. Karena bagi mereka, Rest adalah si gagal yang tidak punya kekuatan sihir, sedangkan Cedric adalah anak emas dengan bakat luar biasa. Itu adalah kebenaran absolut di mata mereka—kebenaran yang tidak boleh diganggu gugat.
“Ka—kau… seharusnya tidak punya sihir… Mana mungkin orang tanpa sihir masuk jurusan sihir… Ini mimpi buruk…”
“Kenapa… kenapa sih!? Gimana bisa anak busuk yang hina dan kotor itu lulus jurusan sihir, padahal Cedric gagal! Ini pasti salah! Ini pasti ada yang salah!”
Lucas memegangi kepalanya, sementara Lisa menjerit-jerit dan harus dipeluk erat oleh kepala pelayan agar tidak mengamuk.
Efek dari bom Rest benar-benar telak. Pasangan ini sudah di ambang kehancuran mental.
(Waduh, ini malah jadi seru… Aku nggak nyangka, ternyata aku bisa sejahat ini, ya…)
“Ini kenyataan. Mau lihat buktinya?”
Rest mengangkat telunjuk, dan di atas kepalanya, muncul empat bola cahaya: merah, biru, kuning, dan hijau.
[Fireball] [Waterball] [Earthball] [Windball]Empat jenis sihir dasar, diluncurkan sekaligus dalam waktu bersamaan.
Meskipun sihirnya tergolong tingkat rendah, Lucas yang merupakan seorang penyihir istana pasti tahu betapa sulitnya mewujudkan hal itu.
“Empat… sekaligus!? Ini Quartet, teknik sihir tingkat tinggi yang bahkan penyihir istana pun sulit lakukan… Bagaimana bisa kau…!?”
Sihir api, air, angin, dan tanah—empat elemen dasar, dikeluarkan serempak.
Melihat itu, Lucas tidak bisa menyangkal lagi. Tak mungkin Rest berbohong. Wajahnya berubah makin suram, seperti seseorang yang baru saja kehilangan segalanya.
“Ka—kau… bukannya tidak punya sihir…?”
“Waktu kalian mengukur sihirku dulu, aku masih bayi, kan? Seharusnya kalian tahu kalau kekuatan sihir bisa tumbuh seiring usia.”
“Ta… tapi… sampai sebesar ini… Dan bisa menggunakan empat sihir sekaligus… Itu bakat luar biasa… bahkan jauh lebih hebat dari Cedric…”
Lucas terdiam, seolah otaknya tidak bisa mencerna semuanya. Dia bergumam tak jelas, lalu mengambil napas dalam-dalam dan kembali menghadap Rest.
“Kau… tidak, Rest…”
“…Hah?”
Untuk pertama kalinya—mungkin sejak lahir—Rest mendengar ayahnya memanggil namanya.
Dia berkedip, terkejut, dan Lucas pun melanjutkan dengan ekspresi pahit seolah menelan darah.
“…Kembalilah ke rumah. Lalu jadilah pewaris keluarga Viscount Kehormatan Eberon.”
“A-Apa katamu!?”
Bahkan sebelum Rest sempat bereaksi, Lisa langsung berteriak.
“Apa maksudmu itu!? Pewaris keluarga Ebern seharusnya Cedric, bukan Rest!”
“…Cedric tidak bisa diandalkan lagi.”
“Apa!?”
“Dia gagal masuk Akademi Kerajaan. Kalau dia bahkan tidak bisa masuk sekolah itu, jadi penyihir istana adalah mimpi kosong. Kalau dia tetap mewarisi rumah ini, kita tidak akan pernah bisa naik ke tingkat viscount sungguhan…”
Gelar Viscount Kehormatan bukanlah gelar turun-temurun. Itu cuma jabatan sementara yang melekat karena Lucas adalah seorang penyihir istana—gelar seumur hidup yang tidak diwariskan.
Tapi kalau Cedric bisa menjadi penyihir istana juga, maka keluarga mereka bisa mendapatkan gelar viscount resmi, turun-temurun, setelah tiga generasi berturut-turut.
“Kalau Cedric gagal jadi penyihir istana, keluarga ini tamat. Kita bisa jatuh jadi rakyat biasa. Itu sebabnya… Rest, kau harus meneruskan garis keluarga ini.”
“Jadi kau mau buang Cedric begitu saja!?”
“Lalu apa yang kau mau aku lakukan!? Dia gagal ujian, dan itu sepenuhnya salahnya sendiri!”
“Cedric cuma sedang sial! Kalau dia dalam kondisi normal, pasti bisa lulus!”
“Meski begitu, hasilnya tetap sama! Dia gagal! Dan itu fakta yang tak bisa dibantah!”
Pasangan itu pun mulai bertengkar, bahkan di depan Rest.
Memang masih ada jalan lain untuk jadi penyihir istana, bahkan tanpa Akademi Kerajaan. Seorang rakyat biasa bisa menorehkan prestasi luar biasa dan diberi gelar bangsawan sebagai hadiah.
(Tapi… jalannya sempit. Butuh kekuatan, kecerdasan, dan keberuntungan. Cedric? Jangankan kerja keras, kemauan belajar aja nggak punya.)
“Rest… kumohon, teruskan keluarga ini. Luluskan diri dari akademi dengan nilai tinggi, jadilah penyihir istana, dan angkat derajat keluarga ini. Aku mohon… wujudkan cita-citaku…”
Wajah Lucas benar-benar penuh kepahitan. Tentu saja—dia harus merendahkan diri dan memohon pada anak yang selama ini dia injak-injak.
(Tapi aku… udah lebih dari cukup diinjak! Aku, dan ibu juga, udah disiksa habis-habisan oleh orang ini!)
