Translator : Naoya
Proffreader : Naoya
Short Story
ââSuatu pagi.
Hari ini adalah hari libur sekolah, dan awal dari hari yang sepertinya akan berjalan dengan tenang.
Cuacanya cerah di luar, dan sinar matahari yang masuk melalui jendela terasa cukup hangat.
Karena aku dan Leticia menghabiskan waktu di kamar yang sama dari pagi hingga malam, begitu aku bangun, dia sudah ada di sisiku.
Hmm, bahagia sekali rasanya.
Jika aku bisa menghabiskan hari dengan Leticia, bermalas-malasan di tempat tidur sambil mengobrol tanpa topik yang serius, aku akan lebih bahagia lagi.
Namun, Leticia tidak akan mengizinkannya.
Meskipun hari libur, dia tidak menyukai kebiasaan bermalas-malasan.
Sebagai istriku, dia memang sangat bertanggung jawab.
Meski begitu, hari ini tetaplah hari libur, dan cuacanya juga sangat baik.
Aku berpikir, kalau bisa berkencan dengan Leticia di hari seperti ini pasti akan sangat menyenangkanââ tapi kemudian.
âUhm...â
Sebaliknya, Leticia terlihat memasang wajah serius sejak pagi.
âAda apa, Leticia? Kenapa dari pagi sudah pasang wajah muram?â
âAku bingung harus memakai gaun yang mana hari ini... Menurutmu yang mana yang cocok?â
Di depan lemari yang dipenuhi dengan gaun-gaun, Leticia menaruh tangan di bibirnya sambil memiringkan kepalanya.
ââEh?
Jarang sekali Leticia bingung memilih pakaian yang akan dikenakan.
Tapi kalau dipikir-pikir, dia memang tidak punya banyak gaun.
Terutama untuk gaun sehari-hari, jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan dengan standar seorang putri bangsawan.
Ini karena Leticia adalah tipe orang yang tidak terlalu terikat pada benda-benda, dan juga karena dia menghargai kondisi keluarga Baron Audran yang tidak begitu kaya, sehingga dia mengurangi pembelian.
Lagipula, keluarga kami hanyalah bangsawan pedesaan yang biasa-biasa saja.
Jika dibandingkan dengan kekayaan luar biasa keluarga Duke Barrow, kami hanya punya sedikit uang.
Meskipun begitu, kami juga tidak hidup dalam kemiskinan yang ekstrem.
Pengelolaan wilayah kami stabil, dan kami secara rutin mendapatkan kiriman dana dari Sebas.
Itulah sebabnya aku sering berkata pada Leticia, âKamu boleh beli lebih banyak barang,â tapi dia selalu menjawab dengan âTidak perluâ singkat.
Sungguh serius, hemat, dan ya... sangat Leticia.
ââ
ââââ
ââââââOh, benar.
âLeticia, bagaimana kalau kita beli gaun baru hari ini?â
âEh...?â
âSekalian kencan, kita cari baju untukmu! Sejak pindah ke ibu kota, kamu belum beli baju, kan?â
âT-tidak perlu... Itu akan jadi pembelian yang mahal...â
Seperti biasa, Leticia selalu ragu.
Sudah jelas bahwa gaun tidaklah murah.
Apalagi kalau itu pakaian yang dipakai oleh seorang bangsawan.
Namun, sebagai suami yang peduli pada istrinya, aku ingin sekali membelikan sesuatu yang mewah untuknya sesekali.
Meski mungkin tidak akan bisa dibandingkan dengan kehidupannya di keluarga Duke Barrow.
Sejujurnya, aku ingin melihat Leticia mengenakan gaun baru.
Sangat ingin melihatnya.
Super ingin melihatnya.
Pasti dia akan terlihat sangat cantik.
Bukan mungkin, tapi sudah pasti dia akan terlihat cantik.
Apapun gaun yang dia pakai, Leticia pasti akan terlihat menawan.
Jika bisa melihat Leticia dalam gaun baru, aku rela mengeluarkan berapa pun!
Aku bahkan bisa bertahan hidup dengan hanya minum air selama sepuluh hari!