“Aku menolak.”
Rest menatap tajam, dan dengan suara dingin, dia menolak mentah-mentah.
Permintaan dari pria di depannya—tidak satu pun yang pantas untuk dikabulkan.
“Meng… mengapa…? Ini bukan tawaran buruk buatmu. Kau bisa jadi bangsawan, pewaris keluarga… jadi seorang viscount, Rest!”
“Aku tidak utuh semuanya. Kalau harus jadi bangsawan dengan mewarisi keluarga macam ini, aku mending tetap jadi rakyat biasa sampai mati.”
“Apa…!? Ka-kau…!”
(Note: Ini dia menggunakan kata kisama,bahasa kasar dari kau)
“‘Kau’? Serius?”
Rest menyeringai dingin, penuh sinisme.
Dengan tatapan mata yang dingin dan tak memiliki sedikit pun rasa kasih Sayang, ia menatap ayahnya dan menepuk meja.
"Apakah 'Kisama' itu merujuk padaku? Apakah kau memanggilku dengan sebutan 'Kisama'?"
"Nu... Guu... Itu... itu..."
Sepertinya sekarang dia baru teringat kalau Rest adalah anggota keluarga Marquis Rosemary.
Wajah Lucas semakin memucat.
"Aku akan masuk ke Akademi Kerajaan. Tapi, itu bukan sebagai anggota keluarga Baron Eberon! Kau sudah tidak lagi menjadi ayahku!"
Rest bangkit dari sofa.
Ia menatap Lucas yang masih ternganga, lalu dengan dingin berkata.
"Selesai sudah... Aku tidak akan lagi terlibat dengan kalian. Mau jatuh atau apapun, itu urusan kalian. Aku tidak peduli."
Laporan sudah disampaikan. Pemisahan sudah selesai. Meskipun tidak akan begitu saja mengabaikan perlakuan yang tidak adil terhadap ibunya dan dirinya, ia bukan orang yang memiliki hobi menendang mayat.
(Sedangkan impian mereka yang ingin anak kebanggaan mereka, Cedric, gagal dan tidak menjadi viscount, itu sudah hancur... Aku tidak merasa puas, tapi tidak ada gunanya berlarut-larut.)
"Begitu saja laporan dariku. Selamat tinggal."
"Itu... ugh..."
"…Bohong… bohong..."
Lucas memegangi kepalanya dengan tangan, terkulai, sementara Liza menangis tersedu-sedu.
Rest mengalihkan pandangannya, tampak kehilangan minat pada mereka, dan keluar dari ruang tamu.
"……"
"Ah... Apa kamu sedang mendengarkan secara diam-diam?"
Pada saat itulah, ia bertemu dengan orang terakhir yang berhubungan dengan masalah ini. Cedric berdiri ternganga di lorong.
"Katanya kamu lulus... Kamu, masuk ke Akademi Kerajaan…?"
"Ah, iya."
"Padahal aku gagal... Kamu malah…?"
"Aku akan mulai masuk sebagai murid baru di akademi mulai musim semi. Viola dan Primula juga akan ikut."
"……!"
Ekspresi Cedric yang sebelumnya kosong, kini berubah menjadi penuh kebencian.
"Ah, mereka... wanita-wanita itu milikku!"
"Hah…?"
"Benar... mereka milikku, seharusnya mereka jadi tunanganku, kenapa…!"
"…Berhentilah bicara omong kosong. Kamu itu benar-benar bodoh, Kakak."
Cedric mulai mengklaim kepemilikan atas saudara perempuan Rosemary, Rest menatapnya dengan tajam.
Hanya sekali bertemu, dan bahkan dibenci oleh wanita-wanita itu, bagaimana bisa dia mengklaim mereka sebagai miliknya?
Rest merasa marah mendengar omong kosong dari kakaknya.
"Keduanya membencimu. Mereka tidak akan pernah bertunangan denganmu."
"…Bohong."
"Ini bukan bohong. Tuan… Marquis Rosemary pun membencimu."
Cedric yang tampaknya tidak bisa menerima kenyataan, menggelengkan kepalanya, sementara Rest kembali memberi peringatan.
"Kamu gagal masuk akademi. Tidak akan bisa jadi ahli sihir istana. Tidak bisa bertunangan dengan Viola dan Primula. Kamu juga tidak akan jadi viscount."
"Tidak... itu bohong, bohong..."
"Itu bukan bohong. Terimalah kenyataan."
"Bohong! Bohong, bohong, bohong, bohong!!!"
Cedric menggoyangkan kepalanya dan berteriak. Seperti anak kecil.
Meskipun dia adalah musuh yang dibenci, anehnya, ketika melihatnya seburuk ini, muncul rasa iba.
"Jika kamu sedikit saja merasa kamu yang salah... buanglah kesombonganmu yang menganggap diri sebagai seorang jenius dan mulai dari awal lagi. Lupakan semua tentang keluarga viscount kehormatan dan semua pujian atas bakat magimu, dan mulai lagi sebagai Cedric yang biasa."
"…………"
"Kalau begitu, selamat tinggal."
Rest berpaling dari Cedric yang ternganga dengan ekspresi kosong, dan pergi meninggalkan keluarga Ebern.
∆∆∆
"…Bohong."
Setelah melihat punggung Rest yang pergi, Cedric bergumam dengan wajah kosong.
Dari ruang tamu terdengar tangisan ayah dan ibunya… namun dia tidak memasuki ruangan itu, melainkan berjalan tanpa arah, bingung.
"Cedric-sama, ke mana… Gah!"
"Diam…"
Pelayan yang berbicara kepadanya langsung dipukul di wajah oleh Cedric.