âSudah kuputuskan. Kita akan beli. Itulah rencana kita hari ini.â
â...Kamu ingin melihatku dalam gaun baru?â
âTepat sekali.â
âHah... Sungguh, kamu ini...â
Akhirnya, dia menyerah dan berkata,
âBaiklah. Aku akan menerima niat baikmu.â
âYesssss! Aku akan melihat Leticia dalam gaun baru!â
Aku melompat kegirangan.
Aku tahu ini kekanak-kanakan, tapi apa boleh buat, aku senang sekali.
Leticia hanya berdeham kecil,
âAku ingatkan dulu, aku tidak akan membeli gaun yang terlalu mahal. Kalau kamu membeli tanpa melihat harganya hanya karena 'pasti cocok', aku akan marah.â
âEh~... Tapi sesekali tidak apa-apa, kan? Aku ingin memanjakanmu.â
âTidak boleh.â
âChe.â
âČăâČăâČ
Kami pun segera turun ke kota untuk mencari gaun.
Di kota, ada sebuah jalan yang dikenal sebagai 'Jalan Gaun', di mana banyak toko pakaian berjajar di sepanjang jalannya.
Jika ke sini, setidaknya untuk pakaian wanita, kita bisa menemukan hampir semua yang dibutuhkan.
Hari ini juga, 'Jalan Gaun' cukup ramai, dengan orang-orang yang lalu lalang sambil melihat-lihat gaun di etalase.
Kami berdua juga berjalan menyusuri jalan sambil menatap berbagai etalase toko.
âSeperti yang diharapkan dari ibu kota, toko pakaian di sini banyak sekali.â
âIya. Dulu aku sering memesan pakaian khusus di salah satu toko di sini.â
âOh, jadi kamu punya toko favorit?â
âTapi kita tidak akan pergi ke sana.â
âEh... kenapa?â
âToko-toko yang menerima pesanan khusus seperti itu biasanya melayani bangsawan kelas atas. Gaun yang dibuat di sana bisa seharga rumah di pusat kota. Kita tidak mungkin bisa membelinya sekarang.â
âKalau kamu mau, aku bisa saja membelinya. Aku bisa menjual ginjalku, mungkin?â
â...Maaf, seharusnya aku tidak menanyakannya. Intinya, kita tidak akan ke sana.â
Ayolah~. Kalau kamu mau, aku bahkan rela menjual ginjal atau hati.
Tapi tolong jangan minta jantungku, aku bisa mati kalau itu.
âUhm, bagaimana dengan gaun itu? Sepertinya cocok untukmu, Leticia.â
Aku menunjuk sebuah gaun di salah satu etalase.
Leticia mendekat ke etalase dan berkata, âHmm...â
âMemang cantik... tidak terlalu mencolok, dan terlihat anggun.â
âKalau begitu, kita beli yang ini.â
âTapi ini terlalu mahal. Bukankah aku sudah bilang, jangan membeli tanpa melihat harganya?â
Dia menunjuk ke label harga kecil yang terpasang di gaun itu.
...Ya, memang mahal.
Aku tidak tahu standar orang kota soal harga, tapi untuk orang desa sepertiku, ini jelas terasa mahal.
ââNamun jika Leticia benar-benar menginginkannya, aku tidak akan ragu untuk membelinya. Namun, Leticia dengan jelas mengerutkan kening.
âBagaimana kalau kita lihat yang lain saja? Bagaimana dengan gaun di sana?â
âYah, itu tidak buruk, tapi rasanya bukan gaya Leticia. Bagaimana dengan yang ini?â
âAh, yang itu kelihatannya bagus... tapi tetap terlalu mahal. Kalau begitu, bagaimana dengan yang di sanaâââ
âTidak, gaun yang iniâââ
Begitulah, kami terus mondar-mandir, melihat berbagai toko, mencoba menemukan gaun yang cocok bagi kami berdua. Namunââbagaimanapun juga, kami tidak bisa menemukan yang sesuai dengan selera dan anggaran kami.
Tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat.
âUh, susah juga ya memilihnya...â
âYa... Sejujurnya, aku tahu kalau tidak mudah menemukan gaun yang sempurna, tapi...â
Kami berdua sudah lelah berjalan.
Walaupun tidak semua toko di jalan ini sudah kami kunjungi, setidaknya setengahnya sudah kami telusuri.
Memilih pakaian wanita itu benar-benar sulit ya...
Aku jadi semakin mengerti... karena aku sendiri orang yang malas dalam hal berpakaian, selama pakaianku nyaman, itu sudah cukup bagiku...