Pelayan itu terjatuh ke lantai dengan wajahnya yang hancur akibat pukulan tangan yang diperkuat dengan sihir.
"Kyaaahhh!"
"Cedric-sama gila!"
Para pelayan dan pelayan lainnya berteriak sambil merawat orang yang terluka.
Cedric tidak peduli dan terus berjalan menyusuri lorong, berhenti di depan sebuah ruangan tertentu.
Dia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka pintu.
Di dalam ruangan yang berbau lembab itu, terdapat rak besar dengan beberapa kotak kayu yang disusun rapi.
Ruangan yang disebut 'Gudang Terlarang' ini menyimpan barang-barang magis yang terkutuk.
Seorang ahli sihir istana memiliki beberapa tugas, dan tugas yang dipercayakan pada Lucas adalah mengelola barang-barang sihir yang berbahaya.
Di dalam Gudang Terlarang ini, disegel barang-barang yang tidak bisa diletakkan di istana karena kutukannya.
Pemilik ruangan ini tentu saja adalah Lucas, namun karena dia akan mewarisi tugas itu suatu saat nanti, Cedric juga diberikan kunci cadangan.
"…Semua ini gara-gara dia."
Cedric mengambil salah satu kotak kayu dari rak Gudang Terlarang dan bergumam.
"Semua ini, semua gara-gara dia… Setelah dia pergi dari rumah, semuanya menjadi kacau. Jadi, aku harus memperbaiki kesalahan ini…!"
Cedric membuka kotak kayu yang disegel rapat itu, dan di dalamnya terdapat sebuah tongkat hitam.
Tongkat itu adalah salah satu barang sihir terlarang yang paling berbahaya di Gudang Terlarang, yang konon digunakan untuk menahan iblis pada zaman kuno.
Cedric pernah melihat tongkat itu dari ayahnya, dan sejak saat itu, dia merasa sangat ingin memilikinya.
Ayahnya telah memperingatkan untuk tidak menyentuhnya karena itu berbahaya, dan Cedric menahan diri selama ini, namun sekarang, dengan keseimbangan mental yang terganggu, dia tidak punya kekuatan untuk menahan godaan itu.
"Ah... kekuatan ini, kekuatan ini adalah milikku yang pantas sebagai seorang jenius…!"
Begitu memegang tongkat hitam itu, tiba-tiba kekuatan yang luar biasa mengalir keluar dari tubuhnya, dari dalam tubuhnya.
Tangan kanan yang memegang tongkat mulai terkontaminasi dengan aura berbahaya seperti racun… namun, Cedric tampak terbuai dalam keadaan linglung.
"Kesalahan harus diperbaiki… Benar, aku punya kekuatan dan hak untuk melakukannya!"
Cedric tersenyum licik, lalu menyimpan tongkat itu di balik bajunya.
Dia merasa seperti ada yang memanggilnya dari belakang, mungkin ibunya atau para pelayan, tapi… tanpa berhenti, ia mengejar Rest dan keluar dari rumah.
"Urusan Aku selesai. Tolong biarkan Aku pergi."
"Baiklah."
Setelah kembali ke kereta, Rest memberi perintah untuk segera berangkat, seolah-olah tidak ada lagi urusan yang perlu diselesaikan.
"………"
Rest duduk di kursi kereta, menyandarkan pipinya ke jendela sambil menatap pemandangan luar.
Yang terlintas di benaknya adalah kejadian-kejadian di kediaman keluarga Ebern.
Ayahnya yang terpuruk dalam keputusasaan, ibu tiri yang panik dan berteriak keras, serta Cedric yang hanya bisa terdiam, bingung.
Dia telah mengalahkan orang-orang yang menindasnya. Dia berhasil membuat mereka terpukul.
Ada perasaan lega, seakan bebannya terangkat. Ada juga rasa kesegaran, seperti telah menyelesaikan sesuatu yang penting.
(Tapi… kenapa ya, ada perasaan kekosongan ini?)
"Heh…"
Rest menghela napas.
Meski akhirnya dia berhasil memutuskan hubungan dengan mereka, tapi… ada perasaan kosong yang menganga di tengah hatinya.
Pembalasan dendam pun tidak akan menyelamatkan siapa pun. Seperti yang tertulis dalam buku yang pernah dibacanya di kehidupan sebelumnya, hanya akan menjadi sia-sia… Dan tampaknya itu benar.
Rest merasa seolah-olah akan terus membawa perasaan kosong ini, tetapi tiba-tiba wajah dua orang muncul di benaknya.
"Viola… Primula…"
Entah kenapa, dia merasa sangat ingin bertemu mereka.
Tanpa alasan yang jelas… tapi dia merasa jika bertemu mereka, kekosongan di hatinya akan tErisei.
Rest meminta kusir untuk mempercepat perjalanan, namun tiba-tiba dia merasa ada sesuatu dan memberi instruksi lain.
"Maaf, berhenti di sini."
"Hah? O-Oh, baiklah."
Dia berbicara pada kusir, dan kereta pun berhenti dengan segera.
"Turunkan Aku di sini. Kamu bisa pulang lebih dulu."
"Baik saja… Ada masalah apa?"
"Ah, sepertinya ada urusan mendadak. Maafkan Aku merepotkan."
Rest meminta maaf kepada kusir dan turun dari kereta. Kereta itu pun melanjutkan perjalanan dan menghilang di tikungan.
"Benar-benar… orang yang keras kepala."
Rest menggunakan kemampuan fisik yang ditingkatkan dengan sihir untuk mendorong tanah dan mulai berlari.
Dia merasakan kehadiran yang mengikutinya dari belakang, dan akhirnya tiba di hutan yang sepi, jauh dari keramaian ibu kota.