Ah, tapi aku juga tahu kalau berpakaian terlalu asal juga tidak baik.
Sebagai suami, aku harus berpakaian rapi agar Leticia yang ada di sisiku tidak merasa malu.
Aku selalu berusaha menjaga penampilan seminimal mungkin.
Tapi, sekarang, bagaimana ya?
Kalau terus begini, seharian hanya dihabiskan dengan melihat-lihat toko pakaian...
ââMungkin ini saatnya,
âââLeticia, bagaimana kalau kita pergi ke toko favoritmu?â
âHah?â
âKalau dulu kamu pernah membuat gaun di sana, pemiliknya pasti tahu gaun apa yang cocok untukmu. Dan mungkin kita bisa membicarakan soal anggaran juga, siapa tahu ada solusi.â
âItu memang benar... tapi...â
âKalau begitu, kita tidak usah tunggu lama lagi! Ayo kita ke sana!â
âEh, tunggu sebentar...!â
Aku menggenggam tangan Leticia dan mulai melangkah, membimbingnya dengan penuh semangat.
Benar-benar seperti seharusnya seorang suami saat sedang berkencanââ
ââTapi secepat itu aku menyadari sesuatu.
â......Jadi, di mana sebenarnya tokonya?â
âHaa... tenang dulu. Ikuti aku, di sini jalannya.â
Leticia tersenyum kecil, lalu mengambil alih dan membimbingku ke arah toko langganannya.
âČăâČăâČ
âInilah tempatnya.â
Leticia berhenti di depan sebuah toko pakaian.
Dari luar, tokonya terlihat sederhanaââatau lebih tepatnya, agak kuno dan bangunannya juga kecil.
Bisa dibilang, atmosfernya terasa cukup klasik.
âJadi, ini tokonya...â
âToko ini memang terlihat kecil dari luar, kan? Ini adalah tempat favorit ayahku.â
Ah, rupanya tempat favorit ayahmu...
Jujur saja, aku tadinya membayangkan toko yang lebih besar dan mewah.
Karena bagaimanapun, ini adalah tempat di mana keluarga Barrow, salah satu keluarga bangsawan terkemuka, pernah memesan gaun untuk putrinya.
Tapi, entah bagaimana, toko ini memang terlihat seperti tempat di mana seorang penjahit andal bekerja.
â...Sudah lima tahun sejak terakhir kali aku datang ke sini.â
ââKling... Kling...
Leticia membuka pintu dan bel kecil di atas pintu berbunyi, menandakan kedatangan kami.
Toko ini kecil dan sederhana di dalamnya, tetapi seperti layaknya toko pakaian, berbagai macam pakaian dipajang dengan rapi.
Ada juga beberapa perhiasan seperti kalung dan cincin yang dipajang, karena toko ini juga berfungsi sebagai butik aksesori.
Hmm... toko ini terasa nyaman.
Entah bagaimana, ini mengingatkanku pada kedai the Shanoa.
âââSelamat datang, apakah Anda sedang mencari pakaian bersama suami Anda?â
Dari balik toko, seorang pria tua keluar menyambut kami.
Seorang lelaki tua berambut putih dengan wajah ramah dan berpakaian rapi, sepertinya dia jelas seorang pemilik toko pakaian.
âSudah lama sekali, Paman Barberry. Apakah Anda masih ingat saya?â
âââ! Apakah Anda Nona Leticia...!?â
Pria tua yang dipanggil Barberry itu segera mengenali Leticia begitu melihat wajahnya.
Dia mendekat dengan langkah perlahan dan berkata,
âSudah lama sekali...! Mungkin sudah lima tahun ya? Anda benar-benar terlihat berbeda... sudah dewasa dan cantik...â
âTerakhir kali Anda membuatkan saya gaun, saya baru berusia sebelas tahun. Jadi, tentu saja, saya berubah.â
Leticia tertawa kecil.
Ya, dia benar-benar cantik.
Dia sangat cocok dengan senyumnya.