"…Jika sudah sampai sini, seharusnya tidak ada masalah."
"Heh… Heh…"
"Ternyata, kamu. Sepertinya lelah, ya."
Sambil terengah-engah, di depan Rest muncul saudaranya yang dari ibu berbeda… Cedric Eberon.
Setelah Rest meninggalkan rumah, tampaknya Cedric mengejarnya dengan kereta. Jika dia tidak terbiasa dengan "Life Search Life Search," mungkin dia tidak akan menyadari itu.
"Sejujurnya, aku tidak menyangka kamu akan mengejarku. Apa masih ada yang belum kamu katakan?"
"...Akan kubunuh."
Jawaban Cedric sederhana. Di matanya yang memerah penuh dengan kebencian, niat membunuh yang jelas tampak, memandang Rest seolah-olah dia adalah musuh yang harus dihancurkan.
"...Aku tidak merasa ada alasan kamu harus membenciku sampai sejauh itu."
Jika harus jujur... seharusnya justru Rest yang punya alasan untuk membenci Cedric.
Sejak kecil, dia telah disiksa dengan diberondong sihir, dihina dan diperlakukan buruk.
"Aku akan membunuhmu... Semua, semua ini salahmu... Kalau saja kamu tidak diadopsi oleh keluarga Marquis Rosemary, semuanya pasti berjalan lancar..."
"Hah?"
"Kamu pergi meninggalkan rumah, dan aku akan lulus ujian masuk akademi! Viola dan Primula juga seharusnya jadi milikku!"
"Jangan sebut nama mereka sembarangan. Itu menjijikkan."
Rest menatap saudaranya yang bodoh dengan tatapan penuh penghinaan.
"Mereka bukan milikmu. Kenapa kamu gagal itu karena usahamu sendiri. Itu bukan salahku. Jangan salahkan aku."
"TAH!"
Cedric berteriak dengan marah, menghentakkan kakinya ke tanah.
"Dasar brengsek! Seharusnya tidak begini! Kalau saja kamu tidak ada, kalau saja kamu tidak ada, aku pasti jadi magister kerajaan... Sial, sial, sial! Jangan anggap aku remeh, aku ini penyihir terkuat! Aku yang akan mendapatkan segala-galanya—kedudukan, kehormatan, perempuan!"
".........."
"Ayah kecewa padaku, ibu menangis... Benar, aku bukan yang salah! Semua ini rusak karena kamu pergi! Jadi, ini salahmu!"
"...Sudah tidak bisa diperbaiki. Betapa lemahnya dia."
Cedric Ebern benar-benar telah runtuh... Betapa mudahnya dia hancur.
Sejak kecil, dia dimanja oleh orangtuanya, hanya menganiaya yang lebih lemah. Cedric tidak tahu apa itu kegagalan dalam hidup. Dia tidak pernah merasakan kegagalan yang mengubah segalanya.
Bahkan saat dia membawa saudari Rosemary ke hutan dan mereka hampir celaka, dia menganggap itu hanya sial dan tidak menganggapnya sebagai kesalahan.
Itulah kenapa... dia lemah. Rapuh. Menyedihkan. Jiwa yang tidak pernah merasakan kegagalan atau keputusasaan sangat mudah pecah hanya dengan satu kegagalan.
"Aku akan membunuhmu, aku akan membunuhmu, aku akan membunuhmu!"
"Hn...?"
Cedric, yang seperti kehilangan akal sehat, mengeluarkan sebuah tongkat dari balik bajunya.
Tongkat itu tampak sangat menakutkan. Berwarna gelap seperti dicelup dengan kebencian manusia.
Dari tongkat itu, sebuah aura berbahaya yang seperti racun tercium, dan jelas bahwa itu bukan barang biasa.
"Apa itu, tongkat itu... sepertinya benda terkutuk..."
Dalam dunia penyihir ini, penyihir bisa menggunakan sihir tanpa tongkat.
Namun, tongkat sering digunakan untuk menutupi kekurangan kemampuan atau untuk melakukan sihir khusus yang membutuhkan alat tertentu.
(Tapi... tongkat itu jelas bukan seperti itu. Ini jelas bukan benda yang seharusnya dipegang orang!)
"Cedric, lepaskan tongkat itu!"
"Diam! Mati kau!"
Cedric melepaskan sihir. Sejumlah Thunderbolt muncul di sekitarnya dan menuju Rest dengan cepat.
“ Earth Wall]!"
Rest segera mengaktifkan sihir pertahanan.
Thunderbolt bertabrakan dengan keras dengan dinding tanah yang muncul di depannya, mengeluarkan suara dentuman keras.
"Apa ini? Seberapa besar kekuatannya...!"
Dinding tanah berguncang hebat, hampir roboh.
Rest terus memasukkan mana ke dalam dinding yang hampir hancur itu, memperbaikinya dengan cepat.
Dengan mana yang tidak terbatas, dia berhasil mempertahankan dinding tanah tersebut.
"Kekuatan ini... jelas melebihi kemampuan Cedric...!"
Rest tahu kemampuan Cedric dengan sangat baik.
Sejak dulu dia dijadikan bahan latihan sihir. Bahkan, mungkin dia lebih mengetahui kemampuan Cedric dibandingkan ayahnya, Lukas Ebern.
"Apakah itu kekuatan tongkat itu...? Jangan-jangan, itu meningkatkan kemampuan penggunanya secara drastis...!?"
Tentu saja, itu bukanlah benda yang hanya memberi keuntungan semata.
Hanya dengan melihat aura jahat yang mengelilinginya, siapa pun bisa tahu bahwa itu adalah sesuatu yang berbahaya.
"[Senjata Petir Thunderbolt]!"
"Ugh...!"
Begitu Rest melompat ke samping dan keluar dari balik dinding, dia merasakan ledakan sihir yang sangat kuat datang dari belakang.
Sekejap kemudian, sebuah petir yang sangat kuat melesat menuju tempatnya.
"Ugh...!"
Dinding tanah hancur berantakan. Jika Rest terlambat bergerak, dia pasti akan terluka parah.
"Hahahaha! Bagaimana? Ini kekuatanku! Ini kekuatan penyihir jenius Cedric Ebern!"
"Kekuatannya apa? Itu jelas kekuatan tongkatmu!"
"Hahahaha! Mati saja kau! Mati saja kau!"
Cedric menembakkan sihir lagi dengan tanpa kendali.
Tanah terbuka, pohon-pohon terbakar, dan kehancuran merajalela di sekitar mereka.
"Memang kuat, tapi... jelek sekali."
Dengan tubuh yang rendah, Rest menghindar dari sihir sambil mengucapkan kata-kata penuh kebencian.
Mungkin ini pengaruh dari tongkat itu... Wajah Cedric tampak mengerikan. Matanya merah pekat, bibirnya terkatup kaku, dan kulit di tangan kanannya yang memegang tongkat itu mulai berubah menjadi biru keunguan.
"Menyesal sekali kalau ini saudara kandungku..."
Seorang pria yang dulu dipuji sebagai jenius kini telah jatuh sejauh ini.
Bahkan, rasa benci itu terlewati, digantikan dengan rasa kasihan yang dalam.
"Jangan coba lari! Mati saja kau!!"
Cedric melepaskan sejumlah besar mana ke udara.
Rest segera menyadari... Ini adalah sihir tingkat tinggi, [Badai Petir Thunderstorm], yang memanggil petir dalam skala luas.
(Sekarang aku sadar… Cedric, kamu dan aku punya sihir yang sama-sama kita kuasai.)
Rest bisa menyalin sihir yang sudah dia lihat sebelumnya, tapi ada beberapa jenis sihir yang lebih dia kuasai daripada yang lain.
Sihir dengan elemen petir adalah yang paling dia kuasai, dan sepertinya Cedric juga menguasai elemen yang sama.
(Meskipun kita saling membenci, ternyata darah itu sulit untuk ditinggalkan…)
"Ah… menyebalkan."
Tanpa sadar, Rest mengeluh, dan tepat setelah itu, sihir yang dilepaskan Cedric di atasnya mulai mengguncang udara, menyemburkan hujan petir yang merusak sekitar dan menciptakan lubang-lubang di tanah.
"Hihihihihihaha! Aku berhasil membunuhmu! Mampuslah, Rest!"
Di tengah debu yang berterbangan, Cedric tertawa gembira dengan suara yang melengking.
"Aku sudah membunuh Rest! Mereka, Viola dan Primula, sudah jadi milikku!"
"Tentu saja, itu tidak akan kubiarkan begitu saja… Gila, kamu ini."
"Naahh!?"
"[Akselerator Accelerator]"
Dengan suara penuh kejengkelan, Rest muncul tepat di depan Cedric.
Seperti angin kencang, tangan kanan Rest melesat, menghantam wajah Cedric dengan kecepatan hampir setara dengan suara.
"Pgyahhh!"
"[Badai Petir] memang sihir area yang luas, tapi daya hancurnya tidak sebesar itu… Kamu bahkan gagal dalam ujian praktik dengan sihir itu, kan?"
Dengan kata-kata seperti sedang memberi ceramah, kaki kiri Rest melesat.
Sebuah tendangan tinggi yang tajam dan mematikan menghantam sisi wajah Cedric, membuatnya jatuh ke tanah.
"Kenapa… kenapa ini!? Naahh!!!"
Cedric menangis tEriseak seperti anak kecil, tapi hasil ini sudah bisa diprediksi.
[Thunderstrom] adalah sihir untuk menyerang banyak musuh sekaligus, dan serangan petir satu per satu dari langit sebenarnya tidak sekuat sihir petir tingkat menengah seperti [Thunder weapon].
Rest sudah tahu itu, jadi dia membungkukkan tubuhnya ke tanah dan menciptakan dinding tanah untuk melindungi dirinya, menghindari petir, lalu langsung menyerang saat ada celah setelah serangan selesai.
"Kamu kurang paham tentang sihir. Pengalaman bertarung satu lawan satu juga minim. Sihir yang cuma bisa menyiksa orang lemah saja."
"Curang! Curang! Kenapa cuma kamu yang bisa seperti ini…"
"Sudahlah, diam saja."
"Bu…"
Rest melemparkan bola air yang dia ciptakan dengan [Bola Air] ke wajah Cedric.
"Kamu dulu sering menembakkan sihir ke aku setiap hari. Sekarang, aku akan mengembalikannya semuanya!"
Selanjutnya, dia melemparkan [Bola Angin] ke Cedric.
"Guheehhh… H-haruskah kamu melakukan ini?"
"Ah, kamu terlihat masih cukup sehat. Sepertinya ketahananmu juga bertambah, ya?"
Kalau begitu, tidak perlu lagi ada belas kasihan. Dia akan melanjutkan dan menghancurkan lebih banyak.
"Ini belum selesai, kamu tahu? Aku masih akan melanjutkan."
Dengan mata yang dingin,
Rest memandang Cedric dari atas dan dengan santai meluncurkan serangkaian sihir bertubi-tubi.
ç«ç (Bola Api): Sihir yang menghasilkan bola api yang bisa dilemparkan ke musuh.