âJujur, saya sempat khawatir. Setelah Anda menikah dengan Duke Mauro, saya tidak mendengar kabar apa pun. Belakangan, saya juga mendengar berbagai rumor buruk...â
âYa... banyak hal terjadi.â
âKelihatannya begitu. Namunââsepertinya sekarang Anda hidup dengan sangat sehat.â
âOh, begitu ya?â
âSaya bisa melihatnya. Anda terlihat lebih bahagia dibandingkan lima tahun lalu. Wajah Anda bersinar lebih cerah dan Anda terlihat jauh lebih cantik.â
Dia kemudian menoleh perlahan ke arahku.
âDan ini pasti Baron Alban Audran, bukan?â
âHah? Bagaimana Anda bisa tahu?â
âPernikahan Anda berdua menjadi topik besar di kalangan bangsawan. Ditambah lagi, prestasi Anda di Akademi Kerajaan juga terdengar luas.â
Aku mengangguk, merasa paham.
Ya, kalau dipikir-pikir, pernikahan kami memang menjadi bahan pembicaraan di kalangan bangsawan.
Jika dia adalah penjahit yang membuat gaun untuk keluarga Barou, tentu dia mendengar tentang itu.
âSetelah melihat wajah Anda berdua, semua kekhawatiran saya pun sirna. Anda berdua terlihat sangat harmonis.â
âYa... akuââkami berdua sangat bahagia sekarang.â
âSaya benar-benar senang mendengarnya. Jadi hari ini, apakah Anda datang untuk mencari pakaian?â
âBenar, tapi... sayangnya kami tidak memiliki banyak dana, jadi saya tidak bisa memesan gaun seperti dulu. Apakah ada gaun yang lebih terjangkau?â
Leticia berkata dengan sedikit canggung.
Barberry mendengar hal itu, lalu dengan pelan menatap Leticia, seolah-olah sedang mengukur sesuatu.
â......Sebenarnya, saya memiliki satu gaun yang sudah saya buat khusus untuk Anda.â
âHahââ? Apa maksud Anda?â
âTuan Barrow telah lama menjadi pelanggan setia kami. Selain itu, Nona Leticia selalu meninggalkan kesan mendalam bagi sayaâ
Barberi berkata sambil mengenang dengan penuh perasaan.
Dia mungkin sedang membayangkan Leticia yang masih kecil. Pasti sangat imut waktu kecil. Lagipula, sekarang saja dia sudah begitu manis.
Membayangkannya saja membuatku ikut merasa sentimental.
âSejujurnya, saya pernah membuatkan satu gaun dengan bayangan Nona Leticia ketika ia sudah dewasa. Meskipun, saya perlu sedikit menyesuaikan ukurannya...â
âT-tunggu dulu! Maksudmu, ini adalah gaun buatan khusus yang seharusnya diserahkan kepada keluarga Duke Barrow, kan? Saya tidak mungkin mampu membayar sesuatu yang semahal itu!â
âTidak, tidak perlu bayar. Ini adalah keinginan pribadi saya. Jika Anda bersedia mengenakannya saja, itu sudah lebih dari cukup.â
âBagus sekali, Leticia. Ayo coba kenakan gaunnya.â
âApa? T-tunggu dulu, Alban...!?â
Aku mendorong punggung Leticia dan memaksanya berjalan menuju ruang ganti di bagian belakang toko.
Gaun yang dibuat oleh penjahit yang menjadi langganan keluarga Duke Barrow, dan dibuat dengan bayangan Leticia yang telah dewasa di benaknyaâŠ
Tidak mungkin gaun itu tidak cocok!
Pasti sangat indah, bukan!?
Aku benar-benar ingin melihatnya!
Ya, aku harus melihatnya!
Meskipun jika jantungku berhenti berdetak karena terkejut, aku tetap akan melihat Leticia mengenakan gaun barunya!
Dengan penuh antisipasi, aku menunggu dia mencoba gaunnya.
Tak lama kemudian,
âAl-Alban... aku sudah mengenakannya...â
Dari balik ruangan di bagian belakang, terdengar suara Leticia.
Pada saat yang sama, istriku yang mengenakan pakaian baru itu muncul.
ââUngu Muda.â
Gaun berwarna ungu muda yang cerah, hampir menyerupai warna pink lembut yang memberikan kesan menyegarkan.
Hiasan bunga berwarna putih murni menghiasi beberapa bagian, memberikan kesan yang lebih ceria daripada anggun.
Lehernya dihiasi dengan kalung berpermata biru.
Warnanya sangat mirip dengan warna mata Leticia.