éąšç (Bola Angin): Sihir yang menciptakan bola angin yang dapat dilemparkan untuk menyerang.
ćç (Bola Tanah): Bola tanah yang bisa digunakan untuk serangan atau pertahanan.
æ°Žç (Bola Air): Bola air yang bisa digunakan untuk menyerang atau melindungi diri.
é·ç (Thunderbolt): Thunderbolt yang meledak saat mengenai sasaran, bisa melumpuhkan lawan.
æŻç (Bola Racun): Bola yang mengandung racun, bisa memberi efek berbahaya pada musuh.
çłćŒŸ (Bola Batu): Sihir yang menciptakan batu keras yang dapat dilemparkan ke musuh.
ç«ć (Pisau Api): Pisau yang terbuat dari api, digunakan untuk serangan jarak dekat.
æ°Žć (Pisau Air): Pisau dari air yang digunakan untuk memotong atau menyerang.
éąšć (Pisau Angin): Pisau yang terbuat dari angin tajam untuk serangan.
ćć (Pisau Tanah): Pisau dari tanah yang digunakan untuk menyerang atau bertahan.
ç«æ§ (Lance Api): Sebuah tombak api yang digunakan untuk serangan jarak jauh.
éąšæ§ (Lance Angin): Sebuah tombak yang terbuat dari angin, cepat dan tajam.
ćæ§ (Lance Tanah): Tombak yang terbuat dari tanah yang keras, digunakan untuk menusuk lawan.
æ°Žæ§ (Lance Air): Tombak dari air yang memiliki kemampuan untuk menusuk lawan dengan kekuatan air.
ç ŽèŁ (Ledakan): Sihir yang menyebabkan ledakan besar untuk menyerang musuh.
çèŁ (Ledakan Besar): Ledakan yang lebih kuat dari biasa, menghancurkan area yang lebih luas.
éąšăłăłăăăŒă« (Kontrol Angin): Mengendalikan angin untuk berbagai keperluan, seperti terbang atau menyerang.
æ°ŽèŹ (Pembalut Air): Sihir untuk melindungi atau mengubur musuh dengan air.
ç«èŹ (Pembalut Api): Menggunakan api untuk melindungi atau menyerang.
ćèŹ (Pembalut Tanah): Mengubur musuh dalam tanah, atau melindungi dengan tanah.
éąšèŹ (Pembalut Angin): Menggunakan angin untuk menahan atau mengurung musuh.
(TLN: Ngecheat cok,btw w malas ganti buat ke inggris nya đż)
"Itu adalah sihir yang pernah ditembakkan oleh Cedric ketika aku masih berada di keluarga Adipati Ebern."
Rest mengingat kembali hari-hari yang dia habiskan bersama kakaknya dan orang tua yang kejam, sambil meluncurkan sihir-sihir tersebut seolah-olah dia sedang melunasi utang masa lalu.
"Fuh... sakit... sakit sekali..."
Setelah menembakkan tujuh puluh lima jenis sihir, Cedric terjatuh ke tanah, hanya bisa berguling dan mengerang seperti boneka yang tak berdaya. Mata yang terus mengalirkan air mata itu tidak lagi dipenuhi kebencian atau niat jahat, melainkan diwarnai dengan keluhan atas rasa sakit dan keputusasaan.
"Sudah berakhir... Benar-benar, sampai akhir kau tetaplah kakak yang tidak bisa aku hormati."
Rest menatap rendah Cedric yang terjatuh, mengetahui bahwa kakaknya sudah benar-benar selesai.
(Anjing sihir jahat yang dipakai itu mencoba membunuhku... meskipun dia tahu aku sudah menjadi bagian dari keluarga Marquis Rosemary. Jika Tuan tahu, semuanya tidak akan dibiarkan begitu saja.)
Hanya sebuah keluarga bangsawan kehormatan yang begitu berani menentang keluarga besar Marquis Rosemary. Tidak hanya Cedric, tetapi seluruh keluarga Ebern pasti akan menghadapi akibatnya.
(Semua sudah berakhir... Cedric, ayahmu yang bodoh, bahkan ibu kalian... semuanya akan selesai.)
"Hmm...?"
Saat Rest berbalik untuk pergi, matanya tertuju pada tangan kanan Cedric. Meskipun sudah ditembaki sihir yang sangat banyak, tangan itu masih menggenggam tongkat jahat yang memancarkan aura gelap. Tangan kanannya sudah sepenuhnya hitam, dan tongkat itu seolah menyatu dengannya, seperti terhubung satu sama lain.
"【Wind Cutter】!"
Rest segera meluncurkan sihirnya untuk memotong lengan kanan Cedric.
"Jangan!"
"Apa…!"
Namun, Cedric melindungi lengan kanannya dengan tubuhnya, menutupi seolah-olah untuk melindungi dirinya.
Sabetan pedang angin yang dilepaskan oleh Rest hanya mencabik punggung Cedric dan meleset dari sasaran.
"Apa yang kau lakukan, hah?"
"Ini milikku! Ini kekuatanku! Takkan kuberikan pada siapa pun!"
"Sialan..."
Rest merasa frustasi saat mendengar tangisan Cedric yang mirip dengan anak kecil yang marah. Dengan marah, ia menendang tubuh Cedric.
Ia membalikkan tubuh yang terbaring tengkurap itu dan kali ini berusaha memisahkan tongkat dari lengan kanan Cedric.
"Ooooooooooooooo!"
"Apa…!"
Namun, sesaat setelah itu, lengan kanan Cedric mengeluarkan kabut beracun yang sangat besar.
Tongkat yang digenggam Cedric retak dan hancur, sementara lengan kanannya mulai membengkak dan membesar dari dalam. Pembengkakan ini tidak hanya terjadi pada lengan kanan, tetapi menyebar ke seluruh tubuhnya, hingga akhirnya tubuh Cedric berubah menjadi raksasa setinggi hampir tiga meter.
"Ini… apakah ini… Demon?"
Melihat pemandangan itu, Rest bergumam.
Tubuh raksasa yang harus dipandang ke atas, kulit berwarna biru ungu yang memancarkan racun, wajah yang mengerikan seperti iblis, dan tanduk yang tumbuh di kedua sisi kepala seperti gunung atau domba.
Itu adalah iblis itu sendiri. Penampilan makhluk jahat yang sering digambarkan sebagai musuh Tuhan dalam banyak buku cerita dan kisah rakyat.
"Gwoooooooooooooo!"
"Gyakahahahahahaha! Luar biasa, luar biasa! Kekuatan ini mengalir keluar!"
Dengan teriakan iblis itu, tawa Cedric yang menyakitkan terdengar.
Yang mengejutkan, wajah Cedric berada di dada monster itu, terpisah dari kepala iblis, dan berbicara terpisah.
"Ini adalah kekuatan sejati Aku! Ternyata Aku adalah jenius penyihir!"
"Tapi ini bukan kekuatanmu... apakah kau tidak sadar dengan keadaanmu?"
Rest merasa sangat kecewa dari lubuk hatinya.
Seharusnya ia sudah mencapai titik terendah dalam menilai Cedric, tetapi tampaknya penilaiannya masih bisa jatuh lebih dalam, seperti sumur tak berdasar.
"Jelas sekali, kau hanya dikendalikan oleh iblis. Ini lebih buruk dari sekadar memalukan, ini sudah lucu!"
Di depan matanya ada dua wajah: satu iblis dan satu lagi wajah Cedric.
Jelas bahwa iblis adalah inti dari makhluk ini, dan wajah Cedric yang menempel di dada monster itu terlihat seperti hanya bagian yang diserap.
"Diam! Mati kau! Mati kau!"
"Gwoooooooooooooo!"
Meski begitu, kedua kepala itu tampaknya saling terhubung.
Dengan amukan marah dari Cedric, tubuh monster itu mengeluarkan kekuatan sihir yang luar biasa.
Kekuatan itu begitu kuat hingga Rest, yang memiliki sihir tak terbatas, merasa kagum dan terkejut.
"【Acceleration】!"
Rest berlari dengan kecepatan penuh.
Sinar petir yang sangat kuat ditembakkan ke arahnya, dan ia dengan susah payah menghindarinya.
Kekuatan yang bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya. Tidak ada waktu untuk mempertimbangkan pertahanan.
Jika ia mencoba menahan dengan dinding pelindung, ia akan langsung terhempas bersama dinding itu.
"Gyakahahahahahaha! Mati! Matiiiiiiiiiiiiii!"
"Kuh... mulai sombong. Jadi ini kekuatan iblis, ya..."
Rest menggerutu sambil berlari menghindar.
Di dunia ini, iblis… makhluk jahat seperti itu sudah tidak ada lagi.
Keberadaan mereka yang dulu berkeliaran hanya tinggal menjadi legenda yang diteruskan turun-temurun.
(Sepertinya legenda itu tidak salah… tapi kenapa makhluk seperti ini bisa dipenjara?)
Melihat situasi ini, sepertinya iblis itu dipenjarakan dalam tongkat.
Cedric, yang menginginkan kekuatan, akhirnya melepaskan bencana ini.
"Setelah aku membunuhmu, giliran para wanita itu!"Teriakan Cedric terdengar dari dada iblis itu."Aku tidak akan membunuhmu dengan cepat! Keduanya akan kukerjakan, kubunuh, kubantai, kubantai, kubantai, baru kubunuh!"
"...Meskipun sudah menjadi seperti itu, benar-benar menyebalkan. Genius untuk membuatku kesal, ya?"
Rest bergumam dengan suara yang dingin, melihat Cedric yang tetap menyebalkan meskipun sudah menjadi bagian dari iblis.
Iblis ini dipengaruhi oleh Cedric. Jika Rest kalah di sini, iblis ini kemungkinan akan menyerang Viola dan Primula.
Meskipun keluarga Marquis dan Deeble mungkin akan melindungi mereka, lawannya adalah iblis—makhluk legendaris.
Tidak ada jaminan 100% bahwa mereka akan aman.
"Aku akan memastikan mengakhiri hidupnya di sini... Tidak akan kubiarkan dia menyentuh Viola dan Primula!"
Dia tidak akan membiarkan dua orang yang telah menyelamatkannya dari keterpurukan disentuh dengan tangan kotor.
Rest memutuskan untuk bertarung dengan tekad bulat, memutuskan untuk melepaskan satu sihir.
"Matiiiiiiiiiiiiiiiii!"
"Oooooooooooooooooooo!"
Sinar petir menuju Rest yang berhenti berlari, namun... dalam sekejap, petir itu menghilang.
Rest, yang seharusnya terbakar hingga tulang oleh petir itu, berdiri dengan tenang di tempatnya.
"Huh...?"
"【Hoshihami】"
Tanpa terbakar atau terpengaruh oleh petir, di tangan kanannya melayang sebuah bola hitam sebesar kepala manusia, mengarah pada iblis itu.
"Hey, Cedric... apakah kau tahu apa yang merupakan kehormatan tertinggi bagi seorang penyihir?"
"Kenapa?! Kenapa kau masih hidup?!?"
"Itu adalah... pengembangan 'sihir asli'."
"Matiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
Cedric mengabaikan kata-kata Rest dan melepaskan gelombang petir yang sangat banyak.