Jika memang permata ini dipilih dengan mempertimbangkan hal itu, aku harus mengakui selera yang luar biasa.
Desain gaunnya juga terlihat mudah untuk bergerak, jadi bisa dipakai sebagai pakaian sehari-hari.
Leticia biasanya lebih suka gaun berwarna dingin seperti biru atau ungu tua.
Dia menyukai dan cocok mengenakan gaun yang memberikan kesan dingin.
Tapi, gaun ungu muda ini berbeda.
Gaun ini tetap mempertahankan warna khas Leticia, namun menghadirkan sisi yang lebih cerah, ceria, dan feminin.
Seolah-olah memperlihatkan sisi baru dari istriku tercinta.
âBukan sekadar cocok, ini benar-benar luar biasa.
Aku begitu terharu hingga...
âHngh...!â
Aku memegang dadaku dan berjongkok di tempat.
âAlban!? Ada apa!?â
âHah... hah... hampir saja... Aku hampir berhenti bernafas karena terlalu terharuâŠâ
Ini yang mereka sebut dengan âmati rasa karena cintaâ.
Bukan pertama kali aku hampir mati karena pesona Leticia, tapi kali ini benar-benar berbahaya.
Aku hampir mati sungguhan.
Tapi, aku rasa tidak masalah kalau aku mati sekarang.
Selama aku bisa membawa pemandangan ini bersamaku ke alam baka, aku akan mati dengan bahagia.
Ah, tapi jika aku mati, Leticia akan merasa sedih. Jadi aku harus tetap hidup.
Aku berdehem dan berkata,
âKamu sangat cantik. Benar-benar cocok untukmu.â
âTerima kasih...â
âGaun ini sangat luar biasa, Tuan Barberi. Saya tidak menyangka Leticia bisa cocok sekali mengenakannya.â
âSenang sekali mendengarnya. Ini adalah kebahagiaan terbesar bagi seorang penjahitâ
Barberi tersenyum bahagia.
Sambil melihat gaunnya, Leticia berkata,
âTapi, benarkah aku bisa menerima ini? Gaun semewah ini pasti banyak yang ingin membelinya dengan harga tinggi...â
âTidak apa-apa. Tidak ada orang lain yang pantas mengenakannya selain Anda, Nona Leticiaâ
Kata Barberi sambil menggelengkan kepalanya.
Dengan senyum penuh kepuasan, dia berkata,
âHari ini benar-benar hari yang indah. Saya telah bermimpi melihat momen di mana Anda mengenakan gaun ini.â
âPaman Barberi...â
âAyo, kita mulai penyesuaian terakhir. Saya ingin memastikan gaun ini pas dengan tubuh Andaâ
Barberi membawa Leticia kembali ke ruang ganti.
Aku mengikuti mereka dengan tatapan sambil mengarahkan pandangan ke sekitar toko.
Lalu mataku tertuju pada sesuatu.
âHmm...? Itu...â
âČăâČăâČ
Akhirnya, Leticia menerima gaun buatan Barberi.
Namun, dia bersikeras untuk tetap membayar, karena merasa tidak nyaman jika menerimanya secara cuma-cuma. Dia memberikan sejumlah uang sebagai bentuk terima kasih dan rasa hormatnya.
Itulah Leticia, selalu tulus dan penuh rasa tanggung jawab. Sungguh manis.
Setelah mendapatkan gaun itu, kami pun kembali ke kamar pribadi di sayap individu.
âSyukurlah kita bisa mendapatkan gaun yang sangat indah, ya, Leticia!â
âYa... Tapi terlalu mewah, rasanya aku tidak bisa mengenakannya sebagai pakaian sehari-hari...â
âTidak, kamu harus memakainya. Barberi membuatnya untuk dipakai. Dengan begitu, kamu menunjukkan rasa terima kasihmu kepadanya.â
Barberi memang ingin melihat Leticia mengenakan gaun itu.
Menyimpannya di lemari hingga berdebu tentu bukanlah hal yang pantas.
Dia harus memakainya dengan bangga, bahkan saat berjalan di kota.
Saat aku mengutarakan hal itu, Leticia tampak sedikit terkejut.
ââŠBenar juga, mungkin kamu benar.â
âTentu saja! Begitulah seharusnya.â
âOh, jangan-jangan sebenarnya kamu hanya ingin melihatku mengenakan gaun ini?â
âAku ketahuan.â
Kami pun tertawa kecil bersama.