Petir yang datang seperti gelombang tsunami mengarah padanya, tetapi ketika Rest mengangkat bola hitam itu, petir tersebut tersedot dan menghilang.
Seperti lubang hitam yang memutar dan menyedot cahaya di ruang angkasa.
"Kenapa?! Kenapa tidak matiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!?"
"Di dunia ini, ada seribu tujuh sihir yang tercatat dalam 'Ensiklopedi Sihir' yang diakui secara resmi. Nama pengembang dan nama sihirnya tercatat dalam sejarah sihir. Yang memberi pengakuan itu adalah, seperti yang kau tahu, 'Dewan Orang Bijak.'"
Rest terus menjelaskan dengan tenang, seperti berbicara kepada dirinya sendiri, mengabaikan teriakan Cedric.
Di dunia ini, ada sebuah organisasi yang disebut "Dewan Orang Bijak." Mereka adalah kelompok yang melampaui batas negara, dan setiap anggotanya adalah penyihir yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan negara. Menciptakan sihir baru yang diakui sebagai "Sihir Baru" oleh Dewan Orang Bijak adalah kehormatan tertinggi bagi seorang penyihir.
"Jika bisa menciptakan sihir baru, bukan hanya gelar viscount, bahkan raja akan memberi gelar lebih tinggi seperti count. Penyihir semacam itu sudah lama tidak muncul di negara ini."
Bahkan jika para penyihir istana bersatu, menciptakan sihir baru adalah hal yang sulit.
Sihir yang biasa mungkin bisa diciptakan dengan mudah, tetapi menciptakan sesuatu yang melampaui sihir yang sudah ada sangatlah sulit. Dewan Orang Bijak hanya mengakui sihir baru kira-kira sekali setiap sepuluh tahun.
"Dulu, aku pernah diberi ujian yang hampir tidak mungkin dilewati. Waktu itu aku sangat menyadari keterbatasanku, jadi aku mulai mencoba-coba untuk menciptakan sihir yang memanfaatkan kekuatan sihir tak terbatas milikku. Dan... inilah yang kuhasilkan."
"...........!"
Rest melihat bola hitam itu dan tersenyum sinis.
"Nama sihirnya 'Hoshihami'... Sihir gabungan antara serangan dan pertahanan yang menghasilkan 'Bintang Hitam' yang menyedot segala sesuatu dan menghilangkannya. Meskipun aku berhasil menciptakan efek yang kubayangkan, sihir ini hanya bisa digunakan olehku, sebuah produk cacat. Hanya dengan mempertahankannya, sihir ini menghabiskan sihir dalam jumlah besar dan boros."
Sihir ini tidak akan diakui oleh Dewan Orang Bijak dan tercatat dalam Ensiklopedi Sihir.
Sihir yang menghabiskan seribu sihir untuk menghasilkan satu efek saja. Tanpa kekuatan sihir tak terbatas, tidak mungkin bisa menggunakannya.
"Sihir yang disebut 'gagal tanpa sihir' ini cocok untukku... Tapi untuk membunuhmu, sihir cacat ini sudah cukup."
Dengan bola hitam itu—"Bintang Hitam"—Rest memposisikan dirinya, menurunkan tubuhnya.
Di dalam pikirannya, kenangan tentang masa-masa di keluarga Bangsawan Kehormatan Ebbern berputar seperti cahaya.
Masa ketika ia diusir dari keluarga Bangsawan Kehormatan, dan ibunya yang dengan keras berjuang mengasuhnya dalam kemiskinan.
Peristiwa di kuil, ketika ia diakui sebagai "tanpa sihir" dan dibuang sebagai sampah.
Malam-malam di kandang kuda, tidur menggigil, dilempari batu, dipaksa makan sampah anjing, serta penyiksaan berupa ditembakkan sihir sebagai latihan.
Semua itu berakhir di sini. Titik akhir dari hubungan buruk yang sudah ada sejak sebelum kelahirannya.
"Akhir dari nasib panjang ini... Aku tidak membencimu sampai ingin membunuhmu, tapi jika aku membiarkanmu hidup, Viola dan Primula akan berada dalam bahaya. Jadi, aku akan membunuhmu."
"AAAAAAAAAAAAAAA!"
"GAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"
Mendengar kata-kata Rest, Cedric dan iblis itu berteriak dengan gila.
Bersamaan dengan dua teriakan yang bergema, petir dilepaskan, namun petir yang mengarah pada Rest diserap oleh "Bintang Hitam" dan menghilang.
"Kenapa hanya kau yang bisa bertahan! Kau pasti gagal!"
"Kau sudah tidak dalam posisi untuk mengeluh lagi... Jadi sia-sia saja bicara."
Rest menendang tanah dan melesat mendekati iblis itu.
Iblis itu meronta-ronta, melepaskan sihir sambil mengamuk, sementara Cedric hanya menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa.
"Hoshihami" mungkin boros dalam hal energi dan juga memiliki jarak tembak yang pendek, tetapi jika sudah mendekat sejauh ini, tidak akan meleset.
"Baiklah, selamat tinggal."
"Tidak!!!"
"【Hoshihami】"
Bola hitam—"Bintang Hitam"—menyerap lengan tebal yang melambai, tubuh, kepala, dan kaki, semuanya tersedot dan hilang.
Rest tidak tahu apa yang terjadi pada sesuatu yang tersedot oleh "Bintang Hitam," tetapi yang pasti, itu benar-benar lenya
p dan tidak akan kembali ke dunia ini.
"Aaaaaaaaa..."
Teriakan Cedric semakin kecil... dan akhirnya, hilang sama sekali.