Benar-benar, dia sangat mengerti hatiku.
âââTerima kasih banyak untuk hari ini, Alban. Aku sangat menikmati hari iniâ
âBetapa terhormatnya aku dipuji oleh istriku tercinta.â
âUfufu, cara bicaramu tidak seperti biasanya. Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang kamu inginkan?â
âEh? Kenapa tiba-tiba...?â
âSebagai balasan untuk hari ini, aku berpikir untuk pergi mencari sesuatu yang kamu inginkan di kencan berikutnya.â
Oh, ini adalah usulan yang tak terduga dan menyenangkan.
Leticia merencanakan kencan untukku...! Ini membuatku sangat bersyukur masih hidup...!
ââNamun,
âMaaf, Leticia, tapi aku tidak menginginkan apapun. Karena aku sudah mendapatkan yang aku inginkan.â
âEh? Maksudmu...?â
âKamulah, Leticia Audranâ
Jawabku terus terang.
Dia terdiam sesaat, tampak kaget, kemudian wajahnya mulai memerah.
âKamu ini... benar-benar...! Bukan itu maksudku...!â
âHahaha, kamu memang selalu pemalu, Leticia. Tapi aku serius, aku benar-benar tidak menginginkan apa-apa. Sebagai gantinya, aku punya usulan.â
Sambil berkata begitu, aku merogoh saku jasku.
Lalu, aku mengeluarkan sebuah aksesori dan menunjukkannya padanya.
âIni... kalung?â
âYa, aku membelinya diam-diam di toko Barberi.â
Aku mengeluarkan kalung yang dihiasi dengan batu permata merah kehitaman.
Desainnya sederhana tanpa hiasan yang berlebihan, namun tetap memancarkan keanggunan.
Leticia melihat kalung itu dan berkata,
âBatu permata di kalung ini... warnanya mirip dengan warna mata Alban.â
âSeperti yang diharapkan dari Leticia, kamu langsung menyadarinya.â
Aku membuka kait kecil pada kalung itu dan berkata,
âGaunmu dilengkapi dengan kalung yang memiliki permata biru, seolah-olah mencerminkan warna matamu. Jadi, bagaimana kalau kita tukar kalung kita?â
âHmm... maksudmu, aku memakai warna mata Alban, dan Alban memakai warna mataku. Begitu?â
âYa, bukankah itu romantis?â
Bertukar warna mata dengan orang yang dicintaiââ.
Ya, ini ide yang sangat romantis.
Aku yakin Leticia akan senang menerima ide ini!
ââAtau begitulah yang kupikirkan.
â...Alban, aku selalu berpikir, ya... cintamu itu terasa sangat berat.â
Bertentangan dengan ekspektasiku, Leticia malah menunjukkan ekspresi campur aduk dan berkata begitu.
âEh? B-benarkah?â
Cintaku berat?
Benarkah? Mungkin saja... Tapi aku hanya berusaha menunjukkan rasa cintaku dengan caraku sendiri...
â...Leticia, apa kamu tidak suka? Kalau begituâââ
âOh, aku tidak bilang tidak suka.â
Leticia membuka kotak yang berisi gaun dan mengeluarkan kalung dengan batu permata biru.
Dia mendekat padaku dan kemudianââ
âââBegini, sudah cukup, kan?â
Dia melingkarkan tangannya di leherku dan memakaikan kalung itu padaku.
âLeticia...!â
âSekarang, giliranmuâ
Leticia menunjukan lehernya, seolah meminta gantian.
Untuk memenuhi harapannya, aku pun melingkarkan tanganku di lehernya.
Aku mengaitkan kaitan kalung ituââ
â...Ya, sangat cocok. Kamu terlihat cantik, Leticia.â
Batu permata merah kehitaman yang tergantung di lehernya jelas tidak cocok dengan citranya, namun entah bagaimana terlihat menyatu dengan sempurna.
âKamu juga cocok. Tapi tetap saja, rasanya agak memalukanâ
Letcia dengan wajah sedikit memerah menghindari tatapanku.
Melihat Leticia yang begitu manis, aku tidak bisa menahan diri. Aku mendekatkan wajahku padanya.
Dan dengan lembut, aku mengecup pipinya.